Anime Boy

Pair: V-Kim Taehyung, Jeon Jungkook

Romance/Friendships/Schoolife AU

YAOI, BL, BOY X BOY, TYPHOS, ABAL, OOC

DONT LIKE DONT READ

Chapter 1: Bad Impression

.

.

.

.

Nafas lelaki berambut gelap itu naik turun dengan tidak beraturan.

Seluruh tubuhnya terasa remuk dan penat setelah semua kegiatan yang dijalaninya seharian ini. Ia meraih sebotol air dingin dan meneguknya, membiarkan tenggorokannya yang kering dan panas meleleh oleh segarnya cairan dari botol yang tergenggam erat di tangannya.

"Jeon Jungkook, aku juga mau!" Jungkook, si lelaki berambut hitam itu menyemburkan tegukan besar yang baru sempat memasuki mulutnya saat ia merasakan beban seberat 60 kilogram menimpa tubuhnya begitu mendadak.

"Park Jimin sialan, cari mati kau?!" Jungkook menendang sekuat tenaga sahabat karibnya sejak sekolah dasar itu.

"Bukan, aku cari minum. Hei, hei basah nih! Sayang airnya!" Yang bertubuh lebih pendek protes seenaknya sambil menunjuk kausnya yang basah akibat percikan air yang tersembur tadi membuat perempatan samar muncul di dahi sang sahabat yang sayangnya sedang dalam mood buruk.

"Minum nih! Minum sepuasnya!" Jungkook menyiramkan air dari botolnya pada Jimin, tak peduli dengan omelan dan umpatan beruntun yang keluar dari bibir seksi lelaki berambut merah tua tersebut.

"Ah.. iya iya ampun dasar sadis! Dari tadi kau marah marah terus seperti anak gadis yang sedang PMS." Jimin mencibir kesal begitu air yang dapat dituangkan Jungkook telah habis.

"Kau benar, maaf." Jungkook menghela nafas dan melempar begitu saja botol plastik yang telah kosong. "Kapan kita boleh pulang?" Jimin memutar bola matanya malas.

"Pertanyaan yang sama kesebelas kalinya Kook, kita bahkan baru dimulai." Jungkook mendengus kesal. "Sudahlah daripada uring-uringan tidak jelas begitu lebih baik belikan aku minum saja."

"BELI SENDIRI PARK BANTET!"

"Yah, kau tega sekali Jungkook!"

Jungkook mendengus lagi dan berlari meninggalkan Jimin untuk bergabung dengan para siswa kelas satu lainnya yang sudah berada jauh di depan mereka.

Mood Jungkook memang sudah sangat memburuk sejak ia tiba di Bighit High School pagi ini. Ya, sekolah lanjutan pertamanya di usianya yang telah menginjak 16 tahun ini. Ide untuk melakukan ospek bagi siswa tahun pertama di musim panas begini memang buruk.

Jungkook tak mengira ospek di sekolah menengah atas bisa begitu buruk. Cukup dengan senior-senior kelas tiga yang sparta dan sangar namun sialnya memegang kekuasaan penuh untuk 'mendidik' para anak kelas satu dengan memberikan tugas dan tantangan konyol yang sama sekali tidak masuk akal. Sebagai contoh misalnya saja tugas pertama dari senior kekar bernama Kangin yang menyuruh semua anak kelas satu berdiri dengan satu kaki selama dua jam di tengah halaman sekolah yang terguyur langsung oleh sinar matahari yang membuat Jungkook hampir tuli akibat mendengar keluhan Jimin di sampingnya yang takut sinar matahari akan menjadikan kulitnya hitam, belum lagi tugas aneh dari senior tomboy bernama Amber yang malah menyuruh semua adik kelasnya untuk lompat kodok setengah halaman sebanyak 30 kali.

Dan masih banyak lagi tugas aneh yang menguras jasmani dan rohani yang dapat mengubah mood seorang Jeon Jungkook yang jarang sekali marah itu menjadi uring-uringan begini seperti gadis PMS.

Yang sialnya semua itu dilakukan di luar gedung. Tepat, outdoor sehingga semua anak kelas satu kini bisa berbangga diri dengan kulit eksotis mereka, hasil dari enam jam dijemur di halaman sekolah oleh para senior yang baik hati.

