Overprotected
Inspired by Cardcaptor Sakura
WONKYU
Boys love, incest
. . .
Kyuhyun menguap lebar. Matanya mengerjap membiasakan retinanya dengan bias sinar mentari yang mengusik tidur lelapnya. Matanya melirik pada jam yang melekat pada dinding bercat biru muda itu. Beranjak dengan lesu untuk segera membersihkan tubuh juga bersiap untuk menjalani aktivitasnya sebagai seorang pelajar tingkat akhir.
Setelah merampungkan kegiatan membersihkan diri, Kyuhyun segera memakai seragam khas sekolahnya. Menyisir rambut yang sudah sedikit lebih panjang dari semestinya dengan asal. Menyemprotkan wewangian pada sekeliling tubuhnya.
Meraih tas punggung. Menyampirkannya dengan asal. Meraih PSPnya lantas melangkah keluar dari kamarnya yang tidak –pernah- sempat ia rapihkan. Berjalan menuruni tangga dengan santai. Menyalakan PSP, berniat bermain selagi menunggu sarapan buatan sang ayah.
"Selamat pagi, BabyKyu!"
Hanya gumaman pelan yang menjawab sapaan hangat dari sang ayah. Bukan sesuatu yang aneh. Kebiasaan Kyuhyun memang seperti itu. Kangin sudah sangat memakluminya. Kangin segera menyajikan nasi gorengnya di atas meja. Mengambil beberapa sendok untuk diberikannya pada Kyuhyun. Ia menyendokkan nasi berwarna kecoklatan itu. menyuapkannya pada mulut Kyuhyun. Kangin tersenyum simpul melihat Kyuhyun yang patuh memakan sarapannya.
"Appa, aku harus segera pergi. Ada kuliah pagi."
Kyuhyun menoleh pada suara yang baru saja memecahkan keheningan di ruang makan.
"Tidak sarapan dulu?" Kangin menatap putra pertamanya. Kembali menyuapkan sesendok penuh nasi goreng pada Kyuhyun.
"Tidak appa. Aku akan sarapan di Kampus saja. Sudah sangat terlambat." Siwon meraih gelas susu yang masih terisi penuh di atas meja.
"Yak! Itu punyaku!" suara Kyuhyun pecah.
Siwon melirik Kyuhyun sambil tetap menghabiskan susu coklat itu. Ia memang sudah mengetahui jika susu itu milik Kyuhyun. Ia tidak begitu menyukai susu coklat. Tapi ia sangat suka menggoda Kyuhyun. "Aku sudah menghabiskannya, Babykyu. Jika ingin berangkat bersama, ayo cepat! Aku tidak punya waktu lagi." Lantas berjalan meninggalkan Kyuhyun yang masih menggerutu karena susu coklatnya sudah habis.
"Aish! Aku berangkat appa." Kyuhyun mengecup pipi Kangin dengan cepat. Menyusul Siwon yang sudah menyalakan mobilnya. Dengan cepat Kyuhyun duduk di jok belakang. Mengatur nafasnya yang terengah-engah.
"Kenapa duduk disana? Kau pikir aku supir?"
Kyuhyun menyeringai. "Cepat antarkan aku ke sekolah, Choi Ahjussi!"
Siwon memutar bola matanya. Tidak ada waktu untuk berdebat. Ia segera menancap gas. Menjalankan mobilnya dengan kecepatan standar. Siwon memang tidak pernah mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh. Prinsipnya adalah santai sama dengan selamat.
Kyuhyun menyimpan PSP nya ke dalam tas. "Kita akan menjemput Hae Hyung?" kyuhyun bertanya dengan antusias. Matanya bergerak mengikuti pemandangan yang tersaji di luar mobil. Pagi yang cerah.
Siwon tidak menjawab. Ia hanya menghentikan mobilnya tepat ketika melihat bayangan Lee Donghae di depan rumahnya.
"Selamat pagi Donghae Hyung!' Kyuhyun menyapa dengan semangat saat Donghae baru saja menghempaskan dirinya di jok depan. Sangat berbeda dengan tingkahnya tadi.
"Selamat pagi, Kyuhyunnie! Kau manis sekali pagi ini."
