Between Life, Destiny, and Shinigami

Cast:

Hunhan

Lainnya cari sendiri ya

Author:

Rizuchan14

Rated:

T

Genre:

Fantasi, Family, dan Friendship

Tapi gendre kemungkinan sewaktu-waktu bisa berubah. Mohon dimaklumkan ^^

~Ide dari Bleach dan Shinigami-Kun, tapi alur ide berasal dari author sendiri. Kalau ada kesamaan cerita, berarti kita jodoh Lagi.

karena author bukan seorang plagiat.~

.

.

Please read and review but no bashing.

Kalau sekiranya gak suka langsung klik tombol x (Close) aja!

.

.

Happy reading \(^.^)/

.

.

CHAPTER 1

*Sehun pov*

"Jika kau memiliki dua nyawa, adakah orang istimewa yang ngin kau beri satu dari dua nyawamu?", Tanya seseorang padaku yang dari ujung kepala sampai ujung kaki terbalut busana serba hitam dengan sebuah kertas lusuh di tangannya.

"Luhan", jawabku singkat dan datar mengikuti ekspresi orang itu yang memang tidak terlihat, tapi aku rasa juga sama datarnya.

"Oh, jadi dia adalah orang yang sangat berharga dihidupmu?"

"Dia orang yang paling berharga. Bahkan aku rela memberikan hidupku, sisa umur dan nyawaku padanya"

"Aku mengerti", katanya kemudian sambil meletakkan kertas lusuh yang dia gunakan untuk mencatat sedari tadi diatas meja. Lalu dia mulai menunjukkan wajahnya dengan menatap wajahku tajam dan menyuruhku pergi, "Sudah selesai. Pergilah dengan tenang, Sehun".

Wajahnya memang sangat datar tanpa ekspresi apapun. Namun aku tetap tidak beranjak dari sana. Lalu, mulai kubuka mulutku kembali

"Aku memiliki permintaan untuk kehidupanku yang selanjutnya." Bisa kulihat dan kurasakan, ekspresinya mulai berubah.

*Sehun pov end*

.

.

*Luhan pov*

"Adakah orang yang sangat istimewa bagimu selama didunia?", Tanya seseorang padaku yang dari ujung kepala hingga ujung kaki memakai busana serba hitam dengan sebuah kertas lusuh di tangannya. Dia mungkin adalah seorang dewa kematian yang akan mengantarku ke alam yang selanjutnya.

"Kai dan… Seh...hun", jawabku ragu.

"Jika kau memiliki dua nyawa, adakah orang istimewa yang ingin kau beri satu dari dua nyawamu?"

"Mungkin sehun", jawabku kemudian

"Pertama kau mengucapkan nama orang itu (read: sehun) dengan ragu dan yang kedua kau menggunakan kata mungkin. Apakah kau benar-benar ingin memberikannya nyawamu dengan tulus?", tanyanya dengan panjang lebar dan aku hanya mengangguk sambil memantapkan jawabanku. "Apa alasanmu?"

"Di dunia aku tidak bisa membalas cintanya meskipun dia telah menderita dengan memberikan hidupnya dan mengorbankan nyawanya untukku. Jadi, nyawa itu sebagai permintaan maafku padanya. Dikehidupan yang selanjutnya, jika bisa aku ingin mencintainya dan membalas cintanya untukku"

"Sudah selesai. Semoga dewa kematian pengumpul harapan mendengar harapanmu. Pergilah dengan tenang, Luhan.".

Aku pun segera pergi dari tempatku berdiri sedari tadi yang gelap, lembab, pengap, penuh air dan berkabut. Hanya cahaya dari beberapa lilin dan obor yang menerangi ruangan itu.

Secara perlahan, gerbang didepanku mulai terbuka dan tampak cahaya yang sangat terang dari sana. Kulangkahkan kakiku untuk melewati gerbang tersebut dan berjalan mengikuti cahaya yang terpancar di dalamnya.

*Luhan pov end*

.

.

*Normal pov*

Alarm yang menandakan pukul 06.30 pagi menggema di ruangan kamar Sehun, mencoba untuk membangunkannya. Tapi si pemilik alarm belum juga terbangun dari dunia mimpinya.

"Sehunah, cepatlah bangun. Atau kau akan terlambat sekolah", panggil eomma sehun berkali-kali sambil mengetuk pintu kamarnya. "Apa eomma harus menyirammu dengan air, eoh?"

Mendengar ancaman eommanya, Sehun langsung terduduk dari tidurnya. "Iya, aku sudah bangun.". Sehun pun langsung meraih alarm yang belum berhenti membangunkannya itu dan mematikannya.

"Cepatlah bersiap-siap dan turunlah sarapan. Jangan sampai kau terlambat!", terdengar suara langkah eomma sehun yang mulai menuruni tangga, tanda bahwa eommanya itu sudah menjauhi kamar Sehun. Sementara Sehun hanya bisa menghela nafasnya dan mulai beranjak dari tempat tidurnya setelah semua nyawanya terkumpul.

- di meja makan -

"Beberapa hari ini kau selalu terlambat bangun. Apa yang kau lakukan beberapa malam ini? Apa kau melihat blue film, eoh?", Tanya kakak Sehun yang super cerewet, sementara Sehun hanya diam saja sambil memakan sarapannya.

"Sudahlah Chanyeol-ah, cepatlah habiskan makananmu atau kau akan terlambat", suruh eommanya.

"Oppa, apa kau benar-benar menonton blue film setiap malam? kau tidak bosan?", celoteh adik Chanyeol dan Sehun kemudian sambil menatap Sehun mengharapkan jawaban.

"Diamlah Sulli. Tidak bisakah dirumah ini tenang untuk sedetik saja eoh? Kalian (sambil menunjuk Chanyeol dan Sulli) benar-benar selalu berhasil membuatku gila", kata Sehun kemudian sambil memberantakkan rambutnya tanda kesal, sedangkan Chanyeol dan Sulli hanya terkekeh melihatnya.

"Jadi kau tidak menonton blue film?!", Tanya Chanyeol lagi.

"hmm", jawab Sehun kesal.

"Lalu apa yang kau lakukan kemudian?", sambung Sulli yang hanya mendapatkan death glare dari Sehun. Sulli pun langsung menutup mulutnya tanda mengerti akan arti dari tatapan membunuh itu

"Sehun, ayo berangkat. Aigoo, aku begitu sial memiliki adik pervert sepertimu. Kalau kita terlambat, semuanya salahmu", kata chanyeol dengan senyum lebar yang memperlihatkan deretan giginya.

'Mereka selalu membuatku gila. Andai mereka tau kalau beberapa malam ini aku bekerja. Haah, sial sekali aku', batin Sehun sