Disclaimer:

Naruto © Masashi Kishimoto

Bleach © Tite Kubo

Warning!

Gaje, abal, OOC, sarat dengan misstypo,etc -_-

1st Chapter

When Shinobi Meets Shinigami

© Yoruichi Shihouin Kuchiki

Langit biru yang begitu indah, semilir angin yang menerpa, serta canda tawa anak-anak kecil yang sedang bermain di sudut desa mengisyaratkan kententraman dan kedamaian di desa itu. Ya, desa Konoha—desa yang sempat hancur karena perang kini telah kembali. Tidak ada lagi perang, tidak ada lagi darah, tidak ada lagi nyawa yang hilang. Yang ada sekarang hanyalah senyum, tawa, kedamaian. Balasan yang cukup setimpal mengingat berapa banyak nyawa yang telah dikorbankan demi itu. Berapa banyak darah yang telah ditumpahkan demi satu kata yaitu "perdamaian".

Di salah satu atap entah atap rumah siapa tampak seorang pemuda dengan rambut hitam cepak dan kulit putih pucatnya sedang asyik dengan kertas gambarnya. Goresan demi goresan menghiasi kertas putih itu. Nampak raut kepuasan terpancar dari wajah pemuda itu akan hasil karyanya.

"Menggambar lagi ya Sai?" suara lembut seorang gadis membuyarkan lamunannya. Pemuda itu menoleh ke sumber suara.

"Ino-san?" sapa pemuda itu kepada gadis dikuncir satu berambut pirang itu. Gadis itu sedikit membungkukkan badannya, menyamakan posisi tubuhnya dengan tubuh Sai—pemuda itu.

"Iya, hanya sedang iseng saja kok." jawab Sai sambil melontarkan senyum khas yang tidak pernah hilang dari wajahnya.

"Kau kesepian ya ditinggal Naruto dan Sakura?" goda Ino sambil menyenggol-nyenggol lengan pemuda itu.

Pemuda itu hanya tersenyum tipis, "Sasuke sudah kembali. Keberadaanku di tim 7 sebagai penggantinya pun sudah tidak diperlukan lagi." terdengar ada nada pilu dari ucapan Sai tadi.

Ya, Sasuke Uchiha—sang pengkhianat desa itu memang sudah kembali. Dengan begitu pula, keberadaan Sai yang dari awal memang hanya pengganti Sasuke pun akan lenyap. Terbukti, semenjak kepulangan Sasuke, kage desa Konoha—Tsunade-sama selalu memberikan misi kepada tim 7 yang menyertakan Sasuke—anggota resmi tim 7, bukan dirinya. Ada sedikit rasa kecewa dalam hati Sai tapi pemuda itu juga tidak bisa protes. Karena bagaimanapun juga Sai sadar diri akan posisinya sekarang.

"Kenapa malah bicara begitu? Aku yakin baik Naruto ataupun Sakura pasti tidak pernah berpikiran seperti itu." Ino mencoba menghibur dan menepis pikiran negatif Sai.

"Naruto dan Sakura itu orang baik. Begitu juga dengan Sasuke." senyum tipis itu kembali terukir di wajah pucat pemuda itu.

"Tentu saja, Naruto telah mewujudkan mimpinya dan mimpi kita semua yaitu membawa perdamaian di dunia shinobi. Yah, walaupun mimpinya yang paling terbesar itu belum terwujud. Tapi tidak bisa dikatakan dia gagal sih." lanjut Ino dengan cengiran khasnya.

Sai hanya mengangguk pelan sambil tersenyum, "Hanya tinggal menunggu waktu saja sampai dia benar-benar diresmikan menjadi Hokage berikutnya."

"Ah, hari ini mereka pulang kan? Sudah seminggu lebih mereka menjalankan misi. Yang kudengar hari ini semestinya mereka kembali." lanjut Ino.

"Ya, kalau tidak ada Naruto suasana desa ini jadi sepi juga ya?" ujar Sai kemudia kedua maniknya beralih memandang langit biru yang cerah saat itu.

"Kau benar, aku tidak sabar ingin menunggu mereka. Tapi entah kenapa aku merasa kalau kali ini akan menjadi penantian yang cukup lama." sahut Ino dengan ekspresi yang sulit diartikan.

"..." Sai hanya menatap Ino bingung. Tapi sesaat kemudian dia kembali tersenyum dan kembali memandangi langit biru yang tiba-tiba kelam tertutup oleh sang awan hitam.