"Akhirnya.." Jimin mendesah lega ketika akhirnya para senior kelas tiga menyudahi 'bimbingan' dan menyuruh mereka semua masuk ke dalam gedung untuk melakukan tour pengenalan ruangan-ruangan yang terdapat di gedung sekolah.

Jungkook juga mulai dapat bernafas kembali saat hembusan Air Conditioner menerpa tubuhnya yang banjir keringat di balik kaus olahraga tipis yang kini sudah basah dan menempel di tubuhnya. Sekolah elit memang beda, di setiap koridor yang mereka lalui bahkan terdapat Air Conditioner.

"Ck, bisakah para yeoja di barisan depan diam? Aku tidak bisa dengar penjelasannya nih." Jimin menggerutu pelan, membuat Jungkook menaikkan alisnya heran.

Lelaki itu menajamkan telinga dan sedikit menjinjitkan kakinya untuk melihat melewati kepala ratusan siswa lainnya pada sosok berbalut hoodie hitam dengan tudung dinaikkan yang berdiri paling depan dan tenggelam di antara para murid perempuan yang beberapa kali terdengar memekik antusias meredam penjelasannya tentang letak ruang kesehatan di lantai satu. Sepertinya dialah yang menjadi tour guide-nya.

"Dan kenapa juga dia tidak berusaha mengeraskan suaranya? Dia bahkan tak memakai mic atau pengeras suara. Merepotkan sekali, kenapa yang dipilih malah pangeran sekolah yang suka tebar pesona begitu sih?" Jungkook ikut-ikutan kesal. Sekolah barunya ini benar-benar luas, jika ia tak mengetahui letak setiap ruang dengan benar Jungkook yakin ia akan tersesat di hari pertamanya besok.

"Hei hei, jaga bicaramu bagaimana kalau dia dengar?" Jimin memperingatkan.

"Kita paling belakang Jim, bagaimana bisa dia.."

"Ruangan di sebelah kita ini adalah Ruang OSIS, biasanya hanya anggota OSIS yang diperbolehkan masuk..."

DEG

Jungkook tersentak begitu merasakan suara berat itu berbicara jelas hampir tepat di telinganya. Ia berbalik cepat dan..

Shit.

Senior guide berhoodie hitam yang beberapa detik lalu menjadi bahan keluhannya kini telah berdiri tepat di hadapannya. Bagaimana bisa? Bukankah beberapa menit yang lalu senior itu berdiri paling depan memimpin para anak kelas satu?

"..lalu ruangan ini hanya khusus digunakan untuk melakukan rapat OSIS sebulan sekali. Mengerti?"

Dan ketika obsidian tajam itu berkilat keji memandangnya di bawah lindungan poni kecokelatan serta tudung hoodie, Jungkook yakin sekali senior tersebut mendengar semua perkataannya pada Jimin barusan.

Matilah kau Jeon Jungkook.

Tak mau terkena masalah lebih lanjut, Jungkook membuka paksa bibirnya untuk segera meminta maaf pada kakak kelasnya, namun tenggorokannya malah terasa tercekat kala bibir merah muda segar yang menyita seluruh fokusnya itu menyeringai tipis.

Jungkook tak dapat berkata-kata bahkan setelah senior berhoodie tersebut berjalan melewatinya untuk meneruskan penjelasan bagi ruang selanjutnya. Hingga tepukan Jimin pada bahunya pun tak kunjung memulihkan kesadarannya.

...

...

"Namanya Kim Taehyung."

Jungkook mundur selangkah ketika Jimin berkata mantap dengan kilatan antusias dalam kedua bola mata sipitnya. "Siapa?"

"Sunbae berhoodie kemarin yang menjadi tour guide kita!"

"Oh. Lalu?" Jungkook memandang sahabatnya sejenak sebelum kembali fokus pada pekerjaannya.

"Astaga Jungkook-ah, aku tak menyangka kau bisa secuek ini." Jimin menggeleng tak percaya. "Dia itu memang idola sekolah, ikon sekolah. Tahu apa julukan yang orang-orang berikan padanya?"

