Disclaimer : Seluruh karakter di Kuroko no Basuke milik Fujimaki Tadatoshi. Saya hanya pinjam saja buat menyalurkan imajinasi.

A/N : Saya sangat menyarankan untuk membuka google translate sekarang bagi para calon reader yang tidak mengerti bahasa Prancis. Saya males translate soalnya, hahaha…. (maybe) fluff alert!


.

.

.

"Gombal"

.

.

.

Midorima Shintarou tampak menekuni bukunya dalam-dalam. Buku berlabel "Belajar Mudah Bahasa Prancis" itu tampaknya sudah dibaca ribuan kali karena penampilannya yang lecek. Belum lagi ada noda kecoklatan di sana sini. Siapapun yang melihat akan mengira kalau Midorima pasti membawa buku itu kemana-mana dan mempelajarinya dengan tekun. Midorima memang membawa buku itu kemana-mana kemarin, tapi hanya karena buku itu adalah lucky item-nya. Noda kecoklatan itu disebabkan karena adiknya beberapa hari lalu menumpahkan kopi di buku itu.

"Shin-chan." Takao Kazunari duduk di seberang Midorima di sebuah restoran keluarga. Kedua tangannya di atas meja, menumpu dagu. Giginya sibuk mempermainkan sedotan di gelas jus yang isinya sudah tak ada.

"Shin-chan." Takao memanggil lagi. Sudah limabelas menit Midorima tidak mengacuhkannya. Alasannya sepele : dia sedang sibuk belajar untuk ujian lisan bahasa Prancis besok. Takao jauh lebih mahir dari Midorima soal bahasa. Jadi Takao tidak repot belajar. Baginya bahasa itu hanya membutuhkan feeling dan insting.

"Shin-chan!" Akhirnya Takao berseru keras, menyebabkan dua orang siswi dari sekolah lain di sebelah meja mereka menoleh. Takao nyengir minta maaf pada mereka.

"Apa, sih, Takao?" Tanya Midorima sebal karena kegiatan belajarnya terganggu.

"Mou, kau ini dari tadi tidak mengacuhkanku. Memangnya kau pikir aku ini patung apa?" Takao merengut.

"Kau tidak lihat aku sedang sibuk, Bakao? Ujian besok mempertaruhkan segalanya-nanodayo."

"Alay." Takao memutar bola mata. Memang tidak diketahui penyebabnya kenapa Midorima hanya lemah dalam subjek bahasa Prancis. Padahal bahasa Inggris apalagi bahasa Jepang-nya nilainya bagus-bagus. Midorima harus belajar ekstra agar bahasa Prancis-nya tidak remidi.

"Kalau begitu sini, biar aku ajari." Ujar Takao sambil merebut buku teks Midorima. Pemuda berambut hijau itu mengerutkan kening, tampak tak yakin. Tapi dia harus mengakui kalau nilai bahasa Takao tak ada yang kurang dari delapan puluh, jadi dia manut saja.

"Kita berdialog saja, mulai dari memperkenalkan diri." Kata Takao setelah melihat-lihat sebentar materi dalam buku pegangan itu. Pemuda berambut coklat itu mengembalikan buku ke hadapan Midorima dan memperbaiki posisi duduknya. "Ayo, tanyai aku."

"Bonjour." Midorima memulai.

"Bonjour." Takao menjawab sambil tersenyum.

"Tu t'appelles comment?"

"Je m'appelle Takao Kazunari."

"Tu as quel âge?"

"J'ai 17 ans."

"Tu habites où?"

"J'habite à ton cœur." Midorima mengernyit. Sepertinya yang ini agak aneh.

"Tu viens d'où?"

"Je viens de tes rêves."

"Takao, kau dari tadi bicara apa, sih? Tidak ada di buku-nanodayo." Midorima membolak-balik bukunya. Harusnya dua pertanyaan tadi dijawab dengan nama tempat, tapi Takao malah menjawab entah apa.

"Tu es très beau je te regarde tous les jours et je n'ennuie jamais."

"Hah?" Midorima melongo tak mengerti.

"Tu es une créature parfaite crée par le Dieu." Dari ujung matanya Midorima bisa melihat dua orang siswi di sebelah meja mereka sudah menatap penuh minat. Takao tidak bicara yang aneh-aneh, kan?

"Takao?"

"J'arrête de respirer chaque fois tu souris—" Kedua siswi itu senyum-senyum tak jelas, dan Takao memberikan seringaian menyebalkan yang biasa dia tunjukkan kalau dia sedang menggoda Midorima.

"Tu es un air pour moi, tu es un élément le plus important qui support ma vie."

Midorima mengurungkan niatnya berteriak karena kini Takao menatapnya intens, tersenyum lembut.

"Tu es la plus belle chose qui arrive dans ma vie. Je suis sûr que je ne peux pas vivre sans toi."

Midorima bisa mendengar kedua siswi di meja sebelah mendesah memuja, persis kelakuan adik perempuannya kalau sedang melihat tokoh utama dalam film tengah melakukan sesuatu yang romantis pada lawan main. Tunggu dulu. Takao tidak baru saja mengatakan hal romantis padanya, kan? Karena mereka sedang berada di tempat umum! Bukannya kalau mereka sedang berduaan Takao boleh beromantis-romantis padanya, lho ya.

"Takao." Midorima berkata dengan nada rendah memperingatkan sebelum Takao mulai bicara lagi.

"Hm?" Takao tersenyum innocent.

"Aku tanya kau ini bicara apa dari tadi? Aku tidak mengerti sama sekali-nanodayo." Kata Midorima, meskipun kurang lebih bisa tahu inti perkataan Takao dari reaksi pengunjung di sebelah mereka.

"Ah, nggak, kok, Shin-chan. Ayo pulang." Takao menarik tangan Midorima untuk bangkit dan pergi dari situ, membuat dua orang siswi di meja sebelah menjerit tertahan, lalu kasak kusuk sendiri. Mendadak shipper MidoTaka (atau TakaMido?) bertambah dua orang.

.

.

.


A/N : Entah apa ini. Lagi-lagi saya bikin fic ga jelas…. Maklum lagi butuh asupan yang romantis-romantis. Bagi yang ga ngerti itu Takao ngomong apa, saya sudah peringatkan buka google translate dulu sebelum baca ini fic.

Buat yang nungguin Rumah Kontrakan saya—bukan, bukannya saya mau ngontrakin rumah—harap sabar ya. Entah kenapa mood nulis horornya lagi ilang. Tapi pasti saya apdet kok.

Thanks sudah membaca, silahkan tinggal sesuatu bila berminat ^^