TIME
By : Ichizuki Takumi
Pairing : AllxSehun, Kaihun/Sekai
Pairing bisa bertambah seiring berjalannya cerita.
Genre : Yaoi, Romance
WARNING! Cerita ini berisi AllxSehun, yang berarti Sehun sebagai uke disini. Apabila tidak suka dengan pairing tersebut, silahkan tekan tombol back. Terimakasih.
Happy reading~
.
.
.
Pukul 11.25 a.m, masih belum ada pengajar dan lima menit lagi istirahat. Jongin yang sedari tadi sibuk dengan PSPnya mengerutkan kening mencoba memenangkan permainan.
"Hei, Kai!"
Sebuah tepukan dibahunya sukses membuatnya mengeluarkan sumpah serapah karena membuatnya kalah.
"Geez, thanks Chanlie kau membuatku kalah lagi," gerutunya disertai tatapan sinis.
Chanyeol hanya nyengir tak bersalah. "Aku bosan. Kau tidak punya mainan baru?" tanya Chanyeol yang duduk disamping Kai.
"Entahlah. Aku bosan dengan mereka. Hanya menangis dan memohon. Memuakkan."
"Kalau ingin tantangan, cari yang sepadan," sahut Baekhyun, namja yang duduk didepan Kai.
"Kau juga menikmatinya kan?" tanya Chanyeol yang sudah tau pasti apa jawaban dari sahabatnya.
"Tapi tidak sesadis dirimu."
"Aku juga tidak sekejam dirimu."
"Apa katamu?"
"Apa?"
"Aku mau keluar, aku tidak mau mengganggu kencan kalian," sindir Kai yang tidak tahan mendengar ocehan kedua sahabatnya.
"Kai!" teriak Chanyeol yang mencoba menghentikan Kai. "Ini salahmu!" serunya pada Baekhyun.
"Kau yang mulai!"
"Tapi kau yang lebih dulu mulai!"
"Kau yang lebih – lebih dulu mulai!"
"Kau yang lebih- lebih- lebih dulu mulai!"
...
Kai berjalan disepanjang koridor. Sudah beberapa minggu dia tidak dapat hiburan. Semua orang yang pernah dikerjainya selalu menghindar tiap melihat tiga sekawan itu.
Dia berhenti ketika melihat seorang namja yang sedang membaca buku dibawah pohon besar. Kata pertama yang terlintas di otaknya adalah 'Nerd'. Berkacamata, penyendiri dan cupu. Sasaran empuk untuk bulan-bulanannya.
"Sendirian?" tanya Kai.
Namja itu hanya memandang bingung, kemudian melanjutkan membaca buku yang dipegangnya.
Merasa tak ada jawaban, Kai mendudukkan diri didekat namja itu. "Hari yang cerah," ujar Kai mencoba memecah keheningan.
"..." Kai melirik namja disampingnya. Masih tak ada jawaban.
"Kau sering kesini?"
"..." tetap tak ada jawaban. Namun namja itu langsung berdiri dan berjalan pergi sambil membersihkan debu yang menempel di celananya.
Kai meremas daun kering disampingnya. Tak ada yang pernah berani mengabaikan Kim Jongin sebelumnya. Berani sekali namja aneh itu tak mengacuhkannya.
...
Kai memasuki kelas dengan wajah cemberut.
"Kau masih marah pada kami?" tanya Chanyeol yang menyadari gelagat tak menyenangkan dari sahabatnya.
"Ada masalah?" tanya Baekhyun yang juga menyadarinya.
"Aku punya mainan baru yang ingin kuhancurkan," kata Kai yang mengeluarkan senyum sinisnya.
"Ah, mainan baru yang malang," cengirnya. Chanyeol tau kali ini Kai benar-benar serius akan menghancurkan anak itu. Kalau berurusan dengan Kai, masalah kecil akan menjadi besar.
Kai menyodorkan kartu pada Baekhyun yang kemudian menatapnya serius. Chanyeol juga tak mau ketinggalan, dia ikut melihat kartu pelajar yang mungkin adalah milik sasaran baru mereka.
"Oh Se hoon... Hmm, nama yang aneh untuk orang aneh," kata Baekhyun yang membuat Chanyeol tertawa keras. "Sebenarnya dia lahir tahun berapa, gayanya sangat ketinggalan jaman," tambahnya saat melihat foto kecil dikartu itu, dan dia mendapat anggukan dari Chanyeol.
