Detective Conan © Aoyama Gosho

I'd Lie© Kuas tak bertinta

Warning : OOC(maybe), AU, Typo(s), etc.

Special for my Best Fakh Friend :')

Inspiration by "I Love You- Avril lavigne"

.

.

.

Happy Reading

"Sudah kubilang Barcelona itu hanya hoki! Hanya gara-gara finalti saja Real Madrid kalah, itupun hanya selisih satu skor," Shinichi menatap perempuan yang ada di sebelah Kaito tajam, tak terima atas ejekan-ejekan yang dilontarkan wanita bernama Shiho Miyano itu. Oh, ayolah! Kenapa sih Madrid harus kalah di saat yang tidak tepat? Di saat Shiho mengajaknya bertaruh.

"Ya ya ya, kau bilang hoki, kan? kalau begitu skill tim kesayanganmu itu buruk! Kalau tim kesayanganmu itu kalah melawan Barcelona yang kau bilang hoki, bagaimana nasib mereka saat melawan tim yang memang mempunyai kemampuan tinggi?" Shiho membalas tatapan Shinichi dengan seringaian kemenangan. Ah, menyenangkan tidak sih jika hanya dengan bertaruh kau bahkan bisa mendapat traktiran belanja gratis? Ya… menyenangkan jika yang kalah itu bukanlah orang keras kepala macam Shinichi.

Shinichi menggeram menahan diri untuk tidak mencekik teman sejak kecilnya ini. Kaito yang dari awal berada di antara mereka berdua mulai penat dan jengah. Ahhhh! Kenapa sih hanya karena sepak bola mereka selebay ini? Apa sih bagusnya Barcelona? Dan apa pula kerennya Real Madrid? Lagipula, kenapa hanya dia yang tertarik mengikuti perkembangan Liga Inggris sedangkan dua temannya ini lebih menatap ke Liga Spanyol? Cih, Kaito stress dan galau. Galau karena tak mengerti pembicaraan kedua teman sejak kecilnya ini.

"Kau menghina Real Madrid sekali lagi, aku tidak mau menepati janjiku!" Shinichi membuang mukanya. Ngambek seperti anak kecil, membuat Kaito sweatdrop akut dan ilfeel menatap kelebayan temannya ini.

"Heeeh?! Mana bisa begitu?! Kau berani ingkar janji, kita putus!" Shiho mendelik sambil berkacak pinggang. Kaito yang sejak tadi diam kini membentuk wajah horror. Sejak kapan…. Shinichi dan Shiho pacaran? Aduh, setelah tidak bisa bergabung dalam pembicaraan mereka, kini dia ditinggal sendirian menjomblo. Kenapa sih dunia ini tidak berpihak kepadanya? Lalu dengan kecepatan kilat kedua pasang mata milik Kaito dan Shinichi melotot ke arah Shiho.

"A-apa kau bilang?" Shinichi memastikan pendengarannya.

"Ya kita putus! Pertemanan kita! Kalian berdua tidak usah menatapku berlebihan seperti itu!" Errr… oh, jadi maksudnya itu? Well, Kaito bisa mendesah lega sekarang, dan Shinichi bisa melanjutkan acara marah-marahannya lagi.

"Memangnya kau temanku?" Shinichi semakin nyolot. Hah, rasakan… memangnya hanya Shiho yang bisa berbicara nyelekit begitu?

Gantian Shiho yang memanas sekarang. Terlihat dari kedua tangannya yang mengepal hebat menahan marah. Tahan, Shiho… tahan… janganlah kau ikut terpancing oleh kalimat sarkas anak labil itu.

"Ah! Sebentar! Aku baru ingat kalau aku menemukan trik sulap baru semalam… kalian mau lihat?" Kaito berusaha mengalihkan pembicaraan. Mungkin menunjukkan atraksinya sebentar akan meredakan suasana tak menyenangkan ini. Yah walaupun sebenarnya dia sama sekali tak memiliki trik sulap baru. Semoga saja mereka belum pernah melihat yang begini.