Jungkook menautkan kedua alis tebalnya, menunggu.

"Anime Boy."

Hening mendominasi selama beberapa detik, dengan Jungkook yang hanya menatap datar wajah Jimin yang tampak dipenuhi antusiasme berlebihan.

"Apa?" Sungguh Jimin ingin menjedotkan kepala lelaki bergigi kelinci yang terkadang lamban itu ke dinding sekarang juga.

"Anime Boy. Dia dipanggil seperti itu karena konon katanya wajahnya mirip seperti tokoh-tokoh anime. Tidak ada yang tahu pasti sih, karena Taehyung selalu memakai tudung hoodienya. Tapi justru itu yang membuatnya terkenal, semua orang berlomba-lomba melihat wajahnya yang tampan. Yak, kau tak mendengarkanku?!" Jimin berdecak kesal melihat Jungkook yang sama sekali terlihat tak peduli dan malah asik mengepel.

"Hentikan omong kosongmu tentang anime boy atau apalah itu, sadarlah posisi kita sedang bagaimana." Jungkook mulai kesal dan melemparkan sebuah alat pel pada Jimin yang hanya cengengesan sambil menggaruk tengkuknya.

Wait, alat pel?

Well, kedua lelaki tampan ini sebenarnya dihukum mengepel koridor sekolah oleh wali kelas mereka karena terlambat masuk kelas di hari pertama tahun ajaran baru. Padahal mereka hanya terlambat 15 menit. Tahu penyebabnya? Tepat, seperti prediksi Jungkook kemarin. Ia dan Jimin tidak bisa menemukan ruang kelas mereka sendiri karena gedung sekolah yang terlampau elit ini begitu luas, plus mereka tidak tahu kalau ruang kelas anak tingkat satu terletak di bangunan yang berbeda karena sama sekali tidak mendengarkan penjelasan kemarin.

"Lebih baik cepat kita selesaikan. Lagipula darimana kau tahu semua informasi itu?" Jungkook menenteng ember berisi air kotor dengan satu tangan, bermaksud menggantinya.

"Para fanclub Taehyung sunbae tentunya. Karena penasaran, akhirnya aku bertanya waktu pulang sekolah kemarin." Jimin nyengir badak sambil membentuk V sign dengan kedua jarinya.

Jungkook mendengus. "Dasar penggosip." Terkadang memang Jungkook tidak habis pikir dengan sahabatnya yang tak mempunyai rem untuk mulut cerewetnya dan kadar keingin tahuan terlampau tinggi yang membuat orang lain kesal.

"Tapi hei kau untung juga kan?"

"Apanya?" Jungkook menatap malas sahabatnya.

"Bukankah kau maniak anime? Siapa tahu kau tertarik dengan.."

"Hell yeah, Park Jimin jangan gila, dia itu namja!" Tepis Jungkook segera.

"Apa masalahnya kalau dia namja? Bukannya kau itu seorang ga.."

"PARK JIMIN!"

Jungkook yakin ia bisa membunuh Jimin sekarang juga jika sahabatnya itu tak bisa menjaga mulut cerewet penggosipnya agar tak bocor di hadapan orang lain. Dan Jimin yang menyadari bahaya dengan kilatan membunuh di mata bulat Jungkook pun memutuskan untuk menghindar, tepat ketika Jungkook menyasar kepalanya dengan sebelah sepatu Nike berwarna merah. Dan meleset.

"Yah, bantet sialan jangan kabur kau!"

Oke siapapun akan tahu sekarang bahwa keadaan seorang Jeon Jungkook yang sedang turn on itu sangat berbahaya seperti singa lepas dari kandang; penuh emosi dan juga tidak terkendali.

"Jungkook-ah, jangan main-main di sini masih licin nanti kau bisa.."

Namun lelaki berambut gelap itu tak peduli dan terus mengejar mangsanya, sampai alas kakinya menggelincir di lantai licin yang baru dipel itu, membuat tubuhnya kehilangan keseimbangan.

"..terpeleset."

Tepat ketika Jimin menyelesaikan kata-katanya, tubuh jangkung Jungkook jatuh terbanting ke depan yang membuat ember di tangannya melayang dengan isi yang berhamburan dan tumpah mengenai..

