Panggilan Barunya adalah Ayah
(Daddy is the New Title Indonesian Translation)
Summary: Diahanya melakukankebaikanjadi bagaimanabisa sihitu menjaditanggung jawabseumur hidup? Lihat bagaimanakehidupanTrafalgarLawterbaliksaat ia bertemutigabocah yang membuat dirinya pusing 7 keliling.
A/N: Hai! Saya adalah Author dari cerita 'The Chronicle ver 1' mempersembahkan 'Daddy is the New Title' milik Author gdesertsand versi Indonesian! Karena ada reviewer miliknya yg minta ditranslate B. indo, saya mengajukan diri untuk mentraslatenya, yg untungnya di balas dengan baik~. saya bertrima kasih pada gdesertsand karena sudah memperbolehkan saya untuk mentranslatenya. I thank you gdesertsand for letting me to translate the story. Wokeh, to the story! Dan maaf kalo versi indo judul aslinya jadi suram, tapi itu judul yg ini agak cocok kalo disamain sama judul aslinya. Dan saya juga minta maaf sama reader 'The Chronicle ver 1' karena saya jarang update dan malah nge-publish ini.. tenang aja, ini baru percobaan kok. Abis publish chapter pertama cerita ini, saya mungkin tidak bisa langsung update cerita saya karena beberapa kendala yang sebagian kecil tidak masuk akal, tapi sebenernya sih gara-gara sekolah.
Author asli cerita ini: gdesertsand
Indonesian translator: ThiefofStealth
Chapter 1 : Musibah
Trafalgar Law, salah satu dari dokter paling terkenal di Kota New World, sedang meminum kopi paginya dengan nikmat. Setelah beberapa bulan jadwal padat di rumah sakit, libur satu hari benar-benar sangat menenangkan. Selama teman-temannya tidak menganggu pagi harinya yang menenangkan itu, dan mengapa demikian?
Ketika teman-temannya tahu kalau ia mendapat hari libur, mereka akan masuk tanpa izin ke dalam rumahnya untuk mengajaknya pergi atau hanya mengganggunya setengah mati.
Salah satu orang yang paling mangganggunya adalah sahabat sekaligus musuhnya, Eustass Kidd. Dia tidak tahu apakah ia betul-betul waras saat ia berteman dengan pria tersebut. Selain dari ia sangat bermanfaat karena si rambut merah itu sangat kaya raya hanya karena ia memiliki perusahaan besi yang besar, semua tentang Eustass Kidd benar-benar menyulitkan. Bagaimana mereka bertemu? Yah itu adalah saat-saat mereka masih anak kuliahan. Law mengerti kalau ia bisa menyelesaikan pendidikannya di pengobatan dalam waktu yang singkat karena ia adalah seorang jenius dan ia bangga karenanya. Hanya saja yang ia sama sekali tidak mengerti adalah mengapa Kidd berada di tahun yang sama dengannya ketika mereka berumur yang sama? Memang Law melewatkan beberapa tahun tetapi Kidd? Tentunya uang yang berbicara. Itulah yang terpikirkan oleh Law begitu ia dan Kidd selalu berantem satu sama lain.
Semuanya berubah ketika Negara api menyerang—eh, salah script. Maksudnya semuanya berubah ketika Kidd benar-benar mabuk dan Law dipaksa untuk mengantarnya pulang karena teman si rambut merah, Killer, mabuk juga dan sudah berada di alam mimpi. Law yakin kalau ia melihat rambu-rambu berubah hijau jadi itu salah si supir brengsek yang muncul tiba-tiba dan menabrak mobilnya. Hal selanjutnya yang ia ingat adalah ia berada di rumah sakit dan tertidur selama satu bulan. Disana ia melihat Eustass Kidd disamping tempat tidurnya, duduk di kursi dan tertidur. Ia menemukan bahwa yang merawatnya selama ia tidak sadar. Ternyata Law-lah yang menerima kerusakan paling parah sementara Kidd hanya kehilangan tangannya dan diganti oleh tanan palsu. Sebenarnya ia mirip dengan apa yang kau panggil dengan automail di anime 'Fullmetal Alchemist'. Kejadian ini telah membukakan pintu di pikiran Law dan ia menemukan bahwa dibalik tampang Kidd yang mirip berandalan, pria ini sangat pintar.