"Hm… boleh saja. Daripada mood-ku terus-terusan memburuk karena bocah sok detektif itu…"

Kaito mulai merogoh kantung tasnya, mengeluarkan sepaket kartu bridge yang biasa dipakainya. Kemudian mengocok kartu-kartu itu beberapa kali. Sementara Shiho menatap penasaran ke arah Kaito, Shinichi malah sebaliknya.

"Yah, sebenarnya ini trik sulap klasik. Tapi, aku iseng saja ingin menunjukkannya ke kalian. Aku yakin Kudo sudah tau letak kejanggalannya. Nah, sekarang kau pilih salah satu kartu ini dan jangan tunjukkan ke arahku," Kaito menyodorkan kartu-kartu yang kini hanya terlihat sisi bagian belakangnya itu ke arah Shiho, menyuruhnya memilih yang mana satu.

Shiho menarik sebuah kartu lalu melihatnya sebentar dan kembali menutupnya.

"Oke, sekarang biarkan aku membaca pikiranmu dan menebak apa kartu yang kau pilih," Kaito memasang pose berpikir seolah benar-benar seperti memiliki indera keenam. Shinichi yang melihatnya mulai bosan. Tampaknya permainan Kaito mulai terbaca.

"Yak, aku sudah tahu sekarang… nah setelah itu, letakkan kartu itu bersama kartu yang lain," Kaito mengambilnya tetap dalam posisi tertutup dan meletakkannya di tempat terbawah.

"Lihat, tidak ada trik di sini…" ia menunjukkan satu-persatu kartu yang dipegangnya ke arah Shiho, dengan posisinya sendiri yang membelakangi kartu itu.

"Kau kocok kartu-kartu ini sekarang, sebagai bukti bahwa aku benar-benar tidak memanipulasinya,"

Shiho mengocok kartu-kartu itu. di pihak lain Shinichi mulai merasa jengah. Ah, memang mereka tidak ribut lagi, tapi kenapa sekarang malah gantian dia yang dikacangi? Seolah-olah Kaito hanya menunjukkan sulapnya ke Shiho. Kenapa persahabatan tiga orang itu sering sekali terjadi diskriminasi, sih? Dia hanya merasa… diabaikan. Bukannya dia cemburu ya.

"Sudah? Nah, sinikan kartunya dan biarkan aku menebaknya…" Kaito lalu mengambil kartu-kartu itu dan membukanya. Mengeceknya satu-persatu lalu mengambil sepuluh kartu secara acak. Kemudian menggabungkan kesepuluh kartu itu dan menyuruh Shiho mengapitnya dengan tangan terkepal di antara ruas jari telunjuk dan tengah. Dan dengan cepat Kaito menyentakkan kartu yang kini berada di tangan Shiho hingga menyisakan satu kartu.

"Sekarang kau buka kartu itu. itu pasti kartumu, kan? 3 hati?" Shiho diam di tempat, bagaimana bisa? Kenapa trik sulap Kaito semakin lama semakin sempurna sehingga dia tak bisa melihat kejanggalannya?

"Hey… bagaimana kau bisa melakukan itu? Ulangi sekali lagi! Ajari aku!" Shiho menatap Kaito dengan tatapan antusias. Tapi…

"Ck, baka… bagian yang menyisakan satu kartu itu mudah! Pasti dia sudah tahu kartu mana yang kau pilih dan menyelipkannya di antara sepuluh kartu tadi dengan meletakkan kartu itu di bagian terbawah. Yang namanya dipukul begitu pasti yang paling bawah akan menjadi yang terakhir tidak terlepas," Shinichi menyela pembicaran kedua orang itu dengan tatapan malas.

"Oh… aku mengerti. Tapi aku masih tidak mengerti bagaimana kau bisa menebak kartuku," Shiho mengangguk sekilas ke arah Shinichi lalu kembali fokus ke arah Kaito.

"Ah, sudahlah! Dia pasti mengintip kartumu tadi. Entah bagaimana caranya. Kita sudah hampir terlambat ke sekolah. Kalian yakin masih mau bermain sulap dan bermesra-mesraan di tengah jalan begini?"