"Bagaimana kalau kita taruhan?" tanya Chanyeol semangat.
Kai menarik sudut bibirnya. Sudah jelas siapa yang akan menjadi pemenang ditaruhan kali ini.
...
Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak tiga puluh menit lalu. Dia menyuruh kedua sahabatnya pulang dahulu ketika melihat seorang namja yang sedang sibuk dilokernya.
Dengan langkah terburu-buru Kai berjalan mendekati namja itu dan dengan sengaja menyenggol bahunya.
"Ah, maafkan aku, aku tidak sengaja," kata Kai dengan nada menyesal.
Sehun, namja yang ditabrak Kai hanya terdiam dan mengambil buku-bukunya yang terjatuh. Kai ikut mengambil buku yang berada didekatnya dan menyerahkannya pada Sehun.
"Terimakasih," ujar namja itu dengan logat yang sedikit aneh menurut Kai.
"Tunggu, kau melupakan sesuatu."
Namja itu berbalik dan melihat Kai yang menyodorkan kartu pelajar padanya. Kartu pelajar miliknya.
"Tadi kau menjatuhkannya."
"Terimakasih," ujarnya, sedikit membungkuk kemudian berbalik pergi.
Kai masih terdiam disana menatap punggung namja itu yang semakin menjauh. Sudut bibirnya tertarik. 'Menarik.'
...
Keesokan harinya Kai berjalan menuju pohon besar tempatnya bertemu dengan namja yang bernama Sehun. Dia mendudukkan diri didekat Sehun yang lagi-lagi tidak menghiraukannya.
"Oh Sehun."
Sehun menoleh merasa namanya disebut.
"Namamu Oh Sehun kan?" Mendapat tatapan bingung dari namja didepannya, Kai melanjutkan, "Aku tau dari kartu pelajar yang kau jatuhkan kemarin. Kau tidak mengingatku?"
"Maaf."
Apa ini nyata? Baru kali ini ada orang yang tidak peduli padanya seperti ini. Kalaupun ini mimpi, cepat bangunkan dirinya dari mimpi buruk ini. Tidak ada yang tidak tahu Kim Jongin di sekolah ini. Mungkin kecuali namja aneh ini.
"Aku Kim Jongin, tapi kau bisa memanggilku Kai."
"Terimakasih untuk yang kemarin Kai-sshi." Ujarnya sambil tersenyum.
Kai hanya mengangguk dan bersandar pada pohon besar dibelakangnya. Dia melirik namja disebelahnya yang kembali membaca buku.
"Mau coba pacaran denganku?"
Sehun menatap Kai tidak percaya, seakan pendengarannya sudah terganggu.
"Bagaimana?" tanya Kai dengan senyum diwajah tampannya.
Beberapa detik terdiam, Sehun mulai tersadar dan mengamambil beberapa buku yang ada disampingnya. "Maaf, aku harus pergi sekarang." Ujarnya dan berjalan cepat, pergi dari tempatnya semula.
Kai menyeringai. Mainan yang sulit dikendalikan akan membuatnya semakin menarik.
...
Sepulang sekolah Kai menunggu Sehun di lokernya. Dia sedikit tersenyum ketika melihat orang yang ditunggunya berjalan pelan menuju lokernya sendiri. Kai mendekat, "Maaf untuk yang tadi. Aku tidak bermaksud-"
"Harusnya aku yang meminta maaf. Maaf karena aku pergi begitu saja."
"Oh, begitu. Jadi... bagaimana? Apa jawabanmu?"
Tangan Sehun yang akan membuka lokernya terhenti sejenak, kemudian kembali membukanya pelan.
"Apa aku terlalu terburu-buru?"
"Maaf."
"Aku mengerti," Kai sedikit menunduk. "Setidaknya bolehkah aku menjadi temanmu? Setidaknya beri aku kesempatan."
"Aku harus pulang sekarang. Annyeong Kai-sshi." Sehun meninggalkan Kai yang hanya diam menatapnya.
...
Dihari berikutnya saat istirahat makan siang, Kai kembali ke taman belakang sekolah di pohon besar tempatnya bertemu Sehun. Tapi kali ini dia tidak menemukan siapapun disana.