"Nampaknya akan turun hujan..."

oOo

"SET SET SET"

Suara langkah kaki dari beberapa orang yang melangkah dari satu dahan ke dahan lainnya. Tampak ada empat orang dalam rombongan tersebut, dengan satu anggota perempuan dan sisanya adalah laki-laki. Mereka juga nampak menggunakan seragamyang sama, menandakan kalau mereka berasal dari satu kelompok yang sama.

"Sasuke-kun kau tidak apa-apa?" tanya seorang gadis berambut soft pink kepada seorang pemuda berambut raven. Gadis itu menghampiri pemuda yang tadinya ada di depannya tu sambil terus menjaga langkahnya agar tidak terjatuh.

"Tidak perlu mengkhawatirkan aku." jawab pemuda itu datar.

"Hei Sakura, kau tidak menanyakan keadaanku?" sahut seorang pemuda berambut pirang jabrik sambil menunjuk hidungnya sendiri.

Gadis bernama Sakura itu hanya mendelik tajam ke arah pemuda itu kemudian menjawab singkat, "Bodoh!"

"Ngeh?" Naruto—nama pemuda tadi nampak bingung dan tidak mengerti dengan maksud Sakura. Sedangkan pemuda yang kelihatannya sudah cukup berumur dengan masker di wajahnya hanya bisa menghela nafas panjang melihat kelakuan murid-muridnya dari belakang.

"Aku ingin cepat-cepat sampai lalu ke kedai Ichiraku dan makan rameeeeennnn.. Ah, aku benar-benar kangen ramen." ujar Naruto sambil membayangkan ramen kesukaannya.

"Kau itu Naruto, pikiranmu hanya makan saja. Lama-lama kau bisa jadi seperti Chouji!" omel Sakura.

"Kenapa sih Sakura? Aku kan sudah lama tidak makan ramen." Naruto mengerucutkan bibirnya.

"Haaahh, dasar!" gerutu Sakura.

"Nah, Naruto kalau kau bisa sampai ke Konoha dalam waktu 5 menit, aku akan mentraktirmu ramen sepuasnya." sela Kakashi—guru mereka yang kini sudah di samping Naruto.

"Benar nih sensei?" tanya Naruto bersemangat. Pria dengan rambut putih itu hanya mengangguk dan tersenyum tipis di balik maskernya.

"Asyiiikkk! Aku bisa makan ramen sepuasnya!" semangat Naruto kemudian mempercepat langkahnya meninggalkan rekan satu timnya di belakang. Terlihat ekspresi yang berbeda-beda dari teman-temannya. Sakura hanya menghela nafas panjang, sementara Sasuke hanya menatap pemuda urakan itu dengan tatapan datar.

"TES"

Setitik air jatuh dari langit dan membasahi pipi gadis musim semi itu. Dia menyeka air tersebut kemudian mendongakkan kepalanya ke atas melihat langit yang mulai kelam saat itu.

"Hujan.." gumamnya singkat.

Kakashi dan Sasuke yang melangkah berdampingan dengan gadis itu sama-sama menoleh ke arah langit gelap itu.

"Naruto, karena hujan waktunya kupercepat jadi tiga menit!" teriak Kakashi kepada Naruto yang sudah melesat jauh di depan.

"Baiklah." Naruto tersenyum lebar dan nampak tambah bersemangat. Dia semakin mempercepat langkahnya. Namun kemudian terhenti ketika dia melihat lubang hitam besar di depan matanya.

"Apa itu?" Naruto nampak bingung dan kaget melihat pemandangan asing yang ada di depannya. Lubang hitam itu lumayan besar dan tidak terlihat ujungnya. Seakan lubang itu dapat menghisap siapa saja yang mencoba mendekatinya.

"Ada apa Naruto?" teriak Sakura yang heran melihat Naruto yang berhenti mendadak.

"Kakashi-sensei apa i—" belumlah sempat Naruto melanjutkan ucapannya, dia merasa lubang yang ada di depannya itu semakin besar dan seperti akan menariknya. Tiba-tiba angin berhembus dengan kencang. Naruto menahan kencangnya angin itu dengan satu lengannya. Tapi tiba-tiba—

"AAAAKKKHHHH!" Naruto tiba-tiba tersedot ke dalam lubang hitam itu dan menjauh dari pandangan teman-temannya.

"NARUTOOO!" teriak Sakura cemas. Gadis itu berlari lebih cepat lagi ke arah lubang itu.

"Tunggu Sakura—" Kakashi mencoba mencegah gadis itu namun terlambat. Sakura keburu melangkahkan kakinya masuk ke dalam lubang itu.

"Cih," Sasuke yang melihat kedua kawannya itu ikut masuk juga ke dalam lubang itu.