Kyuhyun terbata mendapat pujian mendadak di pagi hari. Ia bahkan tidak dapat menahan pipinya untuk tidak menampilkan semburat merah. Ia mengigit bibir bawahnya menahan geli yang menggelitik perutnya.
. . .
Kyuhyun bersiul pelan memasuki gerbang sekolahnya. Langkahnya sangat santai, mengingat ini masih terlalu pagi untuk datang ke Sekolah. Jika tidak ada Donghae, Kyuhyun sama sekali tidak ingin membuang waktu santainya. Ia bisa berangkat bersama Kangin. Namun, Kyuhyun tahu benar. Mobil Donghae sedang berada di bengkel. Dan ia tidak sengaja mendengar percakapan Siwon dan Donghae di telpon kemarin malam. Tanpa berpikir panjang, ia segera mengajukan diri untuk berangkat bersama Siwon.
"Selamat pagi, BabyKyu!"
Kyuhyun mendengus. Terlalu banyak ucapan selamat pagi hari ini. Ia memutar kepalanya. Menampilkan sosok Lee Hyukjae yang kini tengah menyengir lebar kepadanya. Dan apa katanya tadi? Babykyu? Haish! Tidak ada yang boleh memanggilnya seperti itu, kecuali keluarganya. Menatap tajam pada Hyukjae yang masih mempertahankan cengiran lebar yang menampakan sebagian gusinya. "Apa yang kau lakukan disini?" Kyuhyun bertanya dengan nada sebal.
"Aku? Tentu saja mengerjakan PR Kyu. Ah aku bersyukur sekali kau sudah datang pagi ini."
Kyuhyun memutar bola matanya. Seharusnya ia sudah menduganya, jika memang ada apa-apa jika Hyukjae datang sepagi ini. Ia bahkan sangat tahu kebiasaan Hyukjae yang sering kesiangan. "Aku belum meminum susu coklatku hari ini." Ia berbelok ke kanan. Menuju Kantin.
"Siap laksanakan!" Hyukjae segera berlari menuju kantin memesan susu coklat hangat sebelum Kyuhyun mengikutinya ke arah Kantin. Ia menarik kursi kantin mempersilahkan Kyuhyun untuk duduk.
Kyuhyun tidak tahan untuk tidak tertawa. Sahabatnya ini memang selalu bertingkah konyol jika ada maunya. Kyuhyun tidak pernah merasa keberatan untuk berbagi PR dengan sahabatnya itu.
. . .
Kyuhyun mendesah frustasi. Sudah satu jam ia terkurung di Taman Sekolah. PSP ditangannya sudah tak dapat ia cumbui sebagai pembunuh waktu, dan Siwon masih belum menampakkan batang hidungnya. Ia meraih ponsel hitamnya. Membaca kembali pesan yang Siwon kirimkan 47 menit yang lalu. Berdecak sebal sambil mengerucutkan bibirnya.
Tak sabar lagi menunggu. Pria manis itu mematikan ponselnya dan beranjak untuk pulang menggunakan bis. Biar saja Siwon kelimpungan saat menemukan Ia tak lagi ada di seluruh wilayah Sekolah. Kyuhyun menyeringai senang. Melangkah cepat-cepat agar Ia bisa segera sampai di Halte bis.
Kyuhyun hanya terlalu terbiasa dengan kasih sayang yang dilimpahkan oleh ayah juga kakaknya itu. setelah ibunya meninggal dan menyisakan tiga orang laki-laki yang menempati rumah megah itu. Sebagai seseorang yang paling muda, Kyuhyun menjadi terbiasa untuk dilayani. Dan Kyuhyun tidak pernah merasa keberatan jika sampai sebesar itu ia masih diantar jemput juga disuapi.
Kyuhyun menguap lebar. Melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya sebelum memutuskan untuk memejamkan matanya. Tidak ada salahnya tidur untuk beberapa saat.
. . .
"APA?! Kyuhyunnie hilang?" teriakan Donghae semakin membuat Siwon frustasi. Pria tampan itu sudah berulang kali mencoba menghubungi Kyuhyun. Namun hasilnya nihil. Hanya operator yang setia memberikan jawaban padanya.
"Kau yakin? Kau sudah mencarinya di seluruh penjuru sekolah?"
siwon mengusap wajahnya kasar. "Aku bahkan memasuki seluruh ruangan yang ada di dalam sana satu persatu, Hae."