"Ck iya iya… kau berisik sekali sih, Kudo!" Shiho pun mengembalikan kembali kartu-kartu itu ke Kaito lalu mulai melanjutkan perjalanan mereka bertiga menuju sekolah. Kaito hanya menghela napas pasrah akan kelakuan kedua manusia di sampingnya ini.

Shinichi tidak mengerti. Kenapa akhir-akhir ini dia menjadi sedikit lebih temperamental dari biasanya, sih? Padahal biasanya dia bisa menjaga diri dan tidak bersikap kasar seperti itu. apa ini rasanya diabaikan oleh kedua sahabatnya? Atau… ada alasan lain yang membuatnya jadi laki-laki temperamental begini?

.

"Tidak mau ah. Kenapa kita harus megaji buku tebal macam novel-novel detektifmu itu untuk tugas bahasa Inggris kali ini? Kenapa tidak memakai buku yang lebih tipis dan lebih ringan untuk dibaca saja?" Shiho menggerutu dengan nada datar sambil mengaduk-aduk makanan yang ada di hadapannya. Yang benar saja… yang mendapat tugas dia dan Kaito tapi kenapa yang sibuk sampai ngotot begini si Shinichi, sih?

"Hhhh…. Alasannya sudah jelas, kan? pertama… novelku itu berbahasa Inggris, jadi akan lebih mudah mengajinya, lalu kedua… itu novel ringan dan mudah dibaca, aku bahkan mengerti seluruh isi novel itu… dan itu akan semakin mempermudah tugas kalian jika aku membantu kalian," Shinichi menjawab pertanyaan Shiho dengan santai. Hah, apa Shinichi tidak mengerti bagaimana perasaan seorang Shiho yang muak membaca buku-buku tebal macam novel fiksi itu? Apa tidak ada rekomendasi yang lebih bagus daripada buku kesukaan maniak cerita misteri itu?

"Yah, yang mengerti isinya itu kan kau, bukan kami. Begini saja, biarkan kami memilih buku yang lebih ringan dan mudah dimengerti, tapi kau tetap membantu kami dalam pengerjaannya?" Shiho menyeringai untuk kesekian kalinya pada hari ini.

"Nah! Kalau yang itu aku setuju! Bagaimana, Kudo?" Kaito ikut-ikutan.

"Ck… kenapa aku yang harus ikut repot membantu kalian? Itu kan nasib kelas kalian yang diajar oleh Vermouth-Sensei," Shinichi berkata seolah tak peduli sambil menyantap makanannya. Hah, giliran butuh saja mereka datang dan memohon-mohon kepadanya. Yang Shinichi tidak mengerti, kenapa hanya dia yang kelasnya terpisah dari kedua sahabat kecilnya ini?

Padahal dari dulu mereka selalu bersama. Tapi, kenapa akhir-akhir ini Shinichi sering merasa diabaikan? Seolah-olah Kaito selalu membela Shiho dan Shiho sedikit demi sedikit menjaga jarak darinya? Dan lagi… kenapa dia merasa akhir-akhir ini dia menjadi sedramatis ini? Oh, ayolah… memangnya kenapa kalau mereka berdua menjadi lebih dekat?

"Ya sudah… Hey, nanti pulang sekolah kita ke toko buku di depan stasiun dulu, ya? Kau juga harus ikut, Kudo, jangan nanti kau malah pergi meninggalkan kami berdua dengan alasan kencan dengan Mouri, ya," Shinichi berjengit mendengar kalimat yang baru saja diucapkan Shiho. Kencan katanya? Hah? Tolong ya, berjuta-juta tahun dalam hidupnya punya pacar saja tidak pernah… bagaimana mau berkencan? Yah… errr, bukannya dia tidak laku sih… hanya saja, ah sudahlah!

"Ck… baka! memangnya kenapa kalau aku bilang nanti pulang sekolah aku ada ekskul sepak bola? Lagipula kalau aku kencan dengan Mouri kau kenapa? Cemburu?"