Sekarang kembali ke masa sekarang, ya, ia akan sangat bersyukur jika tidak ada yang mengganggunya hari ini. Ia berpikir untuk kembali tidur, sama sekali tidak peduli dengan pakaian yang ia kenakan yang merupakan kaos kuning-hitamnya dengan hood dan celana berdesain bintik-bintik yang seharusnya dipakai untuk aktivitas luar. Sebelumnya ia ingin pergi keluar tetapi jika ada orang yang ia kenal melihatnya membuatnya menghapusnya dari daftar. Tidur adalah hal terbaik yang dilakukan sekarang.
Yap, tidur terdengar bagus.
Maka ia menutup matanya dan bersiap-siap untuk dibawa tidur yang damai…
Ding dong!
Mata Law tersentak terbuka pada suara bel pintu. Peruntungannya benar-benar payah terkadang. Bukan, sebagian besar sebenarnya. Jadi apa yang harus dilakukan? Biarkan saja mereka.
Ding dong!
Biarkan saja mereka. Mereka akan lelah sendiri dan berpikir bahwa ia tidak berada di dalam rumah.
Ding dong! Ding dong! Ding dong! Ding dong! Ding dong! Di-
Akhirnya… mereka pergi.
Click!
Law segera bangun dari kasurnya saat ia mendengar suara kunci pintunya. Itu tidak mungkin… satu-satunya orang yang mempunyai cukup nyali (dan bakat) untuk menduplikat pintu rumahnya adalah…
"Lawsy~ Aku pulang~" ucap seorang pria dengan nada yang sangat gembira.
Bagus, si rambut merah lain yang sangat tidak ingin ia temui.
Mendesah dengan keras dan mengetahui bahwa ia tidak dapat kabur dari situasi ini, Law berjalan keluar dari kamarnya untuk memastikan bahwa pria itu tidak merampok kulkasnya… atau koleksi minuman anggurnya.
"Ya, ada apa, Shanks-sensei-ya?"
Shanks adalah profesornya Law sewaktu ia kuliah di pelajaran Sejarah Dunia tetapi pria ini berhenti menjadi guru setelah Law lulus dan sekarang ia bekerja sebagai penyidik TKP* (*Tempat Kejadian Perkara). Pria ini sangat suka petualangan meskipun petualangan yang dimaksud itu berbahaya.
"Lawsy! Selamat pagi! Dan sudah berapa kali kubilang untuk berhenti memanggilku 'sensei'?" Shanks mengatakannya dengan cemberut.
"Kebiasaan lama susah hilang." adalah semua yang Law katakan begitu ia turun dari tangga untuk menemui pria tersebut, sampai ia melihat tiga anak kecil disekitar Shanks. Ia berharap apa yang ia pikirkan hanyalah bagian dari imajinasinya, "Uh… siapa mereka?" ia menunjuk pada anak-anak tersebut.
"Oh! Mereka anak-anakku! Sabo, Ace dan Luffy!" jawabnya dengan bangga saat ia menunjuk kepada anak-anaknya.
Yang bernama Ace hanya memelototinya.
Si anak bernama Sabo melambai padanya dengan senyuman.
Luffy hanya memandanginya dengan rasa penasaran.
"Selamat ya, aku tidak tahu kalau kau punya istri." Komen Law dengan antusiasme yang mengejek.
"Istri?" Shanks memandangnya layaknya Law mengatakan bahwa ia mempunyai ketertarikan pada cross-dressing padanya, "Bukan! Aku mengadopsi mereka."
"Huh?"
"Aku menemukan mereka tiga tahun yang lalu di pinggir jalan dan mengadopsi mereka." Jelas Shanks saat ia mengusap-usap rambut Luffy dan sang bocah tertawa kecil pada perhatian kasih sayangnya. "Ace dan Sabo berumur sepuluh tahun sekarang sementara Luffy berumur tujuh tahun."
"Senang bertemu dengan kalian." Ucap Law pada anak-anak, "Maaf tapi kenapa kau mengenalkan mereka padaku?"