BYUR

"Sial.." Jungkook mengumpat pelan merasakan tubuhnya remuk di lantai. "Jimin-ah bantu aku membereskan semua ini." Tak kunjung mendapatkan jawaban dan tindakan dari Jimin yang berdiri di belakangnya, ia menautkan alis. "Jimin-ah? Park Jimin?"

Suara langkah kaki membuat Jungkook mengalihkan perhatiannya ke depan, dan ia hanya sempat melihat sepasang sepatu converse hitam serta kaki panjang berbalutkan kain celana seragam sekolahnya sebelum Jungkook merasakan tarikan yang begitu kuat pada kerah kemejanya, membuat tubuhnya terangkat paksa dan langsung berhadapan dengan wajah tirus yang tersembunyi di bawah lindungan tudung hoodie berwarna hitam yang basah.

Jungkook melirik ke bawah dan mendapati ember kosong tergeletak di kakinya. Seketika ia menelan ludahnya horror.

Sial, terjadi lagi.

Kim Taehyung.

Kenapa nasib Jungkook bisa sesial ini?

Jungkook sudah siap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi. Misalkan Taehyung mau menghajarnya atau membunuhnya. Bagaimana juga dia kelas tiga. Anak kelas tiga biasanya masa-masa paling brutal dengan prinsip senggol-bacok atau semacamnya.

Namun di luar dugaan Taehyung tak melakukan apapun. Tawa serak keluar dari bibirnya membuat dahi Jungkook mengerinyit dengan alis saling bertautan tak mengerti.

"Ah, bukankah kau anak kelas satu yang sombong itu?"

Hanya terjadi selang beberapa detik, ketika Taehyung menurunkan tudung hoodie yang selama ini menyembunyikan identitasnya—atau begitu setidaknya menurut Jungkook- memperlihatkan rambut berwarna oranye menantang yang tertata maskulin dan piercing hitam di masing-masing telinganya, membuat Jungkook terpaku sejenak akan wajah tirus di hadapannya itu.

Parasnya begitu tampan dan sempurna dengan dagu runcing dan rahang tegas, kulit kecokelatan serta leher jenjang yang terekspos hingga menunjukkan garis-garis collarbone indah berkat tiga kancing teratas kemejanya yang tak terkancing. Membuat Jungkook mendadak kesulitan bernafas ketika sepasang obsidian memikat setajam elang yang membara itu menatap langsung ke matanya sendiri begitu dalam dan panas seolah ingin melubangi kepalanya.

Gawat, pesona ini bahkan jauh lebih sempurna dibandingkan ketampanan para karakter Seme dan Senpai dalam anime-anime yang hampir setiap malam Jungkook tonton.

Memabukkan, membuatnya kesulitan bernafas dan hampir kehilangan akal sehatnya ketika otaknya mendadak kosong menyaksikan bibir merah muda di hadapannya yang sungguh menggoda iman itu terangkat naik, membuka untuk mengucapkan lambat setiap suku kata namanya yang tertera pada nametag di dadanya, dengan suara berat nan rendah.

"Jeon Jungkook."

TBC

A.N:

Fanfik apa ini saya juga tidak tahu T_T yah mungkin bahasanya lebih kaku dan membosankan dari ff JIL tapi ini bikinnya juga ngasal banget dan aku juga masih belajar, tiba-tiba aja aku dapet inspirasi waktu lagi bengong ngeliatin/? Fotonya tae yang kebetulan garis mukanya itu mirip banget dengan karakter anime dan voila! lahirlah ff gaje ini -_-

Oh ya ini project chaptered kedua buat Vkook, rencananya sih aku mau buat yang lebih ringan dari JIL dan gak butuh meres otak buat bikin jadi mungkin wordsnya lebih pendek dan bahasanya lebih sederhana. Tenang aja, aku juga masih lanjutin Jungkook in Luv kok cuman paling updatenya lebih lama karena ide lagi buntu*dihajar readers* maaf nih nelantarin 2 ff lainnya dan malah publish ff baru *nyengir badak*

Lanjut atau hapus? -_-

Well, sampai jumpa di chapter depan, atau tidak *slaps*

Annyeong~