Chapter 1
Story of futago
(Kuroko Tetsuya & Futago OC!)
Notes : sudut pandang futago OC (kembaranya kuroko) seorang cewek.
Pov OC
"Aniki, seragamku dimana? Kok nggak ada dilemari" Aku mengacak-acak isi lemari, hingga berantakan isinya.
"Sumimasen, ini seragamu. Tadi aku menyetrikanya." ucap Aniki, memberikan seragam itu padaku.
"Aniki, kau tidak perlu membantuku lagi. Aku bukan anak kecil yang tidak bisa menyetrika seragamku sendiri"
"Daijoube. Kita sama-sama murid kelas 1 Teikou chuugakou." ia tersenyum tipis dihadapanku. Tetsu-nii terlihat manis dengan senyumanya. Tapi aku tidak menyukai dirinya, yang selalu berusaha membantuku. Kenyataanya aku pun tak bisa tanpa bantuanya.
Aku tidak bisa membalas senyuman tulusnya, karena tak selamanya aku berbohong tentang perasaanku yang sebenarnya. Terkadang aku tidak menyukainya di kondisi tertentu, kadang aku mengkhawatirkanya.
" baka aniki.." gumamku pelan. Aku menuju kloset untuk mengganti pakaian. Kemeja berwarna biru muda, rok hitam pendek diatas lutut, blazer putih beserta dasi hitam. Tampak rapih licin sehabis disetrika, kini mulai kukenakan satu persatu.
Saat keluar ruangan, kusibakkan gorden jendela, tanpa sengaja aku melihat Aniki mengambil surat di kotak surat, dan menyimpanya didalam sakunya.
Aku bergegas keluar menuju ruang makan. Hanya sekedar sarapan di pagi hari, saat okaasan memanggilku.
Disaat yang sama, kulihat ia sudah duduk manis menikmati sarapan pagi. Menu sarapan pagi ini omelet raisu, buatan okaasan. Aku perlahan duduk, menatap aniki. Ia terlihat bahagia, kurasa aku pun juga merasakan hal yang sama.
"Ittadakimasu.." ucapku mulai menyendokkan omelet raisu.
"Hari ini okaasan sangat bahagia." ucap okaasan mulai berbicara. Otousan tidak ada dirumah karena pekerjaanya diluar kota.
"Hari ini, kalian harus berfoto bersama, sebelum berangkat! Aku bahagia kalian sudah sebesar ini! Dan juga semakin kawaii." ucap okaasan mengeluarkan kamera digital-nya. Sungguh, ini akan. Menjadi menyebalkan. Okaasan selalu menjadikan kami objek fotonya. Dan berapa banyak foto kami berdua? Bisa dilihat koleksinya sampai satu rak buku!
"Haik. Okasaan. Aku juga senang bisa masuk Teikou chuugakou. Untuk kenang-kenangan bagus sekali untuk kita berdua" ucap aniki menatapku dengan senyumanya. Tidak bisa dipercaya, mau bagaimana lagi kalau aniki sudah menyetujuinya, tak bisa aku menolak begitu saja. Atau nanti yang aku dengar dari okaasan adalah..
"Hee? Nande-kenapa- kau dan tetsuya sedang bertengkar? Kan sudah kukatakan kalian ini harus akur dan saling mendukung satu sama lain, huweee kalian membuatku sedih"
Begitulah kira-kira. Padahal bukan berati aku bermaksud seperti itu.
" ayo kita mulai berfoto." ucap okaasan menyuruh kami keluar rumah. Di teras rumah kami berfoto.
" katakan cheese!" ucap okaasan bersemangat.
Ctik
Ctik
Ctik
"Haik, sudah cukup nanti kalian terlambat" ucap okaasan sambil mem-preview hasil foto tadi dikamera-nya. Lebih tepatnya, mengabaikan kami setelah mendapatkan keinginanya.
Dan juga kami hampir terlambat karena insiden ini.
"Ittekimasu," ucapku berbarengan dengan aniki saat keluar gerbang.
Selama perjalanan, kami hanya diam seperti biasa, tak banyak bicara. Walaupun kami kembar, bukan berati kami saling terbuka satu sama lain, justru sebaliknya. Walaupun begitu, kami berdua punya rasa ingin tahu satu sama lain, dan bahkan mengetahuinya tanpa harus mengucapkanya. Mungkin ini yang dinamakan ikatan batin saudara kembar.
Akhirnya kami sampai di gerbang teikou. Cukup berjalan kaki selama 15-20 menit kami sudah sampai di Teikou.
"Aniki, tunggu sebentar" aku menarik lenganya dan ia menengok kearahku dengan tatapan bingung.
"Aku tidak ingin terlihat bersamamu, bisakah kita berpencar?" ucapku. Mungkin wajahku poker face. Tak bisa ditebak, namun hanya dia yang mengerti diriku, tanpa perlu basa-basi, ataupun bersikap manis.
"Haik. Nanti kita bertemu lagi saat sepulang sekolah" ucap Aniki. Ia langsung mengambil rute berlainan arah denganku.
