Heaven

Disc: I do not own utapri.

Happy reading~

Chapter 1

Hari ini adalah hari spesial bagi seorang rednette di dormitory besar itu. Bukan Shining, bukan Ittoki, namun Tomochika. Ia mengenakan dress putihnya, memandang lekat ke cermin untuk melihat refleksinya yang terkesan cantik namun muram. Kalau saja ini keinginannya sendiri, pasti kini ia telah berbahagia.

Mobil yang akan menjemputnya belum tiba, tetapi para penghuni dormitory itu sudah siap dengan seragam berwarna putih mereka. Semua ribut menyambut hari bahagia ini. Tapi Tomochika tahu, tak ada yang menyadari kesedihan di hatinya.

"Kau sudah siap?"

Ia berhenti mengenakan kalungnya, sesosok lelaki berambut biru berhenti tepat di ambang pintu.

Flashback

"Ya, selamat datang Shibuya-san! Wah seperti yang orang—orang katakan, kau memang cantik!"

"Ah, terima kasih!"

"Jadi apa kabar? Apa kau sudah punya kekasih?"

"Hahahaha, aku baik-baik saja kok. Pertanyaan macam itu, aku pasti akan memberitahukannya segera saat aku sudah punya, nee~"

Gema tawa dari ruangan itu terdengar, cahaya televisi yang menyala menghiasi ruang tengah yang sudah gelap. Pukul 2 pagi sekarang, tapi yang dilakukan Tomo hanyalah menonton rekaman ulang talkshownya beberapa hari lalu. Ia diliputi kesedihan, air matanya membasahi pelupuknya yang sudah agak membengkak. Jelas di acara itu ia berbohong, mempunyai pacar atau kekasih sekarang bukan menjadi hal terindah yang Tomo rasakan. Itu bukanlah suatu hal yang dengan bangganya ia ceritakan kepada publik. Tawanya di televisi juga kadang hanya kepalsuan belaka. Tapi Tomo begitu jenius hingga orang menganggap hidupnya selalu menyenangkan.

Ia menggengam ponselnya dengan erat dan tak mau mendengar bunyi notifikasi chat lagi. Itu adalah hal yang menyeramkan baginya sekarang, ia diikuti oleh seseorang yang ia tak inginkan ada di dunia.

Praaak!

"Shibuya?"

Wajah Tomo yang kusut langsung menoleh ke arah sumber suara itu. Seorang lelaki dengan kimono terlihat mendekatinya dan memergokinya ditengah-tengah kesedihan gadis tersebut. Ponsel berwarna pink sudah tergeletak di kejauhan. Dilempar meskipun tak ada lecet satupun.

"H-Hijirikawa?" ia terkesiap, tak berani menatap Masato secara langsung. Tapi lelaki itu tahu tempat dan sadar bahwa suasana sedang tidak enak. Dengan pelan ia mengambil ponsel Tomo lalu menaruhnya diatas meja. Sesaat ia berhenti melangkah dan bingung untuk berbuat apa.

"Kenapa belum tidur?"

Tomo tak menjawab, ia larut dalam pikirannya. Atau memang ia tak ingin berbicara pada siapapun sekarang.

"Shibuya?"

Masato perlahan mendekatinya. Hatinya tak kuat melihat Tomo yang hancur seperti itu.

"Hei, ini sudah-"

"DIAM!"

Ditengah kegelapan, bentakan Tomo terdengar menyedihkan, bukan mengerikan. Suaranya lepas kontrol dan Tomo sadar itu cukup keterlaluan. Perlahan ia menaikan pandangannya. Ia tidak mendapati Masato yang marah. Ia tidak mendapati Masato yang pergi meninggalkannya.

Namun, Masato hanya tersenyum kecil. Matanya yang tegas kini berubah menjadi sedikit sayu. Biasanya sikap seperti itu akan dilengkapi dengan pelukan atau usapan di kepala. Tapi ia memutuskan untuk hanya memberikan senyuman saja pada Tomo. Ia belum berani karena mungkin akan dianggap lancang.

"Hijirikawa, maaf aku-"

"Tidak apa-apa. Maaf telah mengganggu mu juga."

