Love and Secret

Jeon Jungkook & Kim Taehyung.

Summary : Jungkook baru tahu jika Kim Taehyung, sunbae nakal disekolahnya memiliki banyak kejutan yang tak terduga.

WARNING! BL, Typos.


Sepasang tungkai berlari di koridor yang penuh desak-desak siswa-siswi Seoul School International. Sekali-sekali ia menggumamkan kata maaf jika tersenggol siswa/i lain. Matanya bergerak gelisah dibalik kacamata bulatnya. Bibirnya mengerucut kecil. akhirnya, dengan rambut acak-acakan dan seragam yang tidak tersemat rapi, Jeon Jungkook sampai di depan pintu bercorak minimalis berwarna hitam putih. Tulisan 'RUANG GURU' terpampang di depannya.

Jeon Jungkook. Tubuhnya ideal dengan tinggi yang pas, hidung bangir dan mata bulat yang berisi macam-macam rasa di dalamnya juga bibir cherry yang menggoda. Jeon Jungkook suka memakai kacamata bulat untuk menutupi mata bulat yang menurutnya jelek itu.

"Permisi." Kata Jungkook pelan.

Netranya memandang ruangan ini terpesona. Dindingnya dilapisi wallpaper hijau terang bergaris. Lantai marmer berwarna putih terang tampak enak di lihat. Meja-meja tersusun rapi di samping kiri, sementara di sisi lainnya terdapat rak besar berisi data seluruh siswa Seoul School Internasional.

"Ah, Jeon Jungkook?" Tanya salah satu guru—yang Jungkook ketahui bernama Mrs. Nakamoto—Jungkook mengangguk canggung.

Mrs. Nakamoto memperbaiki letak kacamatanya, "Kepala sekolah sudah menunggumu sedari tadi di ruangannya." Ujar perempuan itu sambil tersenyum.

Jungkook tersenyum tipis, lanjut berterima kasih dan membuka satu-satunya ruangan yang ada disitu. Saat Jungkook masuk, kepala sekolah menyambutnya dengan senyuman. Ia menyuruh Jungkook duduk di kursi depannya. Menurut Jungkook kursi itu nyaman diduduki.

"Jadi begini, aku ingin kau-" Perkataan kepala sekolah terpotong oleh gebrakan pintu tiba-tiba. Seorang siswa masuk dengan langkah malasnya. Ia juga ikut duduk di samping Jungkook. Kursi itu ada dua omong-omong.

"Baiklah, aku ingin kalian berdua latihan bersama untuk festival bulan depan. Tidak ada penolakan. " tegas Mr. Siwon, tersenyum.

Jungkook hanya mengganguk saja. Jika ia protes pun tidak akan ada perubahan. Jungkook juga pernah protes, yang akhirnya diancam akan dikeluarkan dari sekolah. Begini, Jungkook adalah salah satu dari 7 orang beruntung yang dapat memasuki sekolah ini dengan beasiswa. Dengan syarat, ia harus mematuhi semua perintah yang ada di sekolah ini. Tak jarang Jungkook diejek 'anak miskin' atau 'bocah gila' di kelasnya.

Jungkook oke oke saja kok, toh tak ada yang tau tentang orang tuanya.

Lamunan Jungkook terhenti ketika seseorang menggenggam tangannya dan membawa dirinya keluar dari ruang kepala sekolah dan ruang guru tersebut. Siswa tadi—Jungkook tau itu sunbaenya—membawanya dengan cepat tanpa perlu pamit atau berbasa basi dengan kepala sekolah.

Diluar dengan cepat Jungkook menghentak pelan tangannya dan genggamannya lepas. Siswa itu agak terkejut. Tapi wajahnya langsung berubah seperti tadi.

Datar dan dingin.

"Namamu siapa? " Tanya namja itu datar. Jungkook gelagapan. Tangannya bergerak gelisah dan matanya melirik ke kanan dan kiri. Dengan pelan ia menjawab,

"N-namaku Jeon Jungkook sunbae. Nama sunbae siapa?"

"Bocah."

Jungkook terperanjat. Ia mengadahkan kepalanya—karna sedaritadi dia menunduk—Kening Jungkook mengerut bingung. Atas dasar hal apa Sunbae ini menyebutnya 'bocah'? Siswa tadi menyambutnya dengan senyum tipis, lantas melangkahkan kakinya pergi dari koridor yang mulai sepi.