Aku menatapnya dari kejauhan, sempat berpikir aku tidak mau melakukan ini. Namun, aku sudah lelah bersamanya terus. Sesekali aku ingin kita tidak terlihat bersama, yang terpenting okaasan tidak mengetahui hal ini.
"Baiklah, aku hanya berkeliling saja, lagipula tujuanku ikut klub kesehatan" ucapku mengambil formulir dan mengisinya.
"Selamat datang di klub kesehatan, silahkan isi formulirnya, etoo.. Ano apa yang kau bawa?"
"Buku telpon nanodayo" ucap seorang lelaki bersurai hijau, berkacamata, jarinya terbalut lilitan putih. Membawa buku telepon, tingginya sekitar 180-an keatas.
"Dakara nande-lalu kenapa- kau membawa buku telepon?!" ucap staff di klub kesehatan terkejut.
"Lucky item nanodayo" ucapnya sambil membenarkan kacamata-nya yang tidak melorot itu.
Tak lama aku memperhatikan dirinya, ia menatapku balik. Segera aku mengalihkan pandanganku seolah aku tidak memperhatikanya.
Dan lagipula, aku sudah selesai mengisinya sedari tadi.
"Aku sudah selesai." ucapku mengembalikan formulir itu. Aku merasa gerak-geriku diperhatikan oleh orang itu.
"Kawaii.." ucap staff klub kesehatan. Aku masih diam dengan poker face-ku.
Sedangkan lelaki bersurai hijau itu salah tingkah dan mukanya memerah. Apa dia sedang sakit?
"Kau benar-benar manis, aaahh, aku yakin pasienmu nanti cepat sembuh." goda staff dari klub kesehatan, tentu saja yang mengatakan perempuan, aku sudah sering mendengarnya.
Namun, yang tak pernah kudengar dari seorang laki-laki, termasuk aniki.
"Arigatou senpai, kalau begitu aku berkeliling dulu. Sampai nanti" ucapku sopan.
"Benar-benar manis gadis itu ya, rambutnya sebahu, bersurai baby blue. Badanya yang mungil, huaa aku ingin punya imouto seperti itu" ucap para senpai berfangirling ria. Tentu aku masih mendengarnya dari jarak yang tak terlalu jauh saat aku meninggalkan tempat itu.
"Ne.. Ada apa kouhai-kun(adik kelas) kau menatap gadis itu terus? Ah.. Masaka(jangan-jangan) kau menyukainya ya? Kyu-kyu (semacam cie cie)"
"Nani?! Tidak mungkin. Dia tidak manis sama sekali. La-lagi pula dia bukan tipeku nanodayou" ucap lelaki bersurai hijau itu. Sungguh, sesak juga ternyata aku dibilang tidak manis. Ternyata, hanya perempuanlah yang menyukaiku, entahlah mungkin aku akan kesulitan mempunyai pacar. Karena laki-laki tidak suka yang manis, tapi seksi.
Aku meneruskan perjalananku, sampai akhirnya aku berhenti di stand klub basket.
"Aniki pasti sudah mendaftar klub basket.." ucapku lirih.
"Aku sudah tidak sabar, melihat aniki bermain basket lagi." aku mulai tersenyum dibalik poker face-ku. Senyuman yang mungkin Aniki tidak pernah mengetahuinya.
"Aku juga menantikanya" ucap seseorang dibelakangku. Aku menengok sumber suara tersebut. Dan ternyata,
"Sumimasen, pada akhirnya kita bertemu disini"
Dugaanku benar, aniki dibelakangku.
"Tetsu-nii jangan mengagetkanku begitu dong. Tidak lucu kau mendengar semua ucapanku"
"Daijuoube. Lagipula aku senang mendengarnya" ucap aniki tersenyum tipis. Namun aku tahu, dia sedang terharu karena ucapanku yang jarang diucapkan olehku.
"Karena kau senang, kau yang mentraktirku makan di majiba" aku menarik lenganya seperti bergandengan.
Saat kami bergandengan, tak sengaja aku menabrak lelaki berkulit tan, bersurai navy blue. Dia bersama seorang gadis cantik bersurai merah jambu, dan.. Err dadanya besar. Mereka pasti sepasang kekasih.
"Gomen kudasai" ucapku. Dia masih terdiam dan sedikit berpikir dari ekspresi wajahnya.
"Ah gomen, aku juga tidak sengaja. Tapi.." ia menjeda perkataanya, dia melihat pegangan tangan kami. Dan mulai berkata kembali.
"Kalian berdua incest?" seketika sweat drop aku mendengarnya, bahkan tidak cuman aku, aniki dan gadis bersurai merah jambu pun seperti itu.
"Dai-chan, kau jangan bertanya seperti itu. Ah gomene, kadang-kadang dia memang bodoh" ucap gadis bersurai merah jambu itu.
"Oi satsuki! Aku hanya bertanya-" ucap lelaki bersurai navy blue meninggikan nada bicaranya.
Tak lama si bersurai merah jambu membekap mulutnya dan menyeretnya pergi.
