Disclaimer: Bleach – Tite kubo
Wedding – Ruise Vein Cort (Yuki)
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
"Hwaaah...
cantiknya..." ucap seorang gadis berambut orange panjang,
wajahnya bersemu merah saat aku keluar dari ruang ganti.
"A...
apa iya?" tanyaku ragu. Ku pandangin diriku di pantulan
cermin.
Gaun putih dengan renda-renda berwarna pink di bagian
bawah dengan beberapa jahitan berbentuk bunga pada ujung lengan
panjang transparant.
Rambut hitam yang sudah kupanjangkan selama 5
tahun ini kini sudah sepunggu dan di kuncir ke atas menggunakan pita
putih dengan garis merah di tiap ujung bagiannya.
"Iya... kau
manis sekali"
"Arigatou, Orihime-san" ucapku sambil
tersenyum semanis mungkin.
Dengan lembut ia pasangkan tutup kepala
(nggak tahu namanya apa) berwarna putih transparant ke sela-sela
ikatan rambutku.
Dengan teliti Unohana-san memakaikan make-up
padaku.
Sementara Orihime memperbaiki pita di bagian belakang
gaunku.
"Nah, coba berbalik. Ada yang mau menemui mu tuh"
ucap Unohana-san sambil membereskan kotak make-upnya.
Aku berbalik
dan melihat siapa yang ada dibelakangku.
Dalam hitungan
sepersekian detik wajahku memanas, mungkin kalau aku melirik ke arah
cermin dibelakangku akan terlihat rona merah yang cukup nyata.
"Kau
manis sekali... my hime..." ucap laki-laki yang berdiri di
ambang pintu itu. Aku berusaha menutupi wajahku menggunakan kedua
telapak tanganku yang sudah terbungkus sarung tangan putih.
"Kenapa
di tutupi? Aku kan ingin lihat" ucapnya lagi. Ia raih tanganku
dan menurunkannya perlahan.
Rambut putihnya yang biasanya berdiri
di beri gel dan membuatnya turun dengan rapi. Wajahnya yang selalu
serius kini menatapku dengan pandangan teduh, mata hijaunya
benar-benar terlihat sangat indah dimataku.
"Hi--Hitsugaya-kun"
"Um?"
dia tersenyum padaku. Wajahku terasa makin panas melihat
senyumnya.
Benar-benar senyuman yang menyejukkan.
"Itu...
ada Momo-san" ucapku serasa menunjuk ke arah pintu lagi. Seorang
wanita bernama Hitsugaya Momo berdiri disana dengan tampang
merengut.
Hitsugaya tersenyum sambil menoleh kearahnya. Dapat ku
simpulkan itu senyuman takut-takut, pernah sekali Hitsugaya hampir
diceraikan oleh istrinya itu.
Aku, Unohana dan Orihime hanya
terkekeh melihat kehebohan suami istri itu.
"Untuk mempelai
wanita harap bersiap"
Orihime menepuk punggungku pelan sambil
tersenyum.
Aku langkahkan kakiku menuju ruangan doa. Di depan
ruangan itu berdiri orang yang akan menemaniku seumur hidupku. Ia
tersenyum ke arahku, setelan tuxedo hitam terlihat begitu cocok
melekat di badanya. Aku berjalan perlahan menuju sisinya.
Tebaran
kelopak sakura dari kak Hisana bertebaran menunjukkan jalan dimana
aku akan melangkah.
"Ichigo Kurosaki... Rukia Kuchiki..."
ucap pendeta itu.
Aku merasa rileks saat memeluk karangan bukan
Erika di tangankun. Mungkin bunga ini memang bunga yang tidak terlalu
mahal, tapi aku memilihnya... karena bunga Erika putih memiliki arti
'akhir cinta yang indah'.
"Bersedia" ucapku dan Ichigo
bersamaan. Kami berciuman cukup singkat karena tidak enak dengan para
tamu.
Kini Ichi-- ah! bukan, tapi suamiku menggendongku menuju
pintu keluar.... Read More
Ku lemparkan karangan bunga itu,
beserta dengan terbangnya para merpati putih.
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Ruise: (Sesengukan) Yuki
Yuki: Em? (senyum kalem)
Ruise: Kok tumben kamu mau buat yang kayak gini? Bukannya kalo pribadi kamu itu jadi kayak yang Last Song?
Yuki: Um… entahlah. Mungkin ada pribadi lain yang iseng…
Ruise + Yuki: Please review