"Yah…" Shanks tersenyum malu-malu, "Aku dengar kau mendapat hari libur selama tiga hari."
"Darimana kau mendengarnya?" Law menyipitkan matanya. Mengetahui Shanks ia mungkin—
"Er… aku meng-hack sistem komputer rumah sakitmu?"
–melakukannya dengan cara yang ilegal. Sial, orang ini melayani pemerintah tetapi ia bertindak layaknya pemuda pemberontak dengan melakukan hal-hal ilegal. Kecuali narkoba dan perbudakan manusia atau apa saja yang tidak manusiawi.
"Bagus," gumam Law, "Jadi apa sekarang?"
"Aku akan pergi keluar dari kota selama tiga hari dan tidak ada orang yang bisa menjaga anak-anak."
"Ayah, sudah kubilang Sabo dan aku bisa menjaga diri kami sendiri dan kami juga bisa menjaga Luffy. Lagipula kan hanya tiga hari." Ace mencoba untuk berdebat pada ayahnya. Sepertinya ia tidak ingin tinggal bersama dengan Law dan sang dokter setuju dengannya sepenuh hati.
"Ya ayah! Lagipula ia terlihat menyeramkan!" ucap Sabo saat ia menunjuk pada Law.
Bocah kurang ajar… kalau saja ia tidak mau terjebak bersama-sama dengan mereka ia akan menakut-nakuti mereka sampai mereka kehilangan semua darah yang mereka punya.
"Oh ayolah, Ace, Sabo, kalian berdua tahu kalau aku tidak ingin kalian dirumah sendirian."
"Kalau begitu kenapa tidak panggil Makino!" komplain Ace.
"Makino-chan sedang sakit." Jawab Shanks dengan sabar. Kalau Law menjadi dirinya ia mungkin sudah melempar anak itu ke laut lepas. Lihat, ini alasan kenapa Law tidak ingin menjadi dokter anak.
"Kalau begitu bagaimana dengan Benn-san?" si pirang bertanya.
"Benn sedang ada urusan."
Menonton adegan didepannya Law pun memutuskan untuk menyender pada dinding dan menguap. Ia tidak menyadari bahwa bocah paling kecil mendekatinya dan memandanginya dengan mata yang penuh dengan rasa penasaran.
"Aku suka gambar-gambar yang ada di lenganmu." Luffy tiba-tiba berkata yang mendapatkan perhatian semua orang.
"…gambar yang… ada dilenganku?" Law menanyakan anak itu.
"Yap! Itu terlihat keren! Tapi aku tidak mengerti kata-kata yang ada di jarimu." Luffy cemberut sedikit saat mengatakannya.
"Uh…" Law tidak tahu harus mengatakan apa. Haruskah ia menjawab? Tunggu, haruskah ia menjelaskan kata tersebut pada sang bocah. Lagipula, tatonya bertuliskan DEATH, artinya kematian, dan dia masih mempunyai cukup akal kalau Shanks akan marah padanya jika ia memberitahu definisi kata tersebut pada sang bocah.
"Dahahaha! Sepertinya sudah dipastikan ya!" jawab Shanks dengan ceria.
"Luffy!" kedua kakak laki-laki tersebut berteriak pada sang adik.
"Apa? Aku suka pada orang ini." Balas Luffy pada kedua kakaknya dan mendapatkan benjol dikepala karena Ace memukulnya dengan keras.
"Dasar bodoh! Shanks ingin kita untuk tinggal bersama orang menyeramkan itu!" ucap Ace agak keras begitu ia menyalahkan kebodohan adiknya.
"Aduh! Sakit tahu Ace!" kata Luffy pada rasa sakit yang ia rasakan.
Bagus, sekarang Law akan terjebak bersama dengan tiga bocah selama tiga hari. Keberuntungan, dimana saja kau berada kau akan dicincang-cincang menjadi ukuran-ukuran kecil.
"Ace, jangan sakiti Luffy terus!" tegur si bocah bernama Sabo.
"Tapi Sabo, sekarang kita terjebak dengan si Tuan Menyeramkan!" Ace mengemukakan komplainnya.
"Kan hanya tiga hari, Ace." Sabo balas menjawab.