"Hah? Oh! aku tahu, Mouri itu Ran Mouri manager di tim sepak bola kau kan? ah, pantas saja… dia cantik sih, tapi sayang dia bukan tipeku. Aku tak menyangka kau melepas predikat jomblomu lebih dulu dari kami berdua? Hebat-hebat… kenapa ya Mouri itu mau dengan anak sepertimu?" Kaito tiba-tiba nimbrung. Tidak mengerti hati Shinichi yang kini semakin bergejolak panas akibat gosip illegal yang diciptakan Shiho semakin dikompori oleh bocah sok pesulap ini.

"Sudah kubilang aku tidak pacaran dengannya, kenapa sih kalian berdua sok tahu? Memangnya salah kalau aku ikut eksul sepak bola? Aku punya hobi… tidak seperti kalian yang bisanya hanya menggosip."

"Kok kau marah, sih? Ya sudah kalau memang tidak pacaran, kami kan hanya bercanda. Lagipula bukan hanya kau yang sibuk dengan ekstrakurikulermu itu. Kami juga punya kegiatan masing-masing. Santai saja kenapa, sih?" Tunggu… kenapa kalimat sarkastik Shiho seolah menyadarkannya dari kekhilafannya barusan? Ah… kenapa dia benar-benar merasa uring-uringan hanya karena candaan Shiho dan Kaito. Benar… mereka hanya bercanda, tapi… kenapa dia menanggapinya dengan serius. Seperti ada perasaan kesal jika Shiho tidak peka terhadap perasaannya. Eh? Tunggu… memang tidak peka terhadap perasaannya yang seperti apa? J-jangan bilang kalau dia…

Cemburu dalam artian sebenarnya.

.

Kaito menatap Shiho yang kini berhenti di depan gerbang sekolah dengan tatapan heran. Kenapa lagi wanita ini? Menunggu siapa lagi, sih? Jangan bilang kalau Shiho ada janji dengan laki-laki lain dan lupa bahwa tujuan awal mereka setelah pulang sekolah akan ke toko buku depan stasiun? Ah… setelah Shinichi, Shiho juga tidak jomblo lagi? Lalu bagaimana nasib dirinya sendiri? Apa dia harus bunuh diri seperti di film-film karena wanita yang disukainya sudah jadian dengan pria lain? Hah… tidak tidak, itu terlalu berlebihan dan lagi fic ini tidak mencantumkan genre drama.

"Kita ngapain sih di sini… kau menunggu siapa lagi?" mau tak mau akhirnya Kaito bertanya juga, sudah bosan berdiri diam tak jelas di sini rupanya.

"Tentu saja kita menunggu Kudo. Ke mana lagi bocah sok detektif itu?" hah…? Kaito terdiam sebentar. Menunggu Shinichi katanya?

"Loh, bukannya Kudo sudah bilang tadi di kantin saat istirahat kalau dia ada ekskul? Memangnya tidak jadi ya?"

"Ah! Iya… ck, benar juga. Aku lupa bahwa dia hari ini ada kencan dengan Mouri itu. hah… ya sudahlah, sia-sia saja kita menunggu di sini. Yuk langsung ke sana," Shiho menghela napas sekilas lalu mulai berjalan beriringan bersama Kaito menuju stasiun.

Kaito tidak menyangka bahwa hari ini dia akan seberuntung ini. Berjalan berdua saja dengan Shiho tanpa Shinichi. Well, siapa sih yang tidak senang berjalan beriringan dengan orang yang kau sukai berdua saja?

"Kau mau mengaji buku yang seperti apa nanti untuk tugas bahasa Inggris kelompok kita?"

"Eh… eum, terserah kau sajalah. Tapi jangan yang terlalu tebal, nanti kita sendiri yang repot karena hasilnya akan dipresentasikan, kan?" Kaito yang semula diam tak menyangka akan diajak berbicara dengan wanita di sebelahnya pun menjawab refleks pertanyaan Shiho.

"Hm… benar juga. Ya sudahlah, nanti kita lihat-lihat lagi mana yang bagus untuk dijadikan bahan. Eh, tapi nanti kau yang bayar, kan?" Shiho tersenyum jahil, berharap mendapat jawaban yang diinginkan ke arah Kaito.

