Naruto Fanfiction

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Pairing : SasuFemNaru

Rated : T, T+

Genre : Drama, Family, Romance, a little bit Fluff

Warning : Gender Switch, OOC, Typo(s)


Gadis itu berkali-kali mengecek jam tangannya yang berwarna merah. Kedua alisnya bertaut. Sudah ke sekian kalinya gadis berambut pirang itu mendesah kesal. Nampaknya gadis itu sedang terburu-buru. Hingga kemudian terdengar suara dari speaker yang terdapat pada kereta.

"Perhentian selanjutnya, Stasiun Konoha. Stasiun Konoha. Stasiun Konoha."

Di Jepang, apabila akan memberitahukan tempat pemberhentian kepada penumpang, pihak mereka akan mengulangi stasiun pemberhentian sebanyak tiga kali. Hal itu dilakukan untuk menanggulangi kejadian dimana penumpang tidak mendengar nama stasiun tempat pemberhentian selanjutnya.

Gadis pirang tersebut terlihat berjalan mendekati pintu kereta. Ia menggenggam ranselnya dengan erat. Ia bersiap-siap untuk turun dari kereta. Kereta tersebut menurunkan kecepatannya sedikit demi sedikit. Ketika kecepatannya benar-benar berhenti, para penumpang kereta berbondong-bondong untuk keluar dari kereta― termasuk gadis pirang tersebut. Setelah berhasil keluar dari kereta, ia menuruni tangga stasiun dengan tergesa-gesa. Namun ia sungguh malang, Naruto tersandung payung seorang ibu muda berambut merah hingga ia terjatuh.

"Ya ampun, nak! Apa kau tidak apa-apa?" Ibu muda tersebut langsung menghampiri Naruto yang meringis kesakitan. "Y-Ya, aku baik-baik saja bu. Tidak usah khawatir." Balas Naruto sembari mencoba berdiri. Ibu muda tersebut membuka tas putihnya dan mengeluarkan kotak obat kecil, "Biarkan aku mengobatimu."

"Tidak usah, terima kasih. Kebetulan saya sedang terburu-buru, saya terlambat kuliah bu," Jawab Naruto dengan senyum.

"Ah, kalau begitu ambillah plester ini. Maaf aku tak bisa membantumu nak."

"Terima kasih, bu."

Ibu itu menjawab Naruto dengan senyum manis, "Berhati-hatilah dijalan."

"Iya bu, terima kasih banyak." Naruto menunduk pelan sebelum ia berlari meninggalkan stasiun.
Gadis itu kembali melirik kearah jam tangannya dan mengumpat kasar, "Shit! Tinggal 5 menit lagi!".

Gadis itu kembali disibukkan ketika ia merasakan getaran smartphone-nya dari dalam ransel. Ia kembali mengumpat, "Sialan! Siapa sih, yang menelpon?". Ia berhasil meraih ponselnya dari kantong kecil dalam tasnya yang penuh.

"Ha―"
"Naruto, bodoh! Dimana kau?!" Teriak kecil seorang gadis dari ujung sana.

"Sakura-chaaan! Aku sedang berlari menuju ke sana. Berkumpul di depan gedung fakultas, bukan? Kira-kira 2 menit lagi aku sampai!"

"Cepatlah, para senior galak sudah menunggu! Kami disuruh menelpon teman yang terlambat! Cepat datang, atau kau akan diberi hukuman, Naruto!" Pinta Sakura cemas. Ia takut sahabatnya itu mendapatkan hukuman.

"Eeeh?! Hukuman? Sialan. Baiklah, aku akan segera kesana!" Naruto pun segera mematikan ponselnya, menyimpannya di sembarang tempat dalam ranselnya yang penuh. Naruto menambahkan kecepatan larinya. Ia tak mempedulikan kakinya yang lemas dan nyeri karena jatuh dari tangga stasiun barusan.

"Sialaaaann!"


