Remake dari novel karya DIANA PALMER dengan judul BELOVED. Tanpa mengubah inti cerita, alur cerita atau ide dasar penulis asli. Namun demi kepentingan cerita, nama tempat, nama tokoh dan beberapa bahasa penuturan akan saya ubah. Semoga itu tidak merubah makna dari cerita, dan semoga bisa diterima pembaca.

Saya tidak ada maksud menjiplak, hanya ingin berbagi cerita dari salah satu novel favorit saya, dengan tokoh cerita yang dirubah menjadi couple idola favorit saya, Sehun-Luhan.

Selamat menikmati…

.

.

.

.

.

BELOVED

(Remake story from Beloved – Diana Palmer)

.

.

Prolog

.

.

.

Oh Sehun duduk sendiri di deretan kedua tempat duduk yang sudah disediakan untuk anggota keluarga. Dia tidak memiliki ikatan keluarga dengan Lee Donghae, tetapi mereka berdua bersahabat sejak masih kuliah. Hanya Donghae sahabat sejatinya. Kini Donghae telah tiada, dan wanita itu, duduk di sana seperti malaikat kegelapan, rambutnya tertutup kerudung hitam, pura-pura berkabung atas kematian suami yang dicampakkannnya seperti baju rombeng setelah satu bulan pernikahan.

Sehun menyilangkan kakinya yang panjang, mengubah posisi duduknya agar lebih nyaman. Tangan kirinya yang hanya sampai di siku terasa sakit. Lengan bajunya dilipat, karena dia tidak suka mengenakan tangan palsu, yang menyembunyikan cacat tubuhnya. Meskipun hanya punya satu tangan, dia cukup tampan – rambutnya yang hitam tebal mengkilat, alisnya berwarna gelap, dan matanya berwarna sehitam rambut dan alisnya. Posturnya tinggi dan atletis. Dia pria yang bersemangat; mantan jaksa agung Busan dan pengacara terkenal di Seoul, juga salah satu bagian dari kerajaan bisnis OH Corp. yang bernilai jutaan dolar. Sehun dan saudara-saudaranya terkenal di bisnis perhotelan sama halnya dengan Sehun terkenal di bidang hukum. Dia kaya raya dan memang tampak demikian. Tetapi kekayaan tidak mampu menghilangkan kesepian yang dirasakannya. Istrinya meninggal dalam kecelakaan yang membuat tangannya cacat. Kecelakaan itu terjadi tidak lama setelah pernikahan Luhan dengan Lee Donghae.

Luhan-lah yang telah merawatnya di rumah sakit, dan gosip gosip tentang mereka pun beredar dengan cepat. Sehun disindir telah menyebabkan perceraian Luhan dan Donghae. Pikiran bodoh, pikir Sehun marah, karena aku takkan mau memanfaatkan Luhan seperti itu. Hanya satu minggu setelah perceraian, wanita itu sudah terlihat berkeliaran kemana-mana dengan playboy Choi Seunghyun. Mungkin pria itu kekasihnya, pikir Sehun dengan kemarahan tertahan. Sehun tidak menyukai Seunghyun seperti halnya dia juga tidak menyukai Luhan. Anehnya Seunghyun tidak datang ke pemakaman, mungkin dia masih memiliki sopan santun, meskipun sedikit.

Sehun bertanya-tanya apalah Luhan tidak menyadari perasaan Sehun yang sesungguhnya terhadap dirinya. Dia terpaksa bersikap baik pada Luhan; kalau tidak, akan menimbulkan banyak komentar. Tetapi diam-diam Sehun membenci wanita itu karena apa yang diperbuatnya terhadap Donghae. Luhan begitu dingin – egois dan tidak berperasaan. Sehun tak habis pikir, bagaimana Luhan tega mencampakkan Donghae setelah satu bulan menikah, lalu membiarkan Donghae pergi bekerja di pengeboran minyak di Atlantik Utara dengan dalih agar bisa melupakan Luhan. Donghae meninggal di sana tiga hari yang lalu, dalam kecelakaan yang tragis, tenggelam dan tewas dalam air dingin sebelum sempat diselamatkan. Sehun menduga Donghae sengaja membiarkan dirinya celaka. Dari surat-surat Donghae yang diterima Sehun, dia dapat membaca penderitaan Donghae, kesepiannya dan betapa Donghae kehilangan kasih sayang dan kebahagiaannya.