Dia sedikit berpikir, dimana biasanya orang aneh pergi disaat istirahat. Dimana lagi kalau bukan ditempat yang menurutnya paling aneh yaitu perpustakaan. Tempat dimana berkumpulnya para "Nerd" berada. Haruskah dia kesana, itu adalah tempat yang paling dihindari oleh Kai. Tapi pengecualian untuk hal ini. Karena dalam kamus besar Kai, tidak ada kata 'kalah' yang terukir didalamnya.
...
Kai tersenyum saat melihat Sehun yang duduk di sudut ruangan, dengan tumpukan buku dihadapannya.
"Kau sedang apa?" tanya Kai yang mendudukkan diri didepan Sehun.
"Aku sedang mengerjakan tugas Biologi."
"Oh," hanya kata itu yang keluar dari mulut Kai, karena dia memang tidak tertarik dengan pelajaran yang berhubungan dengan ilmiah.
"Boleh aku bertanya?" lama terdiam, Kai mencoba memecah keheningan diantara mereka.
Sehun melirik Kai sekilas sambil menaikkan sebelah alisnya kemudian kembali berkutat dengan pekerjaannya.
"Mana temanmu? Aku tidak pernah melihatnya?" Kai melihat sekelilingnya seolah mencari seseorang yang bahkan dia tidak tahu sedang mencari siapa.
"Aku lebih suka sendirian."
Mendengar itu Kai kembali memfokuskan pandangannya pada Sehun. Tidak heran kalau Sehun tidak punya teman. Hanya orang bodoh yang mau berteman dengannya. Dan Kai mencoba menjadi orang bodoh itu.
"Berarti aku beruntung bisa menjadi teman pertamamu," ucap Kai antusias.
Sehun mengernyitkan alisnya heran memandang Kai. Dia tidak tahu harus berkata apa.
...
"Kau harus makan yang banyak. Lihat tanganmu, hanya tulang dan kulit."
Entah sejak kapan Kai jadi terlihat akrab dengan Sehun. Sehun tidak mengiyakan Kai boleh berteman dengannya, tapi juga tidak melarangnya.
"Kau juga harus lebih sering terkena sinar matahari. Lihat, kulitmu pucat sekali."
Dan entah sejak kapan, tapi Sehun mulai terbiasa dengan adanya Kai disekitarnya.
"Kau mau kemana?" tanya Kai melihat Sehun berdiri setelah menyelesaikan makan siangnya.
"Aku mau ke kelas sekarang."
"Aku juga mau ke kelas kalau begitu," balas Kai yang kemudian berdiri berjalan disamping Sehun. Kai mengangkat tangan kanannya dan merangkul Sehun. Sehun sedikit menjauh mendapat perlakuan tiba-tiba dari namja disampingnya. "Ah, maaf. Kupikir kita teman, dan tidak ada salahnya jika teman saling merangkul."
"Maaf, aku hanya belum terbiasa."
"Oh, begitu, haha..." sedikit seringaian mengikuti tawanya. "Kalau begitu mulailah terbiasa dari sekarang," lanjut Kai kembali melingkarkan lengannya dibahu Sehun. Seringaiannya semakin lebar saat tidak ada penolakan dari namja yang menurutnya aneh disampingnya.
...
Seminggu berlalu dan Sehun merasa dia memiliki teman yang sesungguhnya. Kai selalu menemaninya saat disekolah. Dan kini saatnya dia yang akan menemani Kai dengan menontonnya bermain basket. Sebenarnya tidak bisa dibilang menemani, karena Kai yang memaksa Sehun untuk melihatnya bermain basket dipertandingan persahabatan antar kelas.
Sehun duduk dibangku depan mencoba mencari tempat yang sepi untuknya, tapi nyatanya semakin lama gedung itu dipenuhi oleh puluhan pendukung antar kelas.
Semua pemain berlari kesana kemari, mendrible dan mengoper. Sehun memandang kedepan, tapi tatapannya tidak fokus pada permainan. Seakan ada hal lain yang menari-nari dipikirannya.
"AWAS!"
Sehun tersentak mendengar teriakan itu. Pandangannya kembali terfokus dan melihat bola yang meluncur cepat kearahnya. Namun dia tidak sempat menghindar, "Duagh," bola tepat mengenai wajahnya dan membuatnya tak sadarkan diri.