Masato kembali ke kamarnya dengan membawa secangkir ocha, meninggalkan Tomo dalam kesendiriannya lagi. Andaikan saja Ibu dan Ayahnya mentunangkannya dengan lelaki seperti Masto.

Ya, andaikan saja.

"Baik, Hijirikawa Masato dan Shibuya Tomochika. Standby!"

"Ryoukai!"

Kebetulan, Ringo-Sensei memberikan jadwal talkshow hari ini untuk Masato dan Tomochika. Meskipun dadakan, tetapi Masato kira suasananya akan canggung. Ditambah lagi kejadian semalam. Tak disangka ternyata Tomo berhasil memanage perasaannya dan menekannya hingga tak terlihat satupun sisa kesedihan bekas semalam. Ia mencoba unutk professional dan tidak merepotkan banyak orang. Kalaupun tangisnya dilihat orang pun itu hanya kebetulan saja. Tomo bertekad untuk menyimpan masalahnya sendiri. Sekalipun itu Haruka, ia akan berbohong agar sahabatnya itu tidak merasa khawatir.

"Ne, ada apa Hijirikawa?"

Masato menggeleng, ia kemudian kembali membetulkan posisi dasinya. Talk show di Bell TV berlangsung meriah dengan fans-fans STARISH dan fans-fans Tomo sendiri. Masa dengan figur tenangnya, juga Tomo dengan figur cerianya. Mereka bersama-sama melakukan sesi tanya jawab, game interaktif dengan penoton, dan juga bernyani bersama. Aneh, talkshow kali ini lebih menyenangkan dibanding talkshow-talkshow sebelumnya yang Masato jalani. Acara berakhir setelah 2 jam tayang.

"Otsukaresama deshita! Terima kasih atas kerja samanya!"
Masato dan juga Tomo menunduk memberikan salam pada staff talkshow itu. Mereka bercengkrama sebentar hingga akhirnya ponsel Tomo berbunyi.

Lagi-lagi, raut wajahnya berubah menjadi muram "Permisi, aku harus mengangkat telepon dulu."

"Kukira kau tidak akan mengangkatnya." sapa orang di panggilan itu.

"Apa maumu?"

"Aku liat talkshow live tadi. Ayo kita pulang bersama."

Tangan wanita itu terlihat bergetar sedikit. "T-tidak perlu. Aku akan dijemput langsung oleh orang dari kantor."

Suara disebrang sana terdengar tertawa jahat seolah mengejek Tomo dengan angkuh. "Oh ya? Tapi Ibumu sudah menelpon ke kantor bahwa kau tidak perlu dijemput."

Mulut Tomo terbuka lebar.

"Shibuya, ada apa?" tepat setelah Masato menyelesaikan pertanyaannya, langkah kaki mendekati mereka terdengar semakin dekat. Masato menoleh, tapi tidak dengan Tomo. Ia tidak berani melihat mimpi buruknya. Seorang lelaki tinggi dengan rambut disisir kebelakang dan berkacamata tersenyum sopan kepada Masato. Ia cukup menawan dengan vest, dasi, dan sarung tangan yang menempel pada tubuhnya. "Permisi, Hijirikawa-san. Aku ingin menjemput Tomo-chan pulang."

Bak tersihir dengan kalimatnya, Tomo memutar badan dan menghampiri ajakan lelaki itu, terlihat menurut dengan ketakutan besar yang terpancar dari matanya. Ia tunduk begitu saja setelah tadi menolak ajakan pulangnya dengan kasar. "Maaf, Anda siapa?"

Pertanyaan Masato memberhentikan langkah Tomo, ia memandang lelaki asing tersebut dan menggelengkan kepala seakan memintanya untuk tutup mulut. Tapi yang ditanya bersikeras untuk menjawab pertanyaan Masato dengan sopan santun yang tinggi. Ia mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. "Aku Shiiragi Kazuhiko, tunangan Tomochika. Salam kenal, Hijirikawa-san."

"..Dan terima kasih telah menjaga tunangan ku malam ini."

~To Be Continued~