Hands, Walk, and Desire

by : MizuMiu-Chan

Chapter 1

Senyum manusia es dan Kaki terkilir


Naruto tidak mengerti apa yang dipikirkan oleh kepala jurusan Ekonomi yang ia pilih di Universitas Tokyo sehingga mengizinkan kegiatan ospek yang seperti ini. Bahkan jurusan lain di universitasnya tidak mengalami hal yang sama. Baiklah, jurusan Agrikultur mengalami ospek, sama dengannya. Walaupun entah bisa disebut ospek atau tidak. Karena kegiatannya benar-benar sesuai dengan apa yang akan mahasiswa baru tersebut pelajari ketika dimulainya perkuliahan―Semacam pemberian pengetahuan awal. Maksudnya, ini adalah Jepang. Dimana kegiatan ospek diselenggarakan untuk mengeratkan tali persaudaraan, terutama antara hubungan senior dan junior dan melakukan hal positif bersama-sama. Ya. Benar.

BUKAN SEPERTI APA YANG IA RASAKAN DISINI!

"Hei kau, gadis pirang!" Teriak seorang senior lelaki berambut hitam. Naruto yang merasa rambutnya berwarna pirang pun menoleh kearah sumber suara. Ia sedikit tersentak karena dilihatnya seorang senior yang berwajah tampan namun sangat menyeramkan. Ia segera membalikkan wajahnya kembali. Senior itu mendecih kesal dan mendekati Naruto.

"Aku memanggilmu."

"S-Saya?" Tunjuk Naruto pada dirinya sendiri.

"Ikut aku ke belakang sekarang!" Ujar senior yang telah berjalan meninggalkannya.

Naruto berjalan perlahan ke arah yang di instruksikan oleh senior lelakinya tersebut. Alis seniornya bertautan, "Apa yang kau lakukan? Lama sekali, dobe." Mendengar itu, Naruto mencoba untuk berlari kecil ke arah seniornya. Ia berjengit ketika ia memutuskan untuk berlari. Pergelangan kaki kanannya terasa sangat nyeri sekarang. Namun ia tetap memaksakan keadaan kaki kanannya dan berlari kecil.

"Kau ini bukan hanya tuli tapi lambat sekali ya?" Ujar senior lelaki itu sembari menghela nafas kesal.

Naruto nyaris saja menerjang dan memukul kepala kakak kelas sial ini apabila ia tidak mengingat bahwa ia harus bersikap baik selama tiga hari ini. 'Menyebalkan sekali senior ini. Apa boleh buat bukan? Kakiku sakit sekali karena terjatuh tadi! Apalagi dia memanggilku dobe barusan. Tidak sopan!' Batin Naruto yang kini membungkuk dan meminta maaf pada seniornya.

"Kau yang tadi terlambat, bukan?" Tanyanya tajam. Naruto menelan ludahnya perlahan dan mengangguk pelan. Seniornya berjengit, "Aku sangat membenci orang yang tidak disiplin sepertimu. Push up 50 kali sekarang."

Naruto membulatkan kedua matanya. Sepertinya ia harus menjelaskan apa yang terjadi pada kakinya. Mungkin saja hukumannya akan dipermudah, bukan?
"A-Ano, senpai… Sebenarnya―"

"Tidak usah banyak bicara, dobe. Kuhitung sampai tiga, atau―" "B-Baik, senpai!"

'Sialan si teme chicken butt itu. Selesai ospek awas saja ya. Akan kuberi pelajaran!' Beo Naruto dalam hati. Namun apa daya, ia kini hanya bisa menuruti ucapan Sasuke selaku seniornya. Memang salahnya juga sih, karena ia terlambat bangun.

Naruto segera memasang posisi push up. Ia meringis pelan, dengan suara yang hanya dapat didengarnya sendiri. Sepertinya kakinya bukan hanya terluka pada luar kulit saja. Mungkin kakinya terkilir sekarang.