Kai berlari mendekat, diguncangnya tubuh Sehun agar bangun dari pingsannya. "Sehun! Sehun! Kau tidak apa-apa?"
"Dia berdarah! Kai kau harus bertanggung jawab!" teriak Chanyeol dengan sedikit nada khawatir.
"Itu salahmu bodoh, tidak bisa menangkap operan Kai," balas Baekhyun disampingnya.
"Jangan salahkan aku," sungut Chanyeol.
"Aku hanya bicara kenyataan."
"Apa katamu?"
Tidak mau mendengar ocehan dari sahabatnya, Kai langsung menggendong Sehun menuju ruang kesehatan.
Dia meletakkan Sehun dengan hati-hati di kasur yang ada disana, membenarkan posisi tidurnya. Dia mencari kotak P3K untuk membersihkan darah yang keluar dari hidung Sehun.
"Hei, Sehunnie bangunlah," ujar Kai sambil mengguncang bahunya pelan.
Merasa tak ada respon, Kai hanya menghela nafas dan membuka kotak P3K. Dia melepas kacamata retak yang masih menempel diwajah Sehun, meletakkannya di meja dan mulai membersihkan darah dengan kapas.
Kai menatap wajah Sehun dengan teliti. Tak disangka wajah namja dihadapannya ini begitu mulus. Tak ada jerawat maupun luka sama sekali. Kulitnya juga putih bersih. Hidungnya mancung dan bibirnya mungil. Bulu matanya juga panjang.
'Sempurna.'
Entah apa yang mengganggu pikirannya, tapi apa yang dilihatnya memang tidak salah. Matanya sangat normal untuk tak menyadari betapa sempurnanya namja dihadapannya. Apa hanya dengan sebuah kacamata tebal dapat menutupi kesempurnaan ini.
'Apa ini,' Kai memegang dadanya yang mulai berdetak lebih cepat. 'Mana mungkin aku tertarik pada pecundang ini,' Kai menertawai dirinya sendiri yang pikirannya mulai ngelantur.
"Jongin," suara serak menyadarkan pikiran Kai kembali. "Aku dimana?"
"Kau tak apa? Kau berada di ruang kesehatan sekarang. Maaf tadi aku tidak sengaja melempar bolanya padamu."
Sehun menggeleng sambil tersenyum kecil.
'Deg'
"Sepertinya aku harus pulang sekarang," kata Sehun. Dia mengambil kacamatanya yang berada di meja dan memakainya.
"Kau bisa berdiri?"
"Tidak apa-apa, aku bisa sendiri," ujar Sehun saat Kai mencoba membantu menopang tubuhnya.
"Mau kuantar?"
"Tidak, terimakasih. Aku dijemput."
...
"Lihat siapa yang datang. Sepertinya kawan kita yang satu ini terlalu sibuk dengan pacar barunya, sehingga tidak ada waktu untuk bermain dengan kita lagi," sindir Chanyeol saat Kai duduk didekatnya.
"Apa maksudmu. Aku hanya tidak mau menambahkan kata tabu dalam kamusku."
"'Kalah' maksudmu?" sambung Baekhyun. "Sepertinya egomu terlalu tinggi untuk mengakui kekalahan. Tapi kita lihat saja siapa yang akan memenangkan taruhan kali ini," ujar Baekhyun sambil memunculkan seringainya.
"Siapa yang memenangkan pertandingan?" tanya Kai menoleh pada Chanyeol yang berada disisi berlawanan dengan Baekhyun. Ingin sekali Baekhyun memukul kepala sahabatnya ini karena dengan sengaja mengabaikan ucapannya.
"Tentu saja kelas kita," ujar Chanyeol dengan cengiran lebarnya. "Kita menang telak karena tidak ada kau disana," tambahnya.
Ingin sekali Kai memukul kepala sahabatnya ini, tapi diurungkannya. Jadi dia hanya memutar matanya bosan.
.
.
.
TBC
Chap 1 selesai.
Aku ingin memberi tahu kalau fic ini juga ku publish di facebook dengan judul dan nama author yang sama.
Fic ini murni dari pemikiranku sendiri. Mungkin ada kemiripan dengan fic lain karena idenya yang pasaran.
Terimakasih sudah membaca. Chap selanjutnya mungkin akan di update satu minggu lagi. Bisa lebih cepat atau lebih lama, tergantung situasi dan kondisi.