Apa-apaan sunbae itu menyebutku bocah?

...

Suara lantunan piano bernada rendah menggema di ruang kedap suara itu. Juga ada seekor anjing yang tertidur nyaman di samping kaki sang pemain. Anjing itu mendengung pelan sewaktu sang pemain menyenggolnya tidak sengaja. Pemuda putih pucat itu kemudian terkekeh, dia mengelus kepala anjing lucu itu dan membereskan barang-barangnya yang berserakan.

Hmm... Partitur, pulpen, buku musik, Astaga...Dimana headset ku?

Pemuda pucat itu menghela nafas lega setelah melihat barang-barangnya rapi tersusun di dalam ransel biru-merah miliknya. Pemuda pucat itu mengangkat anjingnya dan berjalan keluar setelah mematikan lampu ruang tadi.

"Cha! Mari pulang Chimie-ya..."

...

Jungkook menyeka pelipisnya. Dia tersenyum melihat hasil kerja kerasnya. Tangannya bergerak meletakkan makanan-makanan yang ia siapkan untuk Hyung tersayangnya itu. Tiba-tiba suara bel mendering keras, Jungkook segera membuka pintu, ada seorang pemuda pucat yang berdiri sambil tersenyum lelah.

"Yoongi Hyung! ayo masuk. Kau juga Chimie manis" Ujar Jungkook gemas.

Yoongi -pemuda pucat itu- berjalan tertatih-tatih dan langsung merebahkan badannya ke arah sofa. Sementara anjingnya tidur bersandar di kaki pemiliknya. Jungkook melihat ke arah kakaknya kasihan. Selama ini Yoongi adalah pemain piano berbakat. Sayang, lagu-lagu bagusnya tak pernah ditampilkan dimanapun.

Terlalu malas, katanya.

"Hyung, bersih-bersihlah dulu. Setelah itu turun untuk makan malam, aku sudah menyiapkan kimchi dan makanan kesukaan hyung!"

...

"Eomma, Appa, Seul Noona, kalian mau kemana?"

"JJa! Jungkook-ah, baik baik dengan Yoongi ne?"

"Suruh Hyungmu itu banyak-banyak bersih bersih Jeon! Akan Noona gentayangi dia jika tidak merawatmu dengan baik!"

"Jungkook-ah, kami pergi dulu ya?"

"Bye-Bye adik kecil!"

"t-tidak, EOMMA, APPA, NOONA!"

"hah hah hah... "

Pelipis Jungkook berkeringat. Netranya memandang seisi kamar yang gelap gulita. Jungkook menghela nafasnya, mimpi buruknya datang lagi. Jungkook mencengkram selimutnya erat, mengalirkan perasaan marah, takut, dan sesal sekaligus. Dia menarik napas, lalu melipat lututnya dan menyandarkan diri di senderan kasur.

"Tenang Jeon Jungkook. Tenang" Katanya tersenyum miris.

Jungkook kembali merebahkan badannya. Ia tersenyum melihat foto di nakas samping kasurnya. Di foto itu dirinya sedang tersenyum dengan keluarganya. Jungkook kembali membuang nafas dan menarik selimut. Terlelap hingga pagi mendatang.

...

Jungkook mendesah keras-keras lalu mendengus jengkel. Tangannya dipenuhi buku-buku tebal yang sangat banyak. Kira-kira sekitar 10 buah untuk dibawa ke perpustakaan. Jungkook berjalan pelan-pelan ke arah perpustakaan. Wajahnya ditutupi oleh buku-buku itu. Jadi, dia harus meraba dengan kaki agar tidak tertabrak.

Setelah mengira-ngira akan sampai dalam 10 meter, Jungkook terkejut. Setengah dari buku-buku itu diangkat dari tangannya. Baru saja Jungkook ingin protes, orang itu membungkam mulut Jungkook. Dengan tangan tentu saja.

"Diam. Di depanmu perpustakaan" ujarnya datar. Ia berjalan duluan memasuki perpustakaan sementara Jungkook masih diam mencerna di depan pintu. Dengan wajah bingungnya ia berjalan masuk mengikuti Taehyung ke dalam.