"Ah, kau ini… kenapa sih di otakmu selalu pikirannya dibayari melulu? Ya ya… tenang saja nanti aku yang bayar," dan Shiho pun tertawa kecil, membuat Kaito terdiam beberapa detik menatap wajahnya.

.

"Ah, sebenarnya tadi ada buku yang lebih bagus sih… hanya saja mahal dan terlalu tebal. Aku malas membacanya kalau sudah setebal itu," Shiho dan Kaito berjalan keluar toko dengan menenteng sebuah kantung plastik berisi beberapa buku.

"Ck… kadang-kadang Kudo ada benarnya juga ya memarahimu. Kau bilang hanya membeli buku untuk bahan kerja kelompok kita. Tapi apa-apaan itu? kau membeli lima buah komik dan dua majalah fashion. Dan semuanya memakai uangku," Kaito mendelik kesal ke arah Shiho.

"Ekhem… yang salah itu, kau. Kenapa kau setuju setuju saja saat aku memintamu yang membayarnya? Hm, aku jadi lapar… bagaimana kalau kita makan dulu sebelum pulang?"

"Jangan bilang kalau kau minta aku bayari lagi…"

"Hey, kau tenang saja… aku tidak semenyedihkan itu, tahu. Lagipula aku bawa uang, kok!" Shiho melipat kedua tangannya di dada sambil berjalan menuju sebuah kedai di samping toko buku yang tadi mereka masuki. Mulai mencari tempat duduk, sedangkan Kaito hanya mendesah pelan sambil mengikuti pasrah cewek di hadapannya ini. Kenapa sih, dia bisa menyukai cewek dingin dan sarkastik macam Shiho ini?

Setelah memesan makanan masing-masing, suasana menjadi hening.

"Errr… aku masih penasaran, apa kau masih punya trik-trik sulap lain? Terus… kau belajar dari mana sih semua itu?" Shiho menatap Kaito penasaran. Yang benar saja, kenapa tadi pagi saat berangkat sekolah dia sukses besar ditipu oleh Kaito? Kenapa skill cowok ini benar-benar meningkat bahkan hanya untuk trik sulap kecil macam sulap kartu.

"Ya banyak, awalnya aku hanya iseng-iseng bereksperimen di kamarku, lalu ya… akhirnya menemukan berbagai macam trik. Ah, aku ada satu trik sederhana lainnya. Kau percaya tidak aku bisa mengubah kartu yang kau pilih menjadi kartu lain?" Kaito kembali merogoh kantung tasnya dan mengeluarkan kartu-kartu brigde kesayangannya.

"Benarkah? Oke, baiklah… trik sederhana, ya?" Sederhana, tapi Shiho yakin Kaito bisa menunjukkannya dengan sempurna seperti sulap kartu tadi pagi.

"Hm, pertama-tama kita kocok seperti biasa kartu-kartu ini. Kau mau mencobanya?" Kaito menawarkan kartu-kartunya kepada Shiho dan akhirnya dikocok Shiho beberapa kali. Shiho bahkan sempat mengecek seluruh kartu itu, memastikan bahwa tidak ada manipulasi di sana.

"Nih sudah. Selanjutnya?" Kaito mengambil kartu Shiho dan meminta shiho memilih salah satu kartu, namun kali ini kartu itu dapat dilihat oleh mereka berdua, karena Kaito bukan menebaknya, melainkan berusaha mengubah tulisan di kartunya.

"Oh, jadi kau memilih 4 keriting? Baiklah, kita letakkan kartu ini di bagian paling atas seperti ini. Lalu aku akan mencoba mengubah tulisan 4 keriting itu menjadi kartu lain," Kaito kembali memasang wajah penuh konsentrasinya. Shiho nyaris terkikik melihat wajah sok serius Kaito, namun dia dapat mengendalikan ekspresinya.

"Nah, sekarang silakan kau ambil kartu paling atasnya…" Kaito menyodorkan kartu itu ke arah Shiho.

Shiho mengambil kartu itu perlahan dan tertegun membaca tulisan di kartu yang kini telah berganti tersebut.

'I love You. Wanna be my girlfriend?'