"Tunggu Sasuke!" tapi lagi-lagi terlambat dan Sasuke kini telah menghilang dibalik gelapnya lubang hitam itu.

"Astaga.." gumam Kakashi entah kepada siapa dan akhirnya dia pun ikut melangkahkan kakinya ke dalam lubang asing tersebut.

Sampai akhirnya keempatnya menghilang di dalam kegelapan lubang itu dan kemudian lubang itu pun tertutup. Hilang tanpa ada bekas sedikit pun.

oOo

"Ng?" tampak seorang laki-laki berambut putih jabrik berhenti membaca setumpuk kertas yang ada di meja kerjanya. Kedua alisnya bertemu seakan dia merasakan sesuatu yang asing.

"Ada apa taichou?" tanya seorang gadis berambut ikal kuning kecoklatan yang memiliki dada besar dengan mata membulat.

Pemuda pendek berambut putih itu bangkit dari meja kerjanya dan berdiri di dekat jendela besar itu. Dia kemudian menatap langit biru yang indah itu.

"Entahlah, sepertinya aku merasakan ada yang datang." gumamnya sambil tetap menatap ke luar jendela.

"Hm, aku tidak merasakan apa-apa. Mungkin taichou hanya kecapekan." Jawab gadis itu kemudian merebahkan tubuhnya ke sofa dan mengutek-ngutek kuku tangannya.

"Entahlah, perasaanku tidak enak.."

oOo

"SIIINNGGG"

Sebuah lubang besar tiba-tiba muncul di atas langit cerah di sebuah tempat kumuh. Penduduk di tempat itu yang melihat lubang tersebut langsung menyingkir seakan-akan mereka menyadari apa yang akan terjadi nantinya. Dan benar saja—

"BRUKK"

Selang beberapa menit dari munculnya lubang hitam di langit kini jatuh 4 orang asing dari atas langit atau tepatnya dari lubang tadi. 4 orang itu tidak lain adalah Naruto, Sakura, Sasuke dan Kakashi. Mereka jatuh dengan posisi saling menindih satu sama lain dengan urutan terbawah Kakashi—Sasuke—Naruto dan Sakura.

"Baka dobe! Cepat menyingkir dari atas badanku!" geram Sasuke kesal.

"Baka teme! Sakura masih menimpaku!" protes Naruto sambil melirik Sakura yang kemudian nyengir.

Sakura kemudian menjauhkan badannya dari badan Naruto diikuti Naruto dan Sasuke. Sementara Kakashi yang daritadi tertimpa tiga orang hanya bisa menghela nafasnya dan tidak bisa protes.

Mereka kemudian melayangkan pandangan ke sekeliling mereka. Nampak asing, sangat asing. Yang ada hanyalah tanah berpasir, rumah kumuh dan juga pohon yang nampak kering dan tidak berdaun. Pemandangan yang benar-benar gersang berbanding tebalik dengan desa mereka—Konoha.

"Dimana ini?" gumam Naruto sambil menggaruk-garuk kepalanya.

"Hn.." Sasuke masih memandangi tempat yang tidak pernah dikunjunginya ini.

"Apa ini di Suna?" tebak Naruto melihat pemandangan di sekitarnya yang benar-benar kering dan gersang mirip sekali dengan Sunagakure.

"Suna tidak seperti ini!" sahut Sakura singkat.

"Lalu kita ada dimana? Kakashi-sensei, katakan sesuatu! Kita sekarang ada dimana?" Naruto menjongkokkan badannya dan menoleh ke arah gurunya.

"Sayangnya, aku juga tidak tahu ini dimana.." jawabnya tanpa dosa sambil nyengir lebar.

"Guru macam apa itu yang tidak tahu dimana kita sekarang?!" sewot Naruto sambil menunjukkan kepalan tangannya.

"Kau pikir gara-gara siapa juga kita terdampar sampai kemari hah?!" sela Sakura dengan delikan tajamnya.

"Jangan salahkan aku, aku tiba-tiba tersedot ke dalam lubang itu." Naruto membela dirinya sendiri.

"Sudahlah, lebih baik kita tanyakan kepada warga disini saja." Sakura kemudian celingak-celinguk mencari seseorang yang bisa ia jadikan tempat bertanya. Irisnya membulat ketika dia menangkap bayangan seseorang yang sedang mengintip dari salah satu tiang kayu rumahnya.

"Ah.." Sakura langsung menghampiri anak itu.