Yup, orang itu adalah Kim Taehyung.

Jungkook duduk di depan Taehyung, menatapnya heran. Sementara yang ditatap sedang membuka bungkus permen karet. Jungkook bisa melihat, di wajah itu ada sekitar 3 perban. Di samping mulut, di pipi kiri, juga di dahi kanan. Rambut Taehyung juga acak-acakan. Kancingnya tidak terkancing rapi, membuat kaos putih didalam bajunya kelihatan sedikit. Di tangannya ada sedikit luka gores. Juga di sekujur telapak tangannya. Jungkook bahkan tidak sadar memperhatikan namja didepannya ini dengan intens.

"Sudah puas menatapku?" Jungkook membuang pandangannya ke depan, dia ketahuan.

Taehyung tersenyum tipis melihat reaksi Jungkook. Ia melanjutkan kegiatan membuka-buka buku fisika dan kimia yang berada di sampingnya. Jungkook meneguk saliva gugup. Ia diam tidak melakukan apa apa. Melihat Taehyung didepannya membuat jantungnya berdegup tidak jelas dan Jungkook benci degupan itu.

"Apa yang kau lakukan? Mulailah mengajariku" Ucap Taehyung heran.

"B-bukannya kita hanya disuruh latihan untuk festival bulan depan, Sunbae?" Suara Jungkook bergetar.

"Kau tidak dengar apa kata Pak Tua itu? Kau harus mengajariku setiap pelajaran mulai 2 minggu kedepan."

Sepertinya Jungkook harus menyiapkan jantungnya setiap hari.

...

"Sunbae, apa tugasnya sudah sele—" Jungkook terdiam. Menatap Taehyung yang mendengkur halus di depannya. Soal-soal yang Jungkook kasih sudah dilesesaikan 3/4 nya, setelah menjelaskan tadi, Jungkook memberi hampir 50 soal untuk Taehyung. Dan sepertinya Taehyung terlalu mengantuk untuk mengerjakan soal yang ia beri. Jungkook melihat jam, masih ada sekitar 30 menit jam pulang.

Maka dari itu, Jungkook memutuskan untuk memeriksa hasil kerja Taehyung. Dengan pelan, Jungkook mengambil kertas yang ada di bawah pangkuan tangan Taehyung dan memeriksanya satu-satu.

Hem, Benar semua. Jadi untuk apa kepala sekolah menyuruhnya untuk mengajari sunbae nakalnya ini?

Jungkook tersenyum. Taehyung memang manis saat tidu—eh. Jungkook menggeleng pelan saat pikiran ngawur itu muncul di pikirannya.

Ingat Jeon. Didepanmu ini sekarang, tidur seorang singa yang mengerikan batin Jungkook tegas.

Kringgg!

Bel pulang berbunyi. Siswa/i yang berada di pustaka mulai membereskan barangnya untuk beranjak pulang. Tetapi, si pemuda Kim bahkan tidak terbangun oleh bel yang memekakkan telinga itu. Jungkook menggigit bibir bawahnya, Dia ragu membangunkan sunbaenya ini.

Bisik-bisik tentangnya, Taehyung itu marah besar jika ada yang membangunkan dia saat tidur.

Tapi ini sudah jam pulang!

Jungkook menghela nafas.

Sepertinya tidak ada cara lain.

Jungkook mulai menggoyangkan lengan Taehyung pelan.

3 detik, belum ada tanda-tanda Taehyung akan mebuka mata.

6 detik, Taehyung mulai melenguh.

9 detik, Taehyung sudah mengerjapkan matanya.

Diam-diam Jungkook bernafas lega, "Ehm, sudah bel pulang sunbae." Cicitnya pelan. Demi apa, Jungkook tak berani berbicara keras dengan pemuda kelahiran 1995 ini.

Setengah sadar, Taehyung menguap dan mengangguk. Lalu berdiri dan membereskan bukunya, Ia berbalik. Upss, mungkin ia lupa Jungkook masih berada di sana dengan wajah bengongnya.

Astaga, Taehyung bahkan tidak berterima kasih padanya!

Tanpa sadar, Jungkook mengerucutkan bibirnya.

Dasar Sunbae tidak tau terimakasih!


Regards, Ddeonjeon.