Hening beberapa saat. Hah? Kartu apa nih? Ke mana kartu 4 keriting yang Shiho pilih sebelumnya? Kenapa bisa-bisanya berubah mendadak begini? Padahal Shiho tadi melihat jelas dengan mata kepalanya sendiri kalau Kaito tidak menyembunyikan tumpukan kartu ini sama sekali. Kenapa bisa? Dan lagi isinya…

"Kok kau bisa melakukannya sih? Ulangi ulangi… ke mana kau sembunyikan kartu 4 keritingnya?" Shiho mengembalikan kartu yang dia buka tadi ke tumpukan paling atas kembali, lalu menyodorkannya ke arah Kaito. Sial, kenapa gara-gara kartu yang tulisannya norak itu dia jadi salah tingkah begini, sih? Kaito… bercanda, kan?

Kaito hanya diam, mengambil kembali kartu yang sempat Shiho kembalikan, lalu menyerahkan kartu paling atas tadi ke Shiho.

"Kau belum menjawab tulisan di kartu ini, Miyano."

Shiho mendadak pening. Aduh, kenapa tiba-tiba suasananya berubah jadi sok romantis dan horror begini sih? Ahhh… bisakah Shiho pulang sekarang? hilang sudah nafsu makannya.

"Aduh, makanannya kok lama sekali, ya? Errr… oh iya! Tadi kan kau membelikanku beberapa buku, mungkin –"

"Jangan menghindar, Miyano. Jawab pertanyaanku, aku serius." Krik. Shiho bungkam. Astaga, kenapa bisa-bisanya dia jadi deg-degan begini? J-jangan bilang kalau wajahnya memerah sekarang. Sumpah demi kemenangan Barcelona semalam, dia tidak menyangka bahwa Kaito… menyukainya.

Shiho terdiam sejenak. Menimbang-nimbang dalam hati apa yang harus dia lakukan.

"Yah… baiklah. A-aku mau." Dan sayangnya Shiho memilih keputusan yang salah. Benar-benar salah karena dia telah membohongi dirinya sendiri. Sementara itu Kaito tersenyum mendengar jawabannya.

Namun sebenarnya Kaito tahu Shiho terpaksa menyetujuinya, Shiho menyukai orang lain dan Kaito kenal orang itu. Dia tahu bukan hanya dia yang menyukai wanita ini. Tapi… dia tak ingin didului oleh orang itu, karena dia adalah orang yang egois.

TBC

A/N: Sebenernya ini terinspirasi dari lagu I Love You-nya Avril, tapi judulnya diambil dari lagu I'd Lie-nya Taylor Swift... ya ceritanya jadi mix gini deh.

Ini fic special buat temen terbaik sekaligus tergzzzzz saya hahahak! Fic pertama di fandom DC dan saya tau ini mereka OOC semua, tapi sengaja sebenernya, biar ceritanya ngena. Ya ampun tolong, awalnya ini fic bakal saya buat jadi KaiShi! Dan ceritanya juga gak gini, tapi temen saya itu fans ShinShi dan akhirnya saya dengan suka rela ngubah alur cerita ini dan pairing akhirnya hiks. Lagian ini ngetiknya makan waktu seharian, sumpah saya nyetak tiap satu scene selesai. Dan maaf ya itu Kaito nembaknya sok romantis tapi ditanggapinnya gitu sama Shiho dan jatuhnya jadi konyol. Woy, Pelicuy! Review kau yeh, awas kalo idak hiks… pengorbanan aku ini.

Terus, awalnya niat buat mereka saling manggil nama awal kayak Shiho, Shinichi, Kaito gitu... tapi ga bisa. Soalnya di canon-nya si Ai manggil Conan Kudo, kan? si Conan juga manggil Haibara... jadi daripada OOC mending diikutin aja sama aslinya.

Well, di chap kedua nanti liat aja apa yang bakal Shinichi lakuin setelah tau Kaito curi start duluan wkwk. Aduh, sedih bener ini sebenernya… KaitoShiho-kuuuu, kenapa jadi ShinShi gini…

Mind to review?

Kuas tak bertinta