"Terserah." Jawab Ace saat ia memegang tangan Luffy, "Kau," ia menunjuk pada Law, "Jangan sentuh Saudaraku."
Bocah kurang ajar… dia secara tidak langsung baru saja menuduh Law sebagai seorang pedofil.
"Dimana kami akan tidur?" tanya Sabo pada Shanks.
"Hmm… jika aku ingat-ingat Law punya kamar cadangan untuk para pasien." Ia berpikir sebentar, "Bisakah kamar itu dipakai untuk sementara?" ia mengarahkan pertanyaan itu pada Law.
"Kalau mereka tidak membenci aroma desinfektan dan alkohol boleh saja." Jawab Law. Dan ia sangat yakin kalau para bocah membenci aroma tersebut. Tentu saja! Semua anak membenci hal-hal yang berbau rumah sakit!
"Eh?" Shanks tercengang sebentar. Itu akan menjadi masalah. Luffy benci bau alkohol sementara Ace dan Sabo sangat benci jika di ingatkan untuk tinggal di rumah sakit. Meskipun rumah sang dokter bukanlah rumah sakit, ruangan tersebut bisa dibilang tempat untuk memperpanjang pekerjaan sang dokter bedah tersebut.
"Baiklah, kau berhutang padaku Shanks-ya," ucap Law saat ia melihat mata anak anjingnya si mantan guru sejarah dunia, "Mereka boleh tidur di kamarku. Aku akan tidur di ruang tamu."
"Makasih!" seru Shanks, "Baiklah kalian bertiga, jadilah anak baik selama kalian disini, mengerti?"
"Hai!" jawab Luffy dengan antusias.
"Tch!" Ace masih tidak suka dengan perjanjian tersebut.
"Oke." Jawab Sabo dengan nada rendah.
"Tunggu," Law berusaha mendapatkan perhatian si rambut merah, "Kau akan meninggalkan mereka sekarang?"
"Tentu saja! Semua benda mereka berada di tas dan.. oh! Sebelum aku lupa." Ia mengeluarkan dompetnya dan memberikan kartu kreditnya pada Law, "Pakai ini untuk berbelanja makanan, karena Luffy dan Ace mempunyai lubang hitam sebagai perut mereka, dahahaha!"
Seenggaknya dia masih punya kesadaran yang cukup untuk membayar tagihan makanan untuk mereka jadi Law menerimanya segera. Jika Shanks mengatakan yang sebenarnya maka ia akan jadi orang miskin setelah tiga hari jika ia menggunakan uang miliknya.
"Baiklah Dah!" dan ia pun pergi sebelum Law dapat mengatakan apapun.
Sekarang ia ditinggal bersama dengan tiga bocah.
"Siapa yang mau sarapan?"
XXX
Ternyata apa yang dikatakan Shanks bukanlah bualan ketika ia mengatakan kalau kedua bocah tersebut makan yang banyak. Yah setidaknya itu benar pada Luffy, Ace masih berhati-hati padanya. Untung saja ia belajar cara memasak pada Sanji. Si pirang beralis keriting itu capek melihatnya memakan makanan tidak sehat jadi ia memaksa Law untuk mengingat semua resep yang ia berikan pada si dokter. Berbicara tentang diktator. Setidaknya sudah terbukti bahwa hal itu adalah hal yang bagus dan ia bisa menyelamatkan isi dompetnya jika ialah yang memasak.
Nah, sekarang kembali pada nafsu makan, Luffy adalah lubang hitam berjalan. Selalu meminta makan setiap satu jam padanya!
"Traffy!" panggil Luffy pada sang dokter. Law sudah memperkenalkan dirinya kepada mereka bertiga dan kedua saudara yang tertua dapat mengatakan namanya dengan benar tetapi tidak dengan Luffy yang notabene tidak bisa mengejanya dengan benar! Apakah ia akan terjebak pada nama panggilan yang konyol tersebut selamanya?
"Luffy-ya, namaku itu Trafalgar Law. Tra-fal-gar bukan Traffy!" ingatnya pada sang bocah. Ia tidak akan membiarkan dirinya terjebak pada nama itu selamanya!
"Oh… baiklah…" ucap sang bocah, "Traffy!"
