Seoul. April 23, 18
Hari minggu tanpa pacar itu seperti jadi super hero tanpa penjahat.
Tidak seru.
Baekhyun memutar bola matanya malas sebagai respon perkataan Luhan yang sudah menyamankan diri diatas kasur. Meletakkan guling dibawah lehernya sebagai penopang, lalu menjangkau mug berisi cappucino moca diatas nakas. Kaki-kakinya bergerak kekanan kekiri sambil memperhatikan Baekhyun yang sibuk mengusap rambut hitamnya dengan handuk. Tidak tertarik dengan topik yang diangkat Luhan.
"Lo gak ada niat punya pacar Baek? Masa ngenes mulu sih."
"Kenapa? Sehun mabar lagi?" Tandas Baekhyun yang langsung membuat Luhan mengerutkan bibirnya sebal. Baekhyun merampas mug ditangan pemuda dengan surai coklat itu yang langsung bangkit lalu menyilangkan kaki, membawa guling yang lain ke pangkuannya. Siap untuk curhat.
Sementara Baekhyun pula menyamankan dirinya diatas kasur Luhan, tepat diseberang kasurnya berada. Siap mendengarkan curhatan hati saudara—bedatalipusar-nya itu.
"Ugh! Padahal kemarin dia udah janji! Hari ini bakal nemenin gue bikin skripsi sampai tepar!" Luhan kembali merebut mug-nya yang berada ditangan Baekhyun untuk dimilikinya lagi. Mengingat sang kekasih yang berada di kontinen berbeda dengannya itu kadang membuat tensinya naik. Luhan jadi ingin menyentil ginjal laki-laki itu ganas.
"Janjinya jam berapa?"
"Jam sembilan malem,"
"Sekarang jam berapa?"
Luhan memeriksa jam yang melingkar di tangan kirinya lalu membenamkan wajahnya pada guling dipangkuan. Lalu menjawab Baekhyun dengan volume kecil, hampir mencicit karena malu. "Jam tujuh,"
Yang berarti masih dua jam lagi
"Pengen gue tampol dimana?"
Taunya Luhan merengek mendengar respon Baekhyun yang mulai membaringkan diri dikasur Luhan. "Baekkieeeee."
"Hm." Baekhyun sudah mulai menutup matanya hanya menggumam kecil dan—
"Aw!" —erangan tertahan dibibir. Matanya langsung terbuka lalu menatap pelaku penindasan yang melemparkan guling kewajahnya —lo-ngapain!?
"Lo mau tidur? Kan baru jam tujuh Baek!" Nampaknya luhan tak merasa bersalah sama sekali, malah dengan songong menatapnya hina.
"Ngantuk." Dan Baekhyun terlalu malas untuk membalas Luhan. Tangannya justru membawa guling itu keantara dua kakinya, siap untuk dipeluk.
Bibir Luhan dicebik kesal lalu kakinya melangkah keluar kamar. Sebelum menutup pintu laki-laki cantik itu menyempatkan diri untuk berteriak;
"Gue ke B304 ya Baek!"
Itu kamar Jackson, teman sekelas Luhan yang punya banyak penggemar.
Baekhyun tidak membalas Luhan dan hanya mengintip dari balik gulingnya. Lalu setelah teman sekamarnya itu berlalu Baekhyun kembali mengaktifkan dering ponsel pintarnya.
Giant Sundae? 🖕 (23) missing called
Baru saja Baekhyun akan menghubungi—Giant Sundae 🖕 is calling…
"BAEKHYUN!?"
"Hm." Jawab Baekhyun seadanya setelah mengangkat panggilan itu dan mendapati seseorang di seberang sana menghela nafas demi menahan emosi saat mendengar sahutannya.
"Kenapa baru diangkat?" Suara sang penelefon melembut, maka Baekhyun tidak kuasa untuk tidak menarik senyumnya.
"Lo tau kenapa." Lagi-lagi Baekhyun mendengar Giant Sundae-nya menghela nafas. Hal ituo justru mengakibatkan kerutan di dahinya.
"Capek banget ya ngeladenin gue? Hela nafas mulu. Dia baru keluar kamar."
Jeda sebentar seakan pria itu berusaha untuk mencerna perkataan Baekhyun. Lalu saat sadar apa maksudnya—
"—oh astaga Baek! Bukan itu maksud aku—"
Taunya Baekhyun segera menyela dengan kekehan tertahan, "Iya iyaaa, gue bercanda kok."
Lalu Baekhyun bisa merasakan orang itu juga menarik senyum.
"Kangen."
Baekhyun membalik tubuhnya kearah lain lalu tersenyum lagi. "Gue enggak, gimana dong."
"Emang aku kangen sama kamu?"