Naruto memulai push up nya dengan berhati-hati, ia tak mau kakinya yang terkilir menjadi semakin parah. Karena kehati-hatiannya itu, dalam satu menit ia hanya dapat melakukan push up sebanyak 5 hingga 6 kali. Kini, ia baru menyelesaikan 13 push up. Kaki kanannya semakin lama semakin nyeri. Keringat dingin mengalir cukup deras dari pelipisnya. Ia merasakan air matanya mulai keluar. Tangannya juga mulai terasa dingin. 'Tahan Naruto, tahan…' Ujarnya sembari mengatur nafasnya perlahan. Rasa sakit yang ia rasakan semakin menjadi-jadi. Ia kembali meringis pelan yang kini terdengar seperti isak tangis. Senior yang menghukumnya mendengar isakan pelan tersebut.
"Ada apa?" Senior itu berjongkok untuk melihat keadaan Naruto yang sepertinya terisak. Naruto hanya menggelengkan kepalanya pelan. Senior itu menghela nafas. Ia kembali berdiri dan memperhatikan Naruto yang pergerakan push up nya semakin lama semakin menurun. Hingga pandangan matanya terarah pada kaki Naruto yang bergetar.

Senior itu pun mengangkat Naruto secara perlahan dari posisi push up nya.

"Eh… S-Senpai?" Cicit Naruto lemah, menatap heran pada senior tampan didepannya.

"Kalau sakit bilang saja." Ujar senior itu datar, sedatar ekspresinya. Senior itu membantu Naruto berjalan. Naruto berjengit. Aku pasti tidak akan bisa berjalan dengan baik, pikirnya. Sampai ketika ia tidak dapat merasakan kakinya menyentuh tanah dibawahnya.

"H-Hyaaa―! S-S-Senpai, maaf.. Apa yang kau lakukan?! Tu-Turunkan aku," Naruto menjerit kaget. Tentu saja, senior yang baru saja menghukumnya dengan jahat kini menggendongnya bak seorang putri. Seluruh senior yang menjadi panitia terkejut dengan apa yang dilakukan salah seorang dari mereka. Beberapa senior wanita mengehentakkan kakinya ke tanah. Ada pula yang sedang mengerucutkan bibirnya karena kesal. Pasalnya, senior yang diketahui bernama Sasuke itu memang sangat banyak penggemar. Bagaimana tidak? Wajahnya yang tampan, mata hitamnya yang terkesan dingin tapi keren, rambut halus yang berkilau, kulit putih dan tinggi, serta tubuh yang cukup bagus dan tegak sangat cukup membuat wanita menahan nafas. Tentu saja, termasuk Naruto yang kini menatap wajahnya secara dekat. Tak dapat dipungkiri ia pun merasakan jantungnya berdetak lebih kencang.

"Diam, dobe. Berisik." Jawabnya datar.

"Hoi, Sasuke. Untuk apa kau menggendong gadis itu?"

"Benar! Suruh jalan saja!"

"Dasar cengeng!"

"Dasar lemah!"
Beberapa orang memprotes perilaku Sasuke yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Sasuke kan manusia tampan yang dingin seperti es! Mana mungkin dia melakukan hal seperti itu khususnya pada seorang perempuan. Namun, Sasuke tidak mempedulikan ucapan orang-orang di sekitarnya. Ia tetap membawa Naruto pergi.

"Oi, Sas. Kenapa dia? Mau dibawa ke ruang kesehatan?" Ujar temannya yang bernama Shikamaru yang semenjak tadi sempat-sempatnya tertidur sebentar.

"Hn." Jawab Sasuke singkat.
Shikamaru hanya mengangkat bahu untuk menjawab Sasuke yang kini melangkah menjauh dari kerumunan mahasiswa baru yang di ospek.

oOo

Sasuke menurunkan Naruto dan mengetuk pelan ruang kesehatan. Namun ketika ia membuka pintu, tak seorang pun yang berada di sana.

"Sial, kemana sensei?" Racaunya kesal sembari mengacak rambut belakangnya. Kemudian, Sasuke menoleh ke arah Naruto dengan wajah datarnya.