Siaaal!
"Luffy!" tegur Ace pada adiknya, "Sudah hentikan!"
"Tapi aku lapar Ace!" komplen Luffy.
"Kita baru saja makan sejam yang lalu." Jawab Sabo saat ia ikut dalam percakapan tersebut.
"Tapi kan sudah satu jam!" Luffy masih membantah.
"Berhentilah mengeluh! Kau membuat repot semua orang!" ucap Ace dengan kasar tanpa pikir panjang dan itu menyakiti sang adik.
Sepertinya Luffy ingin menangis tetapi ia berusaha untuk menahannya dengan cemberut, "Ba-baiklah."
Berbicara tentang rasa bersalah. Tampang sang anak membuat Law untuk mengabulkan apa yang ia inginkan. Ini juga salah satu mengapa ia benci anak kecil. Mereka selalu mempunyai cara untuk membuat kalian merasa kalian adalah kriminal paling jahat dan kejam sejagat raya.
"Kalian ingin aku membuatkan pancake sebagai snack?" tanyanya pada mereka.
Saat berhubungan dengan makanan, wajah Luffy langsung menjadi cerah,
"Ya!"
"Kalau begitu kalian harus membantuku." Ucap Law padanya. Dan juga menggunakan energi ekstra dari para bocah, "Kalian berdua juga."
"Kenapa kami harus membantumu?" Ace, yang paling tidak mempercayainya, jawab dengan curiga.
"Ada perumpamaan tentang 'Ketika kau di Roma, lakukan apa yang orang Roma lakukan.'" Jawab Law padanya.
"Traffy, kita kan tidak di Roma." Balas Luffy karena ia tidak mengerti apa yang dikatakan pria paruh baya tersebut.
"Itu hanyalah perkataan Luffy," jelas Sabo, "Artinya ketika kau berada di tempat seseorang kau harus melakukan apa yang mereka lakukan juga."
"Oh! Aku mengerti!"
"Bagus, sekarang bantu aku untuk membuat pancakenya." Kata Law saat ia menyiapkan bahan-bahannya.
"Terserah."
Ace tersenyum sinis, ia sangat yakin kalau Luffy akan membuat kerusuhan dan Trafalgar terpaksa akan mengusir mereka keluar dari dapur, dan adiknya sama sekali tidak mengecewakannya begitu sang dokter berusaha untuk mengajari Luffy cara mengaduk adonan dengan pelan. Si bocah malah justru membuat hujan dari adonan pancake!
"Aduk dengan pelan Luffy-ya, pastikan kalau adonannya cukup lembut untuk dimasukkan ke dalam penggorengan oke?"
"Oke, Traffy!"
"Trafalgar."
"Itulah yang kukatakan."
Law menghela napas panjang; sudah diyakinkan bahwa ia tidak akan bisa membuat si bocah mengeja namanya dengan benar. Ia melirik pada kedua bocah yang lain yang sedang mengaduk adonan di dalam mangkuk mereka sendiri.
"Bagaimana dengan kalian?" tanyanya pada mereka.
"Hampir selesai!" jawab Sabo, siapa yang tahu kalau membuat pancake adalah hal yang menyenangkan!
"Aku sudah…" jawab Ace dengan kekecewaan. Sayangnya hal ini tidak diketahui oleh Law.
"Ada apa Ace-ya?"
"Bukan urusanmu." Balas Ace saat ia berputar balik.
"Kau membenciku kan?" tanya Law tetapi ia sudah tahu jawabannya, "Jangan khawatir, sudah biasa kok." Jawabnya saat ia menaruh penggorengan di atas kompor untuk di panasi. Ia tidak menyadari bahwa ia menangkap perhatian sang anak saat ia melanjutkan gumamannya, "Terkadang aku juga heran mengapa aku bisa hidup."
Ace membelalakkan matanya saat mendengarnya. Jangan-jangan… pria ini dan dirinya mempunyai suatu hal yang sama secara umum.
"Sudah selesai!" kata Sabo.
"Aku juga!" teriak Luffy dengan ceria.
"Oke, sekarang kalian pergilah bermain sambil menunggu saat aku menggorengnya."
