Disclaimer: Masashi Kishimoto
Genre: Drama/tragedy
Rate: T
Pair: Naru x Hina
Warning: OOC, Abal, Garing, Ide pasaran, Typo
Aku melihatnya lagi. Seorang gadis dengan rambut indigo sepinggangnya tengah tertawa bersama teman-temannya. Ia sangat cantik, bahkan ia jauh lebih indah dibandingkan lukisan masterpiece sekalipun. Entah mengapa akhir-akhir ini aku sering sekali ingin melihatnya dan itu seperti candu yang menguasai diriku. Mengapa aku baru mengenalnya ketika masa sekolah menengah atasku akan segera berakhir? Apakah ia begitu transparan sehingga aku tak bisa melihatnya?
Bukan, bukan ia yang transparan. Tapi memang aku yang tidak bisa melihatnya. Aku membutakan diriku sendiri demi mengejar sahabatku yang jelas-jelas sudah menyukai sahabatku juga.
Ahh, jika bisa aku ingin mengulang kembali masa ini agar bisa mengenal dia lagi. Aku tau semua ini hanya angan-angan.
.
.
.
.
Hari ini tokyo diguyur hujan. Aku merutuki diriku sendiri karena tidak membawa payung hari ini. Aku sedikit menyesal karena tidak mendengarkan ucapan ka-chan tadi pagi dan juga karena gengsiku juga.
Hari ini tokyo akan turun hujan naru-chan, jangan lupa bawa payungmu
Aku menganggap ucapakan ka-chan hanya sekedar angin lalu, dan ternyata benar. Kini aku tengah berdiri didepan pintu masuk koridor sekolah sambil memandangi air hujan. Berharap akan ada seseorang yang membawakanku payung.
Tiba-tiba aku mendengar suara langkah kaki yang mendekat. Bulu kudukku langsung berdiri, dan pikiranku mulai memikirkan hal yang aneh-aneh. Langkah kaki itu semakin mendekat dan aku bahkan tak mampu untuk menoleh kearah belakang.
Kulihat jam yang tengah melingkar ditangan kiriku.
16.30
Aku semakin panik setelah mengetahui jam berapa sekarang. Ini hampir sore, dan juga hujan mengguyur semakin deras. tiba-tiba langkah kaki itu berhenti tepat dibelakang tubuhku.
Kami-sama, apakah ini hukuman karena aku tidak pernah mendengarkan ucapan ka-chan?
Terpaksa. Aku memberanikan diri untuk menoleh kearah belakang.
1
2
3
Tunggu, diakan...
"konichiwa hinata-chan? Kau belum pulang?" sapaku ketika tau siapa yang berada dibelakangku. Naruto baka, jika aku tau bahwa itu Hinata pasti aku akan menyapanya sedari tadi. Sepertinya aku harus segera menghilangkan kebiasaan burukku itu.
"konichiwa naruto-kun. Aku baru saja selesai mengerjakan tugas" ucapnya sembari tersenyum, pipinya bersemu merah. Hey apa dia sakit?
"hinata-chan, apakau sakit?" tanyaku padanya. Ia menggeleng cepat.
"ah, ini sudah sore. Kenapa naruto-kun belum pulang?" tanyanya padaku. Aku menggaruk belakang kepalaku .
"anoo, hari ini aku tidak membawa payung hinata-chan. Jadi ya kau bisa lihat sendiri sekarang. Aku sedang menunggu hujan berhenti hehe." Ucapku sambil tertawa pelan. Kulihat wajahnya kini semakin memerah
"ohh seperti itu, bagaimana jika naruto-kun pulang bersamaku saja. Eh etoo maksudku, aku membawa payung, bagaimana jika kita pulang bersama?" ucapnya padaku. Kedua tangannya saling bertautan. Aku melihat kearah payung lavender yang tengah ia genggam.