Sehun memandang Luhan, bertanya-tanya bagaimana ayah Donghae bisa tahan duduk di sebelah wanita sekejam Luhan, memegang tangan Luhan yang kurus seolah Luhan dapat merasakan kesedihan yang dia rasakan karena kehilangan putranya; putra satu-satunya. Pasti hanya untuk menunjukkan kepada publik saja, pikir Sehun kesal. Ayah Donghae hanya berpura-pura, untuk mencegah orang bergosip.

Sehun menatap peti jenazah yang tertutup lalu memejamkan matanya. Ini seperti akhir dari satu masa di hidupnya. Pertama dia kehilangan istrinya dan juga tangan kirinya; kini dia kehilangan sahabat dekatnya. Sehun memiliki kekayaan yang berlimpah juga kesuksesan, tetapi tak ada orang untuk berbagi semua itu. Sehun bertanya-tanya apakah Luhan merasa bersalah atas perbuatannya terhadap Donghae? Menurut Sehun tidak.

Sehun memperhatikan Luhan dari tadi tanpa disadari wanita itu, membenci dirinya sendiri karena perasaan yang timbul ketika memperhatikan janda sahabatnya itu. Luhan bertubuh mungil dan cantik, dengan rambut dark borwn yang terurai hingga pinggang, mata berkilau laksana manik seekor menjangan, dan kulit putih yang terlihat selembut beludru. Bahkan kecantikan Luhan pantas untuk disandingkan dengan aktor sekelas Song Joongki untuk menghias cover majalah Fashion, tetapi sayangnya Luhan terlalu pemalu untuk seorang wanita secantik dirinya.

Sehun sudah menikah saat bertemu Luhan. Sehun jugalah yang ambil andil memancing Donghae mengajak Luhan berkencan. Waktu itu Sehun berpikir betapa cocoknya mereka berdua. Seolah keduanya sengaja dipasangkan dari surga; hingga terjadilah perceraian yang cepat itu. Sehun takkan mengaku bahwa dirinya sengaja membiarkan Luhan berpasangan dengan Donghae agar dirinya sendiri terlepas dari godaan untuk mendekati wanita itu. Sehun bahkan kerap kali mendoktrin dirinya sendiri bahwa Luhan adalah tipe wanita yang dibencinya, wanita yang takkan pernah disayanginya. Cara itu berhasil, kadang-kadang. Kecuali ketika Sehun merasa sakit setiap kali memandang Luhan; rasa sakit yang tidak hanya secara fisik….

Ketika upacara pemakaman selesai, Luhan berjalan keluar bersama ayah Donghae yang menggandeng sikunya. Pria itu tersenyum simpatik kepada Sehun. sementara Luhan tidak memandang Sehun sama sekali. Dia benar-benar menangis; Sehun melihatnya.

"Bagus", pikir Sehun dengan rasa dendam."Bagus, aku senang kau terluka. Lagipula, memang kau telah membunuhnya!".

Sehun tidak melihat lagi ke arah Luhan saat masuk ke mobil hitam untuk kembali ke kantor. Dia tidak ingin mengikuti upacara penguburan. Baginya, permainan kata-kata menyedihkan oleh Luhan sudah cukup. Sehun takkan memikirkan air mata wanita itu, atau kesedihan tulus di wajahnya yang putih. Dia takkan memikirkan rasa bersalah Luhan ataupun kemarahan dirinya sendiri. Sebaiknya segala hal itu ditinggalkan di masa lalu dan dilupkan saja. Seandainya dia bisa. Seaindainya dia bisa….

.

.

.

Thanks to:

Exo_gs_edit yang bersedia meminjamkan hasil karyanya untuk dipoles dan dipajang menjadi cover FF ini, thanks a lot