"Hai!" dan para tiga bocah pun pergi bermain sambil mereka menunggu pancake mereka.
XXX
"Apa yang kau pikir kau lakukan, Akagami?" gema sebuah suara yang beraura dingin ke ruangan tersebut dan Shanks tersentak saat mendengarnya. Ia lagi-lagi ketahuan oleh partnernya.
"Mencoba untuk melihat minuman apa yang mereka punya?" tanyanya saat ia menatap kepada sepasang mata warna emas milik seseorang yang memberinya omelan tanpa suara.
"Kita sedang ada di TKP dan hal pertama yang kau lakukan adalah membuka pintu sebuah kulkas?" tanya sang Dracule Mihawk. Kenapa bisa ia terjebak dengan orang kekanak-kanakan seperti dia? Ya, Shanks memiliki bakat dalam bidang penyelidikan, ia memiliki bakat pengamatan yang bagus yang membuatnya bekerja sama dengan Hawkeye, si mata elang, nama yang Dracule dapatkan setelah bertahun-tahun melayani pemerintah.
"Aku sedang menyelidiki!" sumpeh, beneran! Apartemen ini sangat berantakan, siapa tahu ada bukti di dalam mesin yang menyimpan makanan dan minuman tersebut? lagipula, biasanya jawaban dari sebuah kasus bisa saja ditemukan di tempat yang tidak lazim.
"Lalu mengapa kau memegang minuman anggur itu?" ucap Mihawk, menaikkan sebelah alisnya begitu ia mengatakannya.
"Baiklah, baiklah, aku ketahuan." ujar Shanks begitu ia mengembalikan botol yang ada ditangannya kedalam kulkas, "Man! Ruangan ini benar-benar berantakan." Komen Shanks begitu ia berjalan mendekati dan memeriksa tubuh korban di kasusnya, "Jadi siapa dia?"
"Menurut laporan nama pria ini adalah Buggy dan juga biasa dikenal sebagai Buggy the clown alias si badut." Jawab Mihawk saat ia membaca arsip-arsip yang diberikan kepadanya saat mereka di kantor barusan. Sang korban ditembak tiga kali. Satu di jantungnya dan dua lainnya di area perut.
"Dahahaha! Aku sudah menyadari bagian badutnya! Lihat bagaimana ia menggunakan benda merah itu di hidungnya!" sudah dapat dipastikan bahwa Shanks sama sekali tidak punya rasa respek pada mayat sang korban, "Tapi kenapa dia yang dibunuh?"
"Bukankah itu alasan mengapa kita disini?"
"Tentu saja!" jawabnya saat ia mulai untuk mengaduk-aduk kertas-kertas diatas meja sementara Mihawk pergi mengunjungi bagian lain dari apartemen tesebut.
Setelah berjam-jam mencari-cari bukti akhirnya mereka menemukan beberapa bukti yang mengganggu.
"Dia punya banyak passport yang cukup mencurigakan dan sepertinya ia melakukan transaksi ilegal…" gumam Shanks saat ia membaca arsip-arsip yang ia temukan, "Hawky! Apa saja yang kau temukan?"
"Cukup untuk memberitahuku kalau ia terlibat pada sindikat besar." Ujar Mihawk, "Tapi sepertinya ia berencana untuk keluar dari organisasi tersebut dan menyerahkannya kepada pihak yang berwenang."
"Kenapa?"
"Aku menemukan sekotak obat-obatan terlarang ilegal dibawah laci, mainan anak-anak tapi cukup untuk menyimpan benda-benda seperti itu." Lalu Mihawk menaruh sebuah buku lusuh diatas meja dimana Shanks berada, "Lagipula sepertinya ia tahu bahwa ia akan dibungkam maka ia memberi sebuah petunjuk pada kita."
Shanks membuka buku tersebut dan mengamati tiap halamannya. Buku itu hanyalah novel sederhana tetapi ditiap halaman kata-kata crocodile dan flamingo dilingkari dan di stabilo setiap kali kata-kata tersebut muncul.
"Feelingku mengatakan bahwa mendapat kasus yang serius dan berbahaya disini." Ujar Shanks dengan nada yang tidak biasanya serius, "Tapi kau tahukan kalau ini kurang kalau disebut petunjuk."