"Hei, dik.. Kau tahu ini desa apa?" tanya Sakura mencoba ramah. Tapi anak itu tidak menjawab dan malah nampak ketakutan. Sekian detik kemudian anak itu langsung lari dan masuk ke dalam rumahnya.

"Eh—hei—" Sakura tidak melanjutkan kalimatnya ketika kedua telinganya menangkap suara tertawa keras.

"Itu karena wajahmu seram Sakura mangkanya anak tadi ketakutan. Hahahaha.." ucap Naruto di sela tawanya.

"DIAMMM!" amuk Sakura geram.

"Ng? Disini juga aka turun hujan ya? Tiba-tiba jadi gelap." Tawa Naruto berhenti ketika bayangan dirinya yang terpantul di tanah tiba-tiba menghilang dan berganti dengan bayangan hitam dan gelap.

"Na—naruto, a—apa i—itu yang ada di belakangmu?" tanya Sakura yang tampak gemetaran sambil menunjuk sesuatu yang ada di belakang Naruto. Sontak, ketiga pemuda itu langsung menoleh dan—

"A—apa itu?" Naruto kaget ketika melihat makhluk tinggi besar seperti monster dengan wajah menyeramkan yang ada di depannya.

"GROOOARR" makhluk itu bersuara keras dan tanpa basa-basi dia menjatuhkan tangan besarnya ke Naruto. Untungnya Naruto berhasil menghindar sehingga tubuhnya tidak harus bernasib sama seperti tanah yang hancur karena monster itu.

"Makhluk apa itu?" gumam Sasuke ngeri melihat makhluk buas di depannya. Dia kemudian mengeluarkan beberapa kunai yang ada di sakunya kemudian melemparkannya ke arah monster itu. Tapi berhasil ditepis oleh monster tersebut dan terlempar ke sembarang arah.

"Cih," Sasuke mendecih sebal.

"Ti—tidak mempan.." gumam Naruto yang mulai ngeri.

"Naruto, lakukan sesuatu terhadap monster itu.." perintah Sakura.

"Melakukan apa? Cakra kita semua sudah hampir habis. Salah-salah kita bisa mat—"

"UWAAAAAA" Naruto dan Sakura menjerit heboh ketika tangan besar monster itu kembali hampir menimpa mereka.

"Lari!" perintah Sasuke. Mereka kemudian melarikan diri tapi monster itu masih terus mengejar di belakang dan bahkan jumlahnya sekarang bertambah.

"Satu—dua—tiga—empat—lima—" Naruto menghitung jumlah monster itu dan kemudian meneguk ludahnya sendiri.

"Kakashi-sensei makhluk apa itu?" tanya Naruto yang hampir frustasi melihat gerombolan mahluk berwajah aneh mengejar-ngejar mereka.

"Entahlah, aku tidak tahu. Yang aku tahu sekarang, kalau kita tidak lari kita bisa mati." jawab Kakashi yang juga merasa ngeri.

"Agh, sebenarnya apa sih yang kau tau?!" Naruto mengacak-acak rambutnya frustasi.

"DUKK"

"Aduuhh.." tiba-tiba Sakura yang tengah berlari terjatuh karena tersandung batu. Gadis itu meringis kesakitan sambil memegang lututnya yang luka.

"SAKURA AWAASS!" teriak Naruto. Gadis itu tidak sempat bergerak ketika melihat monster yang ada di depannya itu bersiap untuk menyerangnya.

"Chire Senbozakura..." tiba-tiba ribuan kelopak bunga Sakura menyelimuti monster itu. Monster itu menjerit kesakitan dan menghilang berubah menjadi butiran debu. Kelopak bunga sakura itu kembali menyerang satu per satu monster-monster tadi. Sampai akhirnya tidak ada yang tersisa sedikit pun.

Sakura dan yang lainnya menoleh. Penasaran siapa yang telah menolong mereka tadi. Menunggu sosok itu muncul dari balik debu pasir yang bertebaran.

~TBC~

Bacotan author :

Fic gaje bin abal yang idenya aku dapet tiba-tiba tadi malem..

Terlebih lagi ini fic crossover pertamaku antara naruto dan bleach yang dengan nekatnya aku tulis n publish..
XD

Di tengah2 kemacetan atau mampetnya ide buat ngelanjutin fanfic She is Mine malah dapet ide baru lagi..
u.u

Oya, kalo berkenan mampir juga ya ke fic bleach aku yang judulny Just You are..
cuman butuh review untuk kelanjutan fic itu..

Oke, akhir kata terima kasih sudah mau membaca fic ini dan jangan lupa tinggalkan jejakmu di kotak review ya.. :D

Salam

Yoru