Naruto disclimer Masashi Kishimoto

[Kemngkinan ooc, typo, Al, dll]

[Romance]

Saathiya

Naruto tergesa-gesa melemparkan pakaian yang bisa diraihnya dari dalam lemari, memaksa pakaian-pakaian yang malang itu untuk masuk ke dalam travel bag yang sudah sulit untuk ditutup kembali. Tanganya meraih dompet dan ponsel untuk dijejalkan ke dalam sebuah tas jinjing yang juga kelebihan muatan.

"Naruto anakku," Kushina terisak di balik pintu kamarnya. "Mengapa harus seperti ini nak? Tidak bisakah kau menemuinya sekali saja, mungkin kau akan berubah pikiran, orang tuanya akan datang nanti malam," Kushina menangis pilu air matanya sudah membasahi pakaiannya.

"Minumlah dulu Kushina, kau sudah meraung-raung selama setengah jam," Minato menyodorkan sebotol air mineral yang isinya tinggal setengah. "Dia sangat keras kepala, entah dari mana dia mendapatkan sifatnya itu."

Pintu kamar terbuka, Naruto menyeret barang-barang bawaannya. "Aku menyayangi kalian," Naruto berbicara tanpa melihat ke arah ayah dan ibunya.

"Tapi aku tidak bisa menerima perjodohan ini, aku mencintai orang lain. Sekarang dia sangat membutuhkan ku."

"Ayah sudah tau soal kehamilan gadis itu. Dia hanya menjebak mu nak, supaya bisa menjadi bagian keluarga kita."

"Tidak Ayah, dia adalah wanita yang baik, semua ini salah ku, kukira dengan begini kalian bisa menerimanya."

Sebuah tamparan keras mendarat di wajah Naruto. "Kau menyebut dirimu lelaki dengan menghamili seorang gadis dan kau bermaksud menjadikan dia menantu kami," amarah Kushina membuat auranya gelap dan menakutkan.

Naruto mengusap pipinya, air mata mengalir di sudut matanya "Maafkan aku Ibu, kalau kalian tidak bisa menerimanya aku terpaksa meninggalkan kalian, ayahnya mengusirnya dari rumah, dia tidak punya siapa-siapa lagi."

"Baiklah kalau itu keputusan mu, kau tidak akan mendapatkan satu sen pun dari harta warisan kami." Wajah Minato kaku menahan Amarah.

Naruto melangkah pergi meninggalkan orang tuanya yang menatap sedih kepergiannya. Kushina, ibunya tak henti-hentinya menangis dalam pelukan suaminya.

...

Seorang gadis tengah duduk di ruang tunggu sebuah bandara, mengenakan topi lebar untuk menyembunyikan sebagian besar wajahnya, dia mendongak ketika seorang pria bermasker menghampirinya. "Naruto?"

Naruto mengangguk. Gadis itu berdiri memeluk erat pemuda dihadapannya. Matanya menyapu seluruh ruangan, waspada.

"Tidak ada yang membuntuti mu kan? Kalau Ayah ku menemukan mu, aku yakin dia akan membunuh mu."

"Tidak usah cemas, aku sudah memperhitungkan semuanya. Ayah mu akan mengira kita pergi keluar negeri," kata Naruto.

"Naruto kau tidak mengenal ayah ku, dia adalah seorang bos mafia, dia akan menemukan kita dengan cepat."

"Kenapa kau tidak pernah memberitahu ku sebelumnya," Naruto bergidik ngeri.

"Aku pikir itu akan membuat mu ketakutan dan meninggalkan aku."

"Tidak akan. Aku bahkan lari dari rumah untuk bisa bersama mu, jangan cemas lagi, ok?"

Dua jam kemudian pasangan suami istri itu duduk berseblahan di salah satu gerbong shinkanshen yang akan membawa mereka menuju Osaka, beberapa saat yang lalu mereka menemui seorang pendeta di sebuah kuil dan memintanya untuk menikahkan mereka secepat mungkin. Sementara tiket pesawat atas nama mereka sudah digunakan orang lain dalam penerbangan ke New York.

...

Di sebuah rumah besar bergaya tradisional, Minato dan Kushina duduk bersimpuh memohon maaf atas tindakan putra mereka pada seseorang yang tadinya adalah calon besan mereka.

"Hiashi, aku mohon demi persahabatan kita, maafkanlah Naruto," Minato membungkuk pada sorang pria yang mengenakan kimono, raut wajahnya tegas dan berwibawa.

"Ini adalah salah ku, aku tidak mendidiknya dengan benar," Kushina ikut membungkuk.

"Kami bisa apa, dia sangat mencintai gadis itu," kata Minato.

"Bukan berarti dia bisa berbuat semau hatinya," Hiashi Hyuga menatap tajam pada Minato.

"Aku benar-benar terkejut, kalau saja dia bukan putra mu, aku sudah memotong-motong tubuhya untuk makanan malam Kyubi," Lanjut Hiashi.

Minato menoleh ke arah halaman belakang dimana seekor harimau benggala berwarna orange sedang berjemur, bergelung santai menikmati matahari sore.

"Tapi kami membawa bukti yang bisa meringankan hukuman Naruto," Minato mengeluarkan perekam suara dari saku jasnya.

"Tapi aku tidak bisa menerima perjodohan ini, aku mencintai orang lain. Sekarang dia sangat membutuhkan aku."

Hiashi mendengarkan dengan seksama. "Bagaiman kau sudah yakin sekarang?" Tanya Minato.

"Dia bahkan tidak keberatan kami menghapusnya dari daftar ahli waris kami," kata Kushina.

Raut wajah Hiashi berubah lembut.

"Kami juga tidak menyangka, Naruto yang dulunya tidak pernah serius menjalin hubungan, mengencani banyak gadis, tapi sekarang dia berani mengambil tanggung jawab besar," lanjut Kushina.

"Dia pasti sangat mencintai Hinata, putri mu Hiashi." Minato tersenyum lembut.

Hiashi Hyuga menyesap tehnya pelan, matanya memandang lukisan almarhum istrinya. Kemudian menarik napas panjang, dia menyangka Hinata telah menghancurkan harga diri klan mereka dengan kehamilannya, siapa yang menyangka dunia begitu kecil. Awalnya dia tidak punya muka lagi untuk bertemu sahabat lamanya Namikaze Minato untuk membatalkan perjodohan anak-anak mereka, namun siapa yang menyangka sekarang mereka adalah keluarga.

Mereka bertiga memandang Kyubi yang terbangun, duduk manis menunggu makan malamnya, kenangan yang membawa mereka ke masa duapuluh tahun silam dimana mereka berempat bertemu di India dalam sebuah perjalanan Wisata.

"Hiashi bagai mana kalau besok kita bertiga mengunjungi Osaka?"

Sementara itu Uzumaki Naruto memandang penuh kasih istri yang baru saja dinikahinya, Uzumaki Hinata tertidur sangat lelap sambil memeluknya. Namun tidak dengan Naruto, matanya terbuka lebar, dia menajamkan indra pendengarannya, menangkap bunyi sekecil apapun yang mungkin saja adalah pembunuh bayaran yang sedang mengintainya.

The End

Omake

Minato dan Kushina memandang sedih kepergian Naruto. Setelah taksi yang ditumpangi Naruto pergi, Kushina menyiramkan air mineral kewajahnya merapikan rambut merahnya dengan jari kemudian mengeluarkan cermin kecil memeriksa penampilanya.

"Minato, bagai mana kemampuan akting ku tadi? Tangan ku masih terasa sakit karena menampar Naruto."