"Duduk," Ujarnya.
Naruto yang merasa diperintah mencoba berjalan dengan perlahan sambil sedikit meloncat dengan kaki kirinya. Ia pun duduk di sebuah kursi kecil di ruang kesehatan. Naruto bersandar pada dinding yang berada di belakangnya dan meluruskan kakinya yang masih sangat sakit.

Setelah kesunyian yang cukup lama, Sasuke pun menoleh kembali ke arah Naruto. Ia melirik ke arah kaki Naruto. Naruto yang merasa Sasuke memperhatikannya, mulai mengikuti arah pandangan Sasuke kebawah.

"Buka." Ujar Sasuke tiba-tiba.

Naruto melongo tidak percaya, "HEH?! Bu… Buka… Maksudmu?!". Ia panik ketika mendengar ucapan Sasuke. Apa maksudnya ia 'buka'?! Apa yang harus ia buka?

"Dobe. Sepatu dan kaos kakimu, tentu saja." Sasuke mendecih sebal.

"O-Oh… Begitu…" Naruto tertawa sambil menggaruk bagian belakang kepalanya canggung. 'Benar-benar memalukan! Apa yang kau pikirkan, Naruto bodoh! Tentu saja ia takkan menyuruhmu membuka baju depan dia! Bodoh, bodoh, bodoh!' Ia merutuki kebodohan permanennya yang sialnya muncul saat ia bersama senior tampannya. Bagaimana bisa ia berpikir yang tidak-tidak dengan seniornya. Otaknya harus diperiksa.

"Hmm… Apakah…" Sasuke tersenyum tipis sambil berjalan perlahan menuju Naruto yang kini menatapnya bingung. Sasuke mendekatkan tubuhnya ke arah Naruto dan menahan beban tubuhnya dengan tangan kanannya yang berada di dinding belakang Naruto. "Kau mengharapkan aku memerintahkanmu untuk melakukan sesuatu yang menyenangkan?"

Naruto menahan napas terkejut. Matanya menatap mutiara oniks milik Sasuke yang tepat berada di hadapannya. Semilir harum tubuh Sasuke menggelitik hidungnya. Naruto terlena dengan harum Sasuke yang menurutnya dapat membuatnya nyaman. Diam-diam, Naruto menghirup harum tubuh Sasuke di depannya. Jujur, ia merasa dimanjakan dengan harum itu.

"Menikmati harum tubuhku, dobe?" Ujar Sasuke yang memberikan seringai tipis terhadap gadis berambut sepunggung didepannya. Mendengar itu, Naruto tersentak kaget, "Kau terlalu percaya diri, Teme! Siapa bilang tubuhmu wangi? Kau memiliki bau tubuh paling menjijikkan seantero dunia, kau tahu?!" Elaknya kesal.
Sasuke berjengit tidak suka. Sebelah alisnya terangkat dan ia kembali menerjang Naruto dengan ucapan ucapannya yang mengalahkan Naruto secara telak, "Benarkah? Kau tidak bisa berbohong dariku, dobe. Wajahmu menunjukkan kalau kau menyukainya."

"Tidak! Aku tidak suka!" Elak Naruto kembali sembari bersidekap dada dan membuang mukanya.

"Aku tahu kau diam-diam mencium harum tubuhku dan menikmatinya," Ujar Sasuke kembali dengan seringai khasnya. Naruto tersentak kaget namun ia berpura-pura tidak kaget.

"Apa kubilang. Dasar gadis mesum," Sasuke terkekeh pelan ketika melihat ekspresi yang baru saja disembunyikan oleh Naruto.

Naruto mengerucutkan bibirnya tanda tidak suka. Namun ia benar-benar kalah telak. Sasuke mengetahui semuanya. "Lihat, wajahmu memerah dobe. Kau kalah," Sasuke mengeluarkan senyum tipis menggoda yang menjelaskan bahwa ia sangat puas menjahili gadis manis didepannya. Sementara gadis tersebut marah-marah tidak jelas.