"Setidaknya sudah cukup untuk mengirim beberapa orang untuk mencarinya." Ia berpendapat kembali.
"Itulah yang kusuka darimu Hawky!" balas Shanks dengan ceria saat ia keluar dari apartemen yang diikuti oleh partnernya.
"Berhenti memanggilku dengan nama itu, Akagami." Ucap Mihawk dengan tegas.
"Hai~ Hai~" Shanks sudah pasti tidak akan melakukan hal tersebut, "Hei, Hawky!" kan? Ia adalah orang paling menyebalkan bahkan menurut Mihawk sendiri, "Aku akan membeli beberapa minuman dan makanan. Kenapa kau tidak pergi duluan saja?"
"Kau yakin? Pergi sendirian saat ada kasus?" ya, akan sangat berbahaya karena bisa saja pelakunya membungkam para penyelidik dan menghapus segala bukti yang ada. Meskipun begitu Mihawk itu kuat, gelarnya sebagai pendekar pedang terkuat bukanlah isapan jempol belaka.
"Aku bisa merawat diriku sendiri." Shanks cemberut dan menggunakan mata anak anjing miliknya, sebuah teknik yang ia pelajari dari Luffy.
Setelah melihat tatapan menyedihkan si rambut merah, Mihawk akhirnya menyerah,
"Baiklah, tapi jangan lama-lama."
"Yay!" dan ia pun berlari secepatnya yang ia bisa.
Apa Shanks adalah anak kecil yang terjebak dalam tubuh orang dewasa?
Sekanak-kanakannya dia, Shanks tidak akan melewatkan kesempatan ini untuk bersenang-senang. Ia percaya bahwa Ia harus hidup tanpa penyesalan. Satu hal yang ia tahu karena ia juga tahu bahwa ia hanya bisa hidup sekali. Ia tahu apalah kematian di umur yang sangat muda.
Latar belakangnya sama sekali tidak menyesakkan hati. Ia adalah seorang yatim-piatu dan tidak pernah terganggu untuk mencari orang tua kandungnya. Lagipula ia sudah memiliki teman-teman yang ia anggap keluarga! Lalu ia terdaftar sebagai anggota sosial dan berencana untuk menjadi seorang profesor. Di kampus One Piece ia bertemu dengan murid-murid yang sangat unik.
Jika ia menyebutkan nama-namanya mungkin akan selesai dalam satu hari penuh. Salah satunya adalah Trafalgar Law, si bocah yang memiliki sifat yang sadis setiap kali hal-hal yang berhubungan pembedahan terlibat tapi itulah yang membuat kehidupan Shanks menjadi lebih menarik. Terutama tentang Law dan Kidd yang sering berantem benar-benar sangat menarik, sehingga ia cukup terkejut ketika ia mendengar berita kalau mereka berdua menjadi teman baik dan sahabat. Hubungan memang bisa terbentuk menjadi hal yang tidak biasa dari yang terlihat. Tentu saja ia tidak melupakan Sanji yang merupakan koki yang handal dan adik laki-laki Mihawk, Zoro, yang memiliki kesenangan yang sama pada ahli pedang.
"Terima kasih banyak, silahkan datang lagi." Ucap sang wanita penjaga kasir saat Shanks membayar.
Kali ini ia meyakinkan dirinya untuk membelikan sesuatu untuk Mihawk karena ia tahu betul kalau si pria tersebut marah kepadanya karena pergi begitu saja. Sambil ia menunggu lampu lalu lintas berubah hijau ia memandangi jamnya. Pukul 11:45. Untung saja ia membeli beberapa makanan untuk makan siang bersama, tentu saja dengan beberapa minuman alkohol. Ia pun menyebrangi jalanan ketika ia mendengar decitan keras dan jeritan. Hal selanjutnya yang ia rasakan adalah rasa sakit. Ia juga merasakan bahwa ia semakin sulit untuk bernafas dan jantungnya berdetak lebih pelan dari yang seharusnya. Lalu… tidak ada…
"SESEORANG TOLONG PANGGIL AMBULANS!" teriak seseorang.
