A/N: Beneran ada gathering di Gramedia gak sih? Uhh, kalau emang ada beneran, pokoknya sekolah yang salah! Dan buat yang udah review PSWM, maaf gak dibales, sibuk.. u_u #alesanbangetdahnianaaak. Dan kenapa tidak ada yang protes dengan cerita itu sih?
Warning: Alternative Reality. Miss-typo murni kesalahan editor #peletak. OOC. Ketidak tepatan yang fatal.
Summary: Ketika hitam dan putih selalu bertentangan. Di mana pertarungan antara Tuhan dengan setan selalu ada, antara baik dan jahat. Kau harus memilih dengan bijak kemana kau akan melangkah.
Don't like? DON'T READ!
Tuhan, aku meminta perlindunganmu dari segala bentuk kejahatan
Malam yang sunyi ketika kabut menyentuh bumi. Sosok bertudung itu mengibaskan obornya pelan untuk memeriksa sekelilingnya. Bernapas sepelan dan seteratur mungkin. Langkahnya lebar dan berhati-hati. Harus berhati-hati.
Srek. Srek.
Hanya terdengar suara kakinya yang melangkah di atas dedaunan kering. Menajamkan pendengaran, jangan sampai ada suara lain selain yang berasal dari dirinya sendiri.
Srek. Srek.
Tudung hitamnya membuat sosoknya tidak terlalu terlihat. Cahaya obor yang remang-remang hanya menerangi beberapa meter jarak di depannya. Selepas itu gelap. Hutan pinus yang menjulang bukan pilihan yang bagus untuk berjalan-jalan di malam hari. Tingginya pohon membuat cahaya bulan yang seharusnya terang pada malam itu menjadi tidak terlalu jelas. Kabut semakin memperburuk masalah.
Tuhan, aku meminta perlindunganmu dari segala bentuk kejahatan
Malam ini bulan purnama dan ia harus ekstra hati-hati. Werewolf bisa muncul dan menyerang dari mana saja. Dan—ah, ia harus cepat melangkah. Jangan sampai mahluk itu pergi sebelum ia kembali dan membakarnya. Ia memang sudah menusukkan pancang menembus jantung mahluk itu, tapi siapa tahu mahluk itu belum mati sepenuhnya. Ia harus memastikan semuanya. Ceroboh sekali, tadi ia belum memenggal kepala mahluk itu.
Srek. Srek.
Masih bernapas sepelan dan setenang mungkin. Sebentar lagi matahari terbit, jadi ia tak perlu khawatir. Tujuannya lurus di depan sana. Di ambang jurang yang dalam. Di sana ia akan memenggal mahluk itu lalu membakarnya, abunya akan dibuang ke sungai yang ada di jurang. Mahluk itu harus mati—harus dihapuskan dari bumi.
Sebentar lagi ia sampai. Sebentar lagi. Sebentar lagi ia akan membalaskan dendan orangtuanya yang mati di tangan mahluk itu. Sebentar lagi—
Peti mati itu terbuka.
Jangan bilang..
Mahluk itu telah pergi.
Tuhan, aku meminta perlindunganmu dari segala bentuk kejahatan.
.
.
Virtue of Darkness: Solstice
A Hetalia-Axis Powers Fanfiction
by
Elizabeth Kirkland
.
.
#00. Prologue
"Kau selalu bermain dengan pekerjaanmu, Beilschmidt." Malaikat berambut coklat itu berkata dengan nada angkuh. Dagunya terangkat sementara mata violetnya menatap rendah ke arah perapian dengan api yang menjilat.
"Kau mudah berkata seperti itu.. kau 'kan tidak pernah mengeksekusi orang yang sekarat." Malaikat berambut ash blond menimpali. Gesturnya santai. "Mahluk cahaya sepertimu mana tahu."
"Dikirim ke atas atau ke bawah adalah tugas adikmu."
"Kau ini bawel sekali, Roddie."
Memutar matanya dengan malas. "Beilschmidt, kita punya tugas masing-masing."
"Aku tahu. Dan Malaikat Penabur Berkah sepertimu kerjanya adalah membagikan mukjizat. Iya kan—
—titisan Gabriel?"
"Tugasku adalah menyampaikan kabar dari Tuhan."
"Tahu tidak? Berapa lama sampai aku mendapatkan tubuh yang awesome ini?"
"Apa katamu sajalah." Malaikat berambut coklat itu mendengus lalu berbalik. Ia berjalan menuju jendela yang terbuka lalu menaiki kusennya. "Aku telah menyampaikan pesan Tuhan—("Bilang aku juga rindu padanya!")—kalau kau tetap bermain-main.. semuanya kau yang tanggung." Menggerakkan tubuhnya sedikit, itu cukup untuk membuat empat pasang sayap putihnya muncul. Ia lalu terbang di kegelapan malam.
"Setidaknya aku tidak akan ditendang dari surga."
.
.
Disclaimer: Hetalia Axis Powers / Hetalia World Series © Hidekaz Himaruya.
Genre : Mystery & Horror
Rating : T
.
.
Banyak orang yang salah menafsirkan vampir.
Mereka meminum darah, itu benar. Namun mereka tak pernah meminum darah seseorang sampai habis, itu dapat membuat mereka sakit. Mereka takut matahari, itu salah. Matahari hanya menimbulkan rasa gatal di kulit mereka, singkatnya, mereka alergi matahari. Mereka tak pernah takut pada bawang putih. Satu-satunya efek yang diberikan pada bawang putih, kalau mereka memakannya, adalah membuat napas mereka menjadi bau. Mereka tak pernah menggigit seseorang di leher, itu dapat membuat darah keluar terlalu banyak dan menimbulkan kematian.
Lalu kenapa masih ada orang yang membenci vampir?
Karena vampir adalah pendosa. Mereka menyalahi takdir mereka sebagai manusia dengan mengalirkan darah vampir di tubuh mereka. Mereka tidak mempercayai keagungan Tuhan. Mereka dianggap merugikan.
Domba-domba yang tak dapat kembali pada kerumunan. Tak dapat kembali ke tangan Sang Penggembala. Domba yang telah berubah menjadi serigala.
Vampir adalah makhluk angkuh dan sombong. Mati terhormat lebih baik daripada hidup berkubang aib. Membuktikan bahwa mereka adalah makhluk dengan derajat yang tinggi.
Mendung menggantung di atas cerobong-cerobong besar pabrik yang ditinggalkan. Burung-burung jelmaan setan berputar di langit. Mengoarkan suara parau yang menusuk ulu hati.
Pemuda itu berdiri bergeming di pinggiran danau yang telah tercemar. Air memantulkan bayangannya secara abstrak. Ia terus menekan keinginannya akan darah di dasar jiwanya. Ia tidak ingin meminum darah, tapi keadaan memaksanya. Awal kebangkitan akan segera datang dan dia butuh tenaga untuk berperang. Tapi apakah ia harus mengorbankan kemanusiaannya?
Koakan gagak berangsur samar seiring dengan jatuhnya tetesan air hujan di tanah tercemar. Dan seiring dengan turunnya kabut, sosoknya menghilang.
.
.
This is not the end
.
.
A/N: Mmm.. mau ngomong apa ya? Saya lupa #peletakbagian2
Minta review aja deh, biar makin semangat bikin cerita.
Yours,
Beth.