"Oh iya, kalau kangennya ke gue yang ditemenin begadang harusnya gue dong ya."
Ugh Baekhyun dengan mulut besarnya. "Baek…"
"Hm." Ham hem ham hem. Padahal Baekhyun bukan nisa sabian
"Baekhyun…" Baekhyun membalik badannya untuk terlentang saat mendengar suara yang dirindukannya itu.
"Uh huh."
"Baekhyun sayaaaaaang." Tapi doi memang selalu tidak puas dengan respon singkat Baekhyun. Maka Baekhyun menyahutinya setengah gemas. "Iya Sehun astagaaaa."
"Hahahahaha,"
"Tawa lagi lu," Padahal Baekhyun juga sedang menahan senyum.
"Milih ditemenin begadang doang atau aku susul seminggu disana plus giant sundae strawberry?" Tawaran Sehun sebenarnya menggiurkan. Apalagi ice cream giant sundae strawberry kesukaannya dilibatkan. Tapi Baekhyun ingin opsi lain.
"Milih lo jadi milik gue seorang aja bisa gak."
Maksudnya cuma bercanda. Tapi Sehun memang selalu tidak suka topik ini.
"Sayang.."
"Iya ah iya, elah orang cuma becandaan doang."
"Kamu masih akan bertahan kan Baek?"
Oh, Baekhyun selalu benci jika Sehun memakai nada sedih ini disuaranya. Dia tidak mau Sehun sedih. Pria yang sudah menjadi pacarnya sejak tahun pertama sekolah menengah atas itu begitu dikasihinya.
Hanya saja kadang, walaupun dia menjadi yang pertama bersama lelaki itu, dia tidak memiliki hak untuk menjadi yang terakhir.
Hak itu mutlak menjadi milik teman sekamarnya. Xiao Luhan, yang 6 bulan lalu resmi menjadi tunangan kekasihnya. Oh Sehun.
"Baek?" Suara itu melempar Baekhyun kembali ke alam sadar. Baekhyun buru-buru mendudukan dirinya diatas kasur Luhan.
"Tergantung," Jawabnya atas pertanyaan Sehun yang bikin pusing dengan nada menggantung. Maka Sehun menahan suaranya demi mendengar kelanjutan perkataan kekasih mungilnya itu.
"Giant Sundaenya ada berapa?"
Baekhyun bisa merasakan Sehun kembali menghela nafas mendengar jawabannya, namun kali ini… lebih lega.
"Satu lah."
Baekhyun merengut. "Kok cuma satu?"
"Kamu itu gak tahan dingin Baek. Satu aja kabanyakan."
"Ih kan sekali-sekali doang."
"Tapi sakitnya gak sekali Baek."
"Kapan lagi gue manja-manja sama lo kalau gak lagi sakit."
"Oh jadi sengaja nih?" Sial ketahuan.
"Eh..."
"Gak perlu sakit juga kamu manja."
"Ehehehe."
"Untung sayang."
Lalu sambungan itu tiba-tiba terputus. Baekhyun memandang ponsel pintarnya heran sampai panggilan dari Sehun kembali terdengar. Hanya saja kali ini berbentuk video call.
Panggilan itu tersambung dan hal pertama yang Baekhyun lihat di layar ponselnya adalah Sehun yang sedang tersenyum lengkap dengan sweater kuning yang Baekhyun hadiahkan pada pria itu saat natal ditahun kedua mereka bersama.
Baekhyun ingat kala itu Sehun merajuk habis-habisan karena Baekhyun tau benar pria itu tidak suka warna, pria itu lebih suka monochrome atau nude atau naked Baekhyun—ungggggbukan. Tapi Baekhyun itu malah memberi Sehun sweater kuning ngejreng yang sayangnya sangat nyaman (nyaman karena Baekhyun akhirnya mengalah dengan syarat yang diberikan Sehun—untuk bebas dipeluki oleh Sehun saat dia memakai sweater kuning itu).
"Sweaternya bagus." Baekhyun membuka suara. Badannya bergerak mencari posisi yang nyaman dengan ponsel yang menghadap wajahnya.
"Oh ini?" Baekhyun melihat Sehun menunjuk sweater yang dipakainya. "Iyalah, kan hadiah dari pacarku." Jawab laki-laki itu bangga dengan senyuman mautnya. Baekhyun terkekeh lalu memasang ekspresi masa?
"Pacar yang mana nih?"
"Si Baekhyun pacarku yang mungil lah. Pacarku kan cuma satu-satunya." Ucap Sehun jenaka. Baekhyun mau tak mau kembali terkikik lalu memasang ekspresi duka yang dibuat-buat.
Satunya tunangan ya? HAHA
"Si Baekhyun ini pasti sial banget punya pacar kayak elo."
Taunya Sehun langsung memasang wajah sedih. Siap merajuk. "Baekkieeee…" rengeknya yang membuat Baekhyun kali ini tertawa. Sementara Sehun diam-diam menarik senyum melihat tawa Baekhyun yang tidak pernah gagal membuat hatinya tenang.
"Tumben dipake?" Tanya Baekhyun setelah tawa akhirnya mereda.
"Kangen dipeluk soalnya." Sehun menjawab dengan senyum menggoda diwajahnya. Baekhyun mendengus. "Pulang makanya."
"Dua minggu lagi sayang,"
Oh, Baekhyun pernah mendengar kabar itu sebelumnya. Maka ia tersenyum manis lalu mereka hanya berpandangan lewat layar ponsel.
"Luhan udah dikasih tau?"
"Gak mau ngasih tau."
"Kenapa?"
Sehun tak menjawab. Baekhyun juga enggan bertanya lebih lanjut. Dia tau alasannya, hanya penasaran saja jika Sehun punya jawaban lain. Baekhyun memperhatikan Sehun yang sepertinya mengganti warna rambutnya menjadi hitam—terakhir kali blonde.
"Oh itu aku ganti warna rambut."
Peka kali bos.
"Biar matching sama kamu."
"Ah males. Mending blonde aja, lebih kane."
Gue gak suka matching sama lo bego. Baekhyun tak menyukainya tanpa alasan.
"Kalau hitam gini lebih kane tau sayang."
"Talk to my butt." Baekhyun sih emang nyebelin.
"I'd like to bite them." Sehun sih lebih nyebelin.
"Try me."
"Baek please, gue lagi gak mau nyolo."
Pfffttt. AHAHAHAHAHAHAHAHAH.
Maaf Baekhyun kurang bisa menahan tawanya. Jadi sembur saja. Lalu pembicaraan mereka berlanjut hingga Baekhyun sadar dua jam waktu mereka sebelum jam 9 hampir habis. Baekhyun harus kembali menjadi roomate yang baik dan Sehun akan menjadi tunangan yang baik.
Mereka telah melakoninya setahun belakangan dengan ahli. Baekhyun tidak masalah harus melewati satu tahun lagi. Sehunpun begitu. Maka sambungan terputus tepat saat Luhan memasuki kamarnya dan Baekhyun.
"Gak jadi tidur Baek?" Baekhyun memperhatikan Luhan yang sudah tidur terlentang dikasur milik Baekhyun. Mereka memang suka pakai tempat tidur seenaknya. Laki-laki asal Cina itu sedang berusaha menghubungi seseorang.
"Gak." Jawab Baekhyun seadanya. Lalu ia mendengar sekilas suara yang berasal dari ponsel Luhan—suara yang beberapa saat lalu juga terdengar dari ponselnya.
Oh Sehun
Salah satu kebiasaan Luhan yang tidak Bakhyun suka adalah; kalau dalam jaringan telephone-siapa pun orangnya selalu di loudspeaker. Baekhyun sudah pernah menyarankan memakai earphone atau headset saja. Awalnya Luhan mau mendengarkan, tapi tidak untuk berikutnya. Baekhyun yang memang malas berkata-kata akhirnya membiarkannya saja. Hari ini misalnya;
"Tumben bajunya kuning gitu?"
"Haha lagi pengen aja."
"Gapapa jadi cerah gitu. Aku suka liatnya."
"Hm."
"Kamu kapan pulang?"
"Males ah, nanti gue ketemu sama elo lagi."
"Ih jadi gitu!"
"Hahahaha."
Tidak tahan, Baekhyun bangkit dari kasurnya. Memasukkan ponselnya kedalam kantung celana, mengambil kemeja hitam—agak kebesaran dari dalam lemari, memakainya lalu meraih tas sandangnya diatas meja.
"Mau kemana Baek?" Luhan mengalihkan perhatiannya dari ponsel kearah Baekhyun yang hendak keluar dari kamar.
"Café bentar. Bye Lu."
Sebelum Baekhyun menutup pintu dibelakangnya Luhan sempat berteriak. "Mangkalnya jangan kelamaan!"
Baekhyun menunjukkan jari tengahnya lalu benar-benar menutup pintu. Ditangga ia mengingat lagi perkataan Sehun sebelum panggilan itu diakhiri oleh Baekhyun
"I love you Baekkie sayang."
"Ew"
"Ahahahahaha. Bales kek curut."
"Hm iya."
"Iya apanya?"
"Iya elu sakit jiwa."
"Ahahhahaahah"
Tut.
Dan panggilan terputus.
Lambat-lambat Baekhyun bergumam
Love you too.
.
.
.
1/3
.
.
.
a/n
Maafkeun hamba ndoro.
Thehunism.
20:38. August 9, 18