Hah mungkin hanya orang bodoh saja yang akan mengatakan tidak untuk menolak ajakan Hinata. Dan aku tidak ingin menjadi orang bodoh itu. Aku lalu mengambil payung yang tengah digenggam oleh Hinata itu. Ia terlihat kaget.
"gomen gomen jika aku mengagetkanmu. Jadi kalau begitu ayo kita pulang Hinata-chan.." jelasku sambil memasang senyuman 5 jariku. Berharap Hinata akan terpesona olehku. Ia mengangguk lalu mulai menyusulku. Dan itulah, akhirnya kami pulang dengan berjalan beriringan. Pelangalaman yang tidak akan pernah kulupakan. Aku sangat senang sekali.
Apakah kau juga merasakan apa yang kurasakan Hinata? Semoga jawabannya iya.
.
.
.
.
.
Lagi-lagi, aku dihukum lari keliling lapangan oleh Kakashi-sensei hanya karena aku beradu mulut dengan Kiba. Ah dasar sipenggemar anjing itu. Dia bisanya hanya mengganggu Hinata-chan ku saja. Siapa yang tidak marah jika melihat kekasihnya diganggu oleh orang yang menyukai kekasih kita bukan? Ya jadinya ini. Aku berlari mengelilingi lapangan konoha High dikala sang mentari tengah berada tepat diatas puncak kepalaku.
"naruto-kun, apakau baik-baik saja?" tanya Hinata sembari memberikan sebuah handuk kecil padaku. Aku mulai mengelapi wajah juga leherku yang mengeluarkan banyak keringat. Aku hanya menggeleng dan tersenyum.
"aku baik-baik saja hinata-chan. Jangan khawatir.." jawabku lalu mengacak-ngacak poni ratanya itu. Ia hanya menggengumbang pipinya lalu mengambil sebuah botol minuman dan memberikannya padaku.
"lain kali kau tak usah se...seperti itu naruto-kun. Itu seperti menyakiti dirimu sendiri kau tau..." ucap Hinata padaku. Iapun bersandar pada pundakku. Aku hanya tersenyum mendengar ucapannya.
Ah kami-sama, betapa beruntungnya aku memiliki dia. Memiliki Hinata yang mencintaiku apa adanya. Aku berjanji akan membahagiakan kupastikan dia akan bahagia bersamaku.
.
.
.
.
.
.
"hari ini kau tidak ada acarakan Hinata-chan?" tanyaku pada gadis indigo disebelahku. Ia hanya menggeleng.
"kalau begitu pulang sekolah kita ke Konoha Mall ya hinata-chan, kudengar ada sebuah kedai ramen yang baru buka.." jelasku padanya dengan mata berbinar.
Oh tentu saja ramen. Dia cinta kedua, setelah Hinata tentunya hahaha. Aku tak tau apa yang akan terjadi padaku jika ramen tidak ada. Apalagi jika Hinata...
Apa? Memikirkannya saja aku tak sanggup. Are, kenapa aku berfikiran seperti itu.
"ah hi..nata-ch...an ramyennya benal-benal ena..k sekalii..." jelasku pada Hinata. Ia hanya tersenyum padaku. Lalu mengambil selembar tisu dari kotak dimejaku.
"kalau makan jangan terburu-buru naruto-kun. Ramennya tidak akan kemana-mana..." ucap Hinata sambil mengelap cairan ramen yang ada didekat bibirku. Seketika biru langit bertemu dengan amethys. Indah. Hinata lalu tersenyum lembut padaku.
Entah mengapa tapi aku merasa bahwa akhir-akhir Hinata sering sekali tersenyum dan jarang berbicara. Ini hanya perasaanku saja atau...?
Aku melihat amethys itu berbinar tatkala kami melewati sebuah butik wanita. Dan pandangannya tertuju pada sebuah manaken yang memakai dress ¾ berwarna lavender dengan pita putih dipinggangganya. Dia hanya melihat, lalu menggangdeng kedua tanganku tiba-tiba. Aku hanya tersenyum padanya. Aku akan membelikannya nanti untuk hadiah anniversarry kami yang pertama. Aku yakin Hinata pasti akan menyukainya...