"Lalu apa lagi yang kau tunggu? Ayo kita cari, Kyuhyunnie !"
Dua pria tampan nan gagah itu bergegas memasuki mobil hitam yang semenjak tadi dianggurkan. "Apa Kyuhyunnie pulang sendiri?" Donghae bergerak dengan gelisah. Walau bagaimananpun, Kyuhyun sudah seperti adiknya sendiri. Selain rumah mereka yang berdekatan, orang tua mereka juga bersahabat sejak muda.
Siwon menoleh kepada Donghae. "Aku tidak yakin. Kyuhyun tidak pernah pulang sendiri." Untuk pertama kalinya Siwon menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Donghae menggigit bibir bawahnya. Tangannya bergerak dengan cepat mengambil ponsel dari dalam kantung celananya. Mencoba menghubungi nomor telepon rumah Siwon. Barangkali, Kyuhyun sudah sampai rumah. Dan harapan Donghae pupus setelah tiga kali panggilan itu terabaikan. "Apa samchon yang menjemput Kyuhyunnie?"
"Tidak mungkin. Appa ada rapat hingga malam nanti." Siwon masih memfokuskan dirinya antara jalanan, Kyuhyun dan juga mobil yang saat ini berada dalam kendalinya.
. . .
Kyuhyun mengerutkan kening saat merasa tidurnya terganggu dengan suara ribut. Kepalanya terasa berdenyut karena terpaksa terbangun dalam keadaan mata yang berat. Ia mengusap matanya. Menguap lebar dengan tubuh yang menggeliat. Kepalanya menengok ke arah luar jendela. Keningnya kembali berkerut. Ia tidak mengenal tempatnya saat ini. Dan lagipula bagaimana bisa ia terjebak di dalam bis yang hamper semua penumpangnya sudah turun. Masih ada beberapa orang yang mengantri menunggu giliran untuk keluar dari dalam bis.
"Maaf, adik kecil. Bis sudah sampai di Halte terakhir."
Kening Kyuhyun semakin berkerut hingga kedua alisnya bersatu. Halte terakhir katanya? Kyuhyun melirik jam tangannya. Matanya terbelalak saat jam menunjukkan pukul 6 sudah hamper malam. Dan sekarang ia entah berada dimana. Setelah mengucapkan terima kasih. Kyuhyun segera turun dari Bis. Matanya berputar menelisik keberadaannya.
Kyuhyun tidak pernah pergi sendiri. Selalu ada yang menemaninya. Jika bukan Siwon, maka Kangin atau Hyukjae yang ada di sebelahnya. Dan sekarang, ia bahkan tidak tau ada di daerah mana. Lengannya tanpa sadar menepuk kepalanya sendiri. Merutuki kebodohannya yang tertidur pulas di dalam bis. "Appaa…. Hyung… Hae Hyung… Hyukhyuk…" bibirnya terus menggumamkan nama-nama orang terdekatnya.
Kyuhyun ingin menangis. Bagaimana dengan nasibnya saat ini? Apa yang harus ia lakukan? sungguh Kyuhyun merasa buntu dengan pikirannya. Otak geniusnya mendadak tidak dapat ia pergunakan. Perasaan takut dan mengantuk bercampur menjadi satu. Ditambah lagi, perutnya terasa kosong. Ia lapar sekarang. Dan ia tak tahu harus bagaimana.
Mata Kyuhyun sudah memerah saat diingatnya ponsel yang sejak tadi ia matikan. Dengan cepat Kyuhyun mengeluarkan ponsel dan menekan tombol power. Belum dua menit. Ponsel itu sudah menyala dengan sebuah panggilan. Kyuhyun buru-buru mengusap layar menerima panggilan. "Hae Hyuuuung…" kyuhyun memekik lega. Ia baru akan berbicara saat Donghae menanyakan keberadaannya.
Namun jantungnya terasa akan berhenti berdetak saat mendengar suara decitan rem mobil yang disusul dengan sebuah teriakan. "CHOI KYUHYUN!" Pertahanan Kyuhyun runtuh. Air matanya mengalir begitu saja dengan disertai isakan.
. . .