"Ah sumimasen, kami ada urusan. Jaa naa" ucap gadis bersurai merah jambu sudah jauh dari hadapan kami.
"Ini yang kutakutkan jika kita bersama terus. Semua menganggap kita incest. Padahal baru saja aku memulai kehidupanku di smp" ucapku pundung di pojokan. Aniki hanya menepuk-nepuk pundaku.
"Bersemangatlah, ayo kita beli vanila milkshake" ucap aniki mengulurkan tanganya. Namun, aku enggan menerimanya.
Dia terlihat sedikit kecewa dengan sikapku. Sungguh, aniki terkadang baperan.
"Aniki, ayo cepat aku udah lapar nih" segera aku menyambar lenganya lagi, dan kami berlarian sepanjang jalan menuju majiba.
"Matte(tunggu) jangan lari dong"
Protes aniki. Namun aku tidak menggubrisnya dan tetap berlari.
Akhirnya kami sampai di depan majiba 2 kali lebih cepat daripada berjalan.
"Kau mau pesan apa?" tanya aniki padaku. Aku meletakan telunjuk di dagu dengan ekspresi berpikir.
"Hmm.. Vanila shake"
"Hanya itu?" tanyanya lagi.
"Haik. Lagipula aku tidak lapar"
"Tadi kamu bilang lapar." ucap aniki khawatir. Ia selalu khawatir jika aku berbohong atau pun mengatakan hal yang tidak sesuai di awal.
"Tadinya. Tapi aku hanya ingin minum milkshake" ucapku. Aku menatapnya berusaha meyakinkan dia tak ada yang aku tutup-tutupi darinya.
"Baiklah. Kalau berubah pikiran, kau harus memesan makanan" ucap aniki mulai mengalah padaku.
"Iya iya" balasku. Dan kami mulai mencari bangku yang kosong untuk kami berdua.
"Disini aja aniki" ucapku memilih tempat dekat kaca besar, hingga bisa melihat yang ada diluar majiba.
Kami duduk berhadapan, dua gelas vanila milkshake berada dihadapan kami.
"Aku sangat suka milkshake disini" ucapku setelah menyesap milksake ini.
"Aku juga menyukainya" ucap aniki dengan poker face-nya. Kurasa memang tak ada penggambaran ia menyukai sesuatu jika tetap poker face.
"Aku menyukai. Apa yang kau sukai" ucap aniki melanjutkan kata-katanya membuatku tertegun. Kenapa seperti ini?
"Aniki.. Kau aneh." ucapku datar dan mengalihkan pandanganku darinya, melihat dari balik kaca. Terpantul wajah aniki tersenyum yang susah diartikan. Dan sedikit sendu?
Itu artinya ia merasakan miris mendengar jawabanku?
"Aniki.." aku mulai bersuara, tetap menatap kaca tersebut.
"Kau tidak perlu memaksakan diri, untuk menutupi semuanya dariku." aku menjeda perkataanku. Dan menatap dirinya saat ini. Kulihat ekspresinya berubah. Antara terkejut dan penasaran.
"Percuma saja, aku pasti cepat mengetahuinya." aku mulai menggenggam tanganya yang ada diatas meja.
"Apa yang kau suka aku menyukainya. Karena kita kyoudai(bersaudara). Okasaan selalu bilang kalau kita harus akur jadi aku melakukanya demi kebaikan kita." ia tetap pada poker face-nya. Kurasa aku salah paham. Kupikir dia menyukaiku.. Maksudku memang iya tapi kupikir dalam arti lain seperti menganggapku seorang wanita baginya, bukan kyoudai.
Syukurlah, tidak seperti yang aku pikirkan tadi. Karena perasaanku tidak lebih dari seorang imouto ke Aniki.
"Souka. Kalau begitu, syukurlah. Okasaan bisa masuk rumah sakit jika kau menganggapku sebagai wanita" ucapku terang-terangan. Sejujurnya aku tak bermaksud begitu. Tapi aku tak bisa selalu berbohong apa yang ingin kukatakan.
"Itu tidak mungkin. Aku tidak bisa melakukan hal itu. Walaupun semua orang menganggap kita seperti itu, namun perasaan kita yang sesungguhnya hanya kita yang tahu" ucap aniki pelan di akhir.
"Kau benar Aniki.." aku berusaha menyunggingkan senyuman dihadapanya. Dia pun begitu.
"Sebaiknya kita pulang, sudah sore" ucap aniki beranjak dari tempat duduknya. Tak lama aku mengikutinya.
"Haik." ucapku singkat dan kami pulang bersama di sore hari yang berwarna jingga, pemandangan yang cantik terlihat.
Di hari pertamaku di teikou chuugakou, sudah berakhir. Selanjutnya, akan tertulis kisah indah kami esok hari dan seterusnya.
TBC
Notes : belum ada pairing tapi selanjutnya bakalan ada, tapi kemungkinan ada dua karakter. Silahkan tebak siapa dia :)). udah segituaja clue-nya nanti kebanyakan gak seru dong :)), jadi silahkan ripiuw~ kalau suka fav dan follow cerita ini ya! Jaa naa~