.
.
.
.
.
Ah ini sudah masuk musim dingin. Bulan desember, bulan yang penuh suka cita. Sebentar lagi hari anniversarry kami, dan ah jangan lupakan juga ulang tahun Hinataku. Aku bersumpah takkan pernah melupakannya.
Hari ini aku mengantar Hinata pulang kerumahnya karena hujan salju mulai turun di Tokyo. Dan juga karena hari ini Hinata terlihat sangat pucat. Tapi ia berkata bahwa ia tidak sakit.
"arigatou naruto-kun telah mengantarkanku sampai rumah.." ucap hinata padaku. "apakau ingin mampir dulu naruto-kun? Diluar hujan saljunya juga makin deras." Tanyanya padaku.
"aku ingin, tapi tadi ka-chan telah menghubungiku bahwa aku harus cepat pulang setelah mengantarmu hinata-chan." Jelasku padanya. Lalu kuacak-acak poni indigo favoritku itu. "salamkan aku pada pada ayahmu ya hinata-chan. Aku pulang dulu. Jaaaaaa..." ucapku sambil tersenyum dan bergegas pergi dari rumahnya. Ku lihat Hinata melambaikan tangannya padaku dan tersenyum padaku.
Tapi kenapa senyuman itu terasa berbeda, kenapa? Apa yang terjadi.?
.
.
.
.
.
.
"yoshhh, selesai... tinggal menunggu Hinata-chan." Ucapku sembari tersenyum tak jelas. Sembari melihat hasil dekorasiku ini.
Ya, hari ini adalah hari perayaan Anniversarry kami. Dan aku baru saja menyelesaikan kejutanku untuknya. Aku berada disebuah danau dipinggiran kota Tokyo. Danau ini sangat indah dan memang tempat dimana aku menembak Hinata. Meskipun tertutup salju, namun entah mengapa tidak mengurangi keindahan danau ini sedikitpun.
Meskipun aku sedikit gila dengan mengadakan perayaan diluar rumah sedangkan kini salju bahkan tidak berhenti turun. Aku memang anti mainstream haha
"ahh, aku lupa membeli dress itu. Kenapa aku bisa lupa sih. Baka naruto." Rutukku pada diri sendiri. Kenapa sifat bodohku ini selalu meuncul disaat yang tidak tepat sih?
Akhirnya aku menelpon Sakura dan menyuruhnya kesini. Dengan siTeme juga pastinya. Aku tak ingin Hinata menunggu jika sudah datang. Jadi aku menyuruh mereka menunggu disini, dengan aku yang pergi untuk membeli dress itu.
.
.
.
.
Aku berdiri didepan butik itu dengan perasaan yang tidak bisa dijelaskan. Ketika aku akan melangkahkan kakiku untuk masuk kebutik itu, tiba-tiba ponselku bergetar. Dan ku lihat Sakura menelponku.
Misscall 10x
Sakura-chan
Apa? Ada apa ini, tidak seperti biasanya Sakura akan menelponku sebanyak ini. Akhirnya aku mengangkat panggilannya yang ke 11
"Naruto dengarkan aku, segera kerumah sakit tokyo sekarang juga. Hinata terserang hipothermia, cepat naruto. CEPATTTTT..." teriak Sakura-chan disebrang sana.
Hipothermia?
Hinata?
Tiba-tiba saja duniaku seakan berputar, kepalaku berat dan pandanganku menggelap. Hal terakhir yang kulihat adalah seorang gadis indigo tengah tersenyum kearahku.
"hi..nat...a..."
.
.
.
.
.
Gimana? Garing ga?
fict ini lahir ketika nada lagi dengerin lagu dan tiba-tiba ngalir jdi gini:D
Maafin kalo Fict yang At Last Winter blm dilanjut, karena lg buntu dan juga sibuk banget direal Life-6
jadi sebagai gantinya nada post fict ini^^
jgn lupa reviewnya yaaa:D