Siwon segera berlari begitu melihat siluet tubuh Kyuhyun yang tengah membenamkan wajah pada lututnya di pinggir jalan. Dengan perasaan yang tidak karuan, Siwon menarik tubuh Kyuhyun hingga pria manis itu terangkat dengan mudah. Memeluk Kyuhyun yang masih tergugu dalam tangisnya. "Apa yang kau lakukan, hah?!" Siwon tidak dapat menyembunyikan kekhawatirannya. Ia tidak sungguh-sungguh ingin membentak Kyuhyun. Namun, nada yang keluar dari mulutnya seolah memberikan tekanan.
Kyuhyun menangis semakin kencang. Memeluk Siwon semakin erat. Merasa lega karena Siwon berhasil menemukannya.
Donghae hanya dapat menarik nafas lega melihat sepasang kakak beradik yang kini tengah berpelukan itu. Ia bergegas membukakan pintu mobil saat menangkap gerakan Siwon yang kini tengah menuntun Kyuhyun untuk masuk ke dalam mobil.
Kyuhyun menghempaskan tubuhnya di jok belakang. Tangannya segera melingkar di leher Siwon saat kakaknya itu akan keluar dari dalam mobil. "A-aku lapar, Hyung." Kyuhyun mencicit dengan isakan yang masih menguasai tenggorokannya.
"Akan hyung belikan. Kau tunggu sebentar, oke?" Siwon hendak melepaskan lengan Kyuhyun yang melingkar di lehernya. Namun, Kyuhyun semakin memeluknya erat. "Bagaimana hyung bisa membelikan makanan jika kau memeluk hyung seperti ini, hm?" Bukan jawaban yang Siwon dapat. Tangis Kyuhyun kembali terurai.
"Biar aku yang membelinya, Siwon. Kau jaga Kyuhyunnie saja."
Siwon menatap Donghae dengan tatapan berterima kasih. Siwon merasa bersyukur karena Donghae bersamanya. Ia segera menjulurkan tangannya. Mengusap punggung Kyuhyun yang bergetar karena menangis.
. . .
Siwon membuka sepatu dan kaus kaki yang membungkus kaki Kyuhyun. Menyelimutinya dengan selimut tebal. Mengusap mata yang terpejam dan bengkak itu. Lantas mengusap rambut depan yang menghalangi kening Kyuhyun. Mengecup kening lebarnya.
Siwon beranjak dari tempat tidur Kyuhyun. Membuat gerakan kecil untuk meregangkan tubuhnya yang terasa pegal karena pelukan Kyuhyun. Belum lagi, Kyuhyun tertidur setelah memakan burger yang dibelikan oleh Donghae. Memaksanya untuk menggendong Kyuhyun hingga mencapai kamarnya. Tak tega untuk membangunkan Kyuhyun.
Setelah merasa lebih baik. Siwon segera keluar dari kamar Kyuhyun. Menyusul Donghae yang kini tengah menunggunya di ruang tamu. Pria jangkung itu merasa sangat berterima kasih kepada Donghae.
"Bagaimana keadaan Kyuhyunnie?" Donghae menatap Siwon dengan cemas.
"Dia baik-baik saja. Sepertinya dia kelelahan karena menangis."
"Ah! Syukurlah. Lain kali kau jangan terlambat menjemputnya lagi. Aku yakin, Kyuhyunnie pasti merasa bosan menunggu sampai dia nekat untuk pulang naik bis seperti itu."
Siwon mengangkat sebelah alisnya. "Kau menyukai adik-ku?"
Donghae menyeringai. Merasa tertantang dengan pertanyaan Siwon yang terdengar posesif. "Kau tidak tau? Kyuhyunnie sangat manis." Mengakhiri kalimatnya dengan sebuah kedipan nakal.
"Aku tidak akan membiarkan, Big Baby bersama dengan pria sepertimu." Siwon melipat tangan di dada. Tatapannya begitu mengintimidasi.
Donghae mengangkat bahu. Seolah meremehkan kata-kata Siwon. "Kau terlalu protektif terhadap adikmu sendiri, Siwon."
"Karena hanya dia yang kami punya."
Donghae tertawa kecil. "Aku tau. Baiklah, sepertinya aku harus pulang. Sampaikan salamku jika Kyuhyunnie bangun nanti."
. . .