"Wajahku tidak memerah teme! Kau 100% salah mengenai aku! Dasar teme pantat ayam sok tahu! Bweeek!" Naruto menjulurkan lidahnya seperti bocah kecil yang marah pada teman sebayanya. Melihat itu, Sasuke kembali mendekati Naruto secara seduktif.

"Apa? Kau menjulurkan lidahmu kepadaku agar aku dapat mencicipinya, begitu?"

Sontak, Naruto menutup mulutnya rapat-rapat menggunakan kedua telapak tangannya. Wajahnya kian memerah dan memerah seperti tomat.

Tak terkira, tawa Sasuke membuncah. Ia benar-benar terlihat puas menjahili Naruto hingga seperti ini. Ia benar-benar tertaa sangat puas sehingga memegang perutnya yang sakit karena terlalu banyak tertawa.

"Apa kau tertawa-tawa, dasar teme sialan!" "Tenang saja, aku tidak akan tertarik padamu. Tidak ada yan menarik darimu." Naruto yang kesal mencoba menendang lutut Sasuke menggunakan kaki kanannya. Naruto memang mengenai lutut Sasuke sehingga Sasuke berhenti tertawa dan mendecih sebal. Tak bisakah ia menikmati apa yang lucu baginya barang sedikit saja? Namun, yang terjadi bukan Sasuke yang merasa kesakitan. Naruto meringis karena ia lupa kaki yang digunakannya untuk menendang Sasuke sedang terkilir sekarang.

"A-Akh!" Ringisnya keras. Ia tak perlu menutup-nutupi soal kondisi kakinya pada Sasuke, bukan?
Sasuke menghela nafas perlahan, "Dasar dobe super bodoh. Makanya jangan macam-macam denganku. Ini akibatnya.". Naruto menatap Sasuke tidak suka dan mengerucutkan bibirnya. Kemudian, Sasuke menyentil ujung hidung Naruto menggunakan jarinya.

"Aw! Apa-apaan sih, teme?!" Teriak Naruto kesal.

"Diam bodoh." Sasuke berjongkok dan membuka sepatu dan kaos kaki Naruto perlahan. Sasuke cukup terkejut dengan wajah datarnya, ketika ia melihat pergelangan kaki Naruto yang terkilir sudah bengkak hingga membiru.

"Duh, pantas saja sakit. Sampai membiru seperti ini…" Ringis Naruto ketika melihat kondisi kakinya sendiri. Sasuke membawa satu buah kursi untuk meluruskan kaki Naruto. "Oi dobe, apakah kakimu bisa digerakkan? Apa ada suara ketika kau mencoba menggerakan kakimu?" Tanya Sasuke tiba-tiba.

"Eh? Err… Tidak, sepertinya. Sakit jika digerakkan, tapi tidak ada suara apa-apa."

"Apa kau merasa kakimu mati rasa?" "Eh… Tidak," beo Naruto pelan, ,"Ada apa, teme?"

"Aku hanya memeriksa apakah ada kemungkinan kakimu patah atau tidak. Tapi ternyata tidak." Jawab Sasuke yang kini membuka peralatan p3k.

Sasuke mengeluarkan beberapa es batu yang terdapat dari cooler di pinggir ruangan kecil tersebut. Sasuke membungkusnya dengan plastik dan kain, kemudian mengikat bagian atas kain.

"Ini," Ujar Sasuke sambil memberikan kantung es barusan.

"Eh? Dikompres?" Tanya Naruto.

"Hn. Kompres selama satu menit setiap satu jam di bagian yang kau rasa sakit."

Naruto melihat Sasuke mengambil sebuah perban elastis yang cukup panjang. Ia melilitnya pada pergelangan kaki Naruto dengan baik dan rapi. Naruto cukup terkejut melihat kecakapan Sasuke dalam merawat kakinya yang terkilir. Ia tak mengira orang seperti Sasuke sangat lihai dalam urusan kesehatan.

"Sebaiknya kau beristirahat, dobe. Tidurlah," Ujar Sasuke sambil membereskan apa yang telah ia keluarkan dari kotak p3k.