XXX
Trafalgar Law sedang mendapatkan sakit kepala ringan dalam setahun. Menjaga tiga bocah energik benar-benar membuat rumahnya layaknya kapal pecah dengan barang-barangnya berserakan di segala ruangan. Para bocah ini berpikir kalau bermain bajak laut itu menyenangkan di dalam rumahnya! Harinya yang seharusnya sebentar menjadi terlalu lama dan akhirnya malam pun tiba.
Ia berpikir bahwa Ace ingin membuat hidupnya layaknya di neraka selama ia disini.
Luffy selalu membuatnya capek karena memasak.
Beruntung Sabo tertarik dengan buku-buku jadi itu bukan masalah baginya.
Akhirnya, malam pun tiba dan para bocah pun akhirnya tertidur. Ia hampir saja tertidur di sofa jika saja hp-nya tidak berbunyi,
"Bagus, hari liburku benar-benar hancur!" ujarnya sebelum ia menjawab telponnya, "Apa?"
Siapa saja di seberang sana sudah dipastikan bahwa orang tersebut sama sekali tidak bergeming akibat ucapan ketus Law,
"Apakah ini Trafalgar Law?" tanya seseorang di telponnya. Tidak peduli betapa tidak beremosinya suara tersebut terdengar Law berani bersumpah jika ia mendengarkan sedikit tekanan dalamnya.
"Ya, saya sendiri."
"Bagaimana hubunganmu dengan Akagami Shanks?" adalah pertanyaan selanjutnya.
"Teman… mungkin. Yah sebenarnya ia guruku di masa lalu tapi semenjak ia keluar menurutku kami hanyalah teman biasa." Jawabnya, sama sekali tidak menyukai apa yang terjadi.
"Apakah anak-anaknya bersamamu?"
Apa?
"Maaf ya pak, tapi apa yang kau inginkan? Kenapa kau menanyakanku tentang anak-anaknya Shanks-ya?"
Terdapat jeda sebentar…
"Akagami Shanks tertabrak oleh mobil dan sekarang tubuhnya berada di Rumah Sakit Red Line. Dokter mengatakan bahwa ia meninggal saat sampai di RS."
Apa?
"Maaf ya brengsek, siapa saja kau, ini sama sekali bukan candaan yang lucu dan aku benar-benar akan merobekmu kecil-kecil menggunakan skalpel jika kau melanjutkan candaan sakit milikmu itu." Ancam Law. Sangat tidak bisa dipercaya bahwa apa yang baru saja ia dengar adalah kenyataan.
Terdengar hembusan nafas panjang yang terdengar sangat frustasi…
"Saya juga berharap kalau saya juga hanya bercanda, sayangnya saya tidak bercanda. Nama saya Dracule Mihawk, partner-nya."
Terdapat jeda lagi…
"…saya benar-benar minta maaf… saya tidak ada disana saat kejadian tersebut terjadi…" sayangnya hal tersebut tidak terdengar karena hp tersebut sudah merosot jatuh dari tangan Law saat ia mencoba memproses informasi barusan.
Shanks…
Meninggal…
Ia baru saja bertemu dengan pria itu pagi ini untuk menitipkan anak-anaknya dan sekarang ia sudah meninggal?
Bagaimana cara ia mengatakan hal tersebut kepada anak-anaknya?
Berita bahwa ayah mereka sudah… meninggal…
DEATH…
Ia tidak pernah menyangka bahwa terdapat waktu dimana ia berharap tato-tato di jari-jarinya tidak pernah ada disana.
A/N: Yap, akhirnya selesai.. siapa sangka kalau men-translate cerita milik orang lain itu sulit dan melelahkan? Tapi, saya melakukannya dengan sepenuh hati jadi segala kendala-kendala yang ada di diskon setengah deh! #asekbahasanyeee. Jangan lupa review dan maap jika ada kata-kata yang aneh dan menyinggung karena itu sama sekali tidak di sengaja..
Disclaimer: OP milik Odacchi. Jika milik saya, saya ga bakal biarin Ace mati ditangan si anjing buluk itu! (baca: Akainu) dan tentu saja cerita aslinya milik gdesertsand~ kalau ini cerita asli saya, berarti saya udah hebat banget kali ya? Wakakakakak!
