Disclaimer; Masashi Kishimoto
Rated; Teenager
Hinata menghela napas panjang saat ia tahu bahwa tempat pensilnya tertinggal di meja belajar semalam. Padahal, hari ini mata pelajaran Fisika menunggunya di jam pertama. Sungguh malang nasibmu, Hinata!
.
.
.
Hinata melirik orang disebelahnya. Sepasang lavendernya mengamati cowok disebelahnya.
Rambutnya merah bata.
Irisnya hijau jade.
Tatapannya dingin.
Tato kanji 'ai' menghiasi kening sebelah kriinya.
Hanya dia satu-satunya orang yang Hinata bisa mintai tolong. Karena memang dia—Sabaku Gaara—yang duduknya paling dekat dengan Hinata.
Sebangku malah.
.
.
.
Merasa ada yang memerhatikan, Gaara menoleh ke kanan.
Naruto sibuk menguap saat ia baru saja mengisi soal pertamanya.
Kayaknya bukan Naruto, dia sibuk sekali menguap sampai-sampai tak sadar bahwa tinta yang dia pakai bukan biru, tapi merah.
Gaara menoleh ke belakang.
Ada Shikamaru.
Sudah tahu 'kan apa yang sedang dia lakukan tanpa perlu dijelaskan lagi?
Tidur.
Iya, sampai ngorok malah.
Frustasi, Gaara menoleh ke kiri.
Bingo!
Lavender bertemu jade.
.
.
.
"A-ano e-etto," Hinata gelagapan saat mengetahui bahwa ia tertangkap basah sedang melirik cowok disebelahnya—Gaara. Rona merah menjalar di pipinya.
Hinata tersenyum menanggapi tatapan dingin dari si jade.
"A-ano—" sebelum Hinata menyelesaikan kalimatnya, ia sudah dicela.
"Apa lihat-lihat?" tegur Gaara dingin.
Nyali Hinata ciut.
Takut.
Lebih baik tidak melihatnya tadi, tatapan matanya menguliti! Batin Hinata.
"Ada yang salah dengan wajahku?" tegur Gaara lagi.
Hinata menggeleng pelan.
Duh, pinjam bolpoin saja rasanya kok sukar sekali bagi Hinata.
"Lantas apa yang membuatmu melihat wajahku terus?" cecar Gaara.
Hinata meremas ujung roknya.
Grogi.
"Bo-boleh pinjam pul-pulpen?" tanya Hinata memberanikan diri.
Nah gitu kek daritadi!
Dahi Gaara berkerut. "Tidak ada." Jawabnya singkat.
Kenapa tidak bilang daritadi sih?
"Tapi kalau mau, aku punya pensil." Kemudian Gaara menyodorkan sebuah pensil mekanik berwarna merah menyala dengan atasnya yang berbentuk pita polkadot.
Pita polkadot?
Iya.
Aku nggak salah tulis kok.
.
.
.
"A-arigatou." Ucap Hinata sambil menerima pensil mekanik itu. Sejenak ia mengamati pensil itu sebentar kemudian mengulum senyum geli.
"Gausah tertawa. Pensil itu pemberian kakakku." Kuak Gaara membuat Hinata langsung diam dan manggut-manggut mengerti. "Kalau mau, simpan buatmu saja. Sampai jumpa." Setelah berkata demikian, Gaara bangkut dari tempatnya duduk kemudian menyerahkan lembar kertas ujiannya ke meja guru.
Pipi Hinata kembali merona.
Ia belum pernah punya barang pemberian seseorang, terlebih lagi yang memberinya adalah seorang cowok.
Apa kata kakaknya—Neji—yang sister complex itu nanti jika ia tahu adiknya yang sangat ia cintai itu membawa sebuah pensil mekanik berpita polkadot itu?
Tapi Hinata menyimpan pensil itu di kantungnya.
Kalau polkadot, rasanya siapapun bisa memaklumi kalau yang memiliki pensil itu adalah wanita bukan?
Syukurlah Hinata, sekarang kau mempunyai alibi!
TBC
Gimana? Tadinya pengen dijadiin oneshot, biasalah otak suka gabisa berkompromi -_-
lagi lagi tanpa alur huft /alay
okedew, mind to RnR? :3