"Eh, tapi… Ospeknya?" Sasuke menoleh kearah Naruto kesal. Gadis ini benar-benar sulit diatur. Disuruh istirahat apa susahnya sih. "Aku yang bicara nanti. Istirahatlah dobe," Sasuke mengangkat poni Naruto yang cukup panjang dan menyentil dahi Naruto.

"Ah!" Naruto merengut kesal, "Iya, iya! Aku akan istirahat."

"Baguslah," Sasuke menyunggingkan senyum tipis yang lagi-lagi membuat Naruto menahan nafasnya sebentar. Dadanya kembali terasa hangat karena teme sialan di depannya.
Naruto mencoba berbaring di kasur yang berada di depan kursi yang ia duduki dengan bantuan Sasuke. Sasuke yang merapikan selimut Naruto mendadak terdiam ketika ia tidak sengaja melihat isi rok Naruto.

"Tutupi rokmu dengan benar, dobe. Kau pikir hal itu menarik?"

Sontak, Naruto membenarkan roknya yang sempat terangkat.

"KA-KAU LIHAT YA?!" Teriak Naruto dengan wajah yang kembali memerah.

"Hn."

"Apa-apaan 'Hn' mu itu, temee!" Teriak Naruto kesal karena jawaban singkat nan ambigu milik Sasuke.

"Berisik dobe. Tidur sana."

"Cih!" Naruto menutupi rok nya dengan selimut tipis khas ruang kesehatan yang tadi akan dirapikan oleh Sasuke.

Keheningan kembali datang diantara Sasuke dan Naruto. Sasuke tetap duduk bersandar pada dinding di sebelah Naruto. Sasuke tidak kembali ke tempat dimana ospek dilaksanakan. Entah kenapa, meskipun barusan Naruto kesal dengan tingkah Sasuke, ia merasa keberadaan Sasuke di sisinya sangat menghiburnya.

"…. Oi, teme," Panggil Naruto pelan. Sasuke menoleh ke arah Naruto, "Hn?"

"… Terima kasih," Ujar Naruto perlahan. Naruto menyembunyikan wajahnya yang memerah dengan selimut, kemudian berbalik memunggungi Sasuke.

Sasuke tidak menjawab ucapan Naruto. Apakah Sasuke mendengarnya? Naruto berbalik perlahan untuk melihat Sasuke. Namun ternyata, Sasuke kini tengah tersenyum menatap langit-langit ruang kesehatan. Kemudian Sasuke kembali menjawab singkat.

"Hn."

Jujur, Naruto tidak bisa menahan detak jantungnya yang semakin menderu.


-To Be Continued-

Halo~! Ketemu lagi sama Miu di FFn! Ini fic SasuFemNaru pertama dari Miu. Padahal Miu udah lama suka sama SasuFemNaru hahahah~ Baru publish sekarang karena Miu terkesan banget sama cerita-cerita dari satu author yang pasti sudah dikenal terutama sama fans SasuFemNaru, yaitu Fuyutsuki Hikari ~! Yeay~~ Miu terkesan fic dari Fuyutsuki Hikari-senpai, terutama karena jalan cerita yang dikemas menarik dan pengetahuan yang disajikan oleh Fuyutsuki Hikari-senpai dalam fic nya ))) Terima kasih untuk fic yang dapat membuat Miu bersemangat untuk membuka file-file fanfiction dan kembali menulis juga melanjutkan cerita yang telah lama tidak dibuka ^^

Mau nanya dong. Ini Miu upload pake copas loh bukan pake upload file. Tapi, tiap Miu coba upload kok gagal mulu yaa? Miu bingung jadinya. Kenapa ya? Ada yang tahu? Soalnya ngedit pake cara HTML tuh ribet banget harus pake p, br, hr dll :( Kalau ada yg bisa bantu, dan ngerti kenapa, ditunggu di PM yaa :))

Saa, minna~ Ditunggu review dan saran yaa :3 Buhbayy~

Salam, MizuMiu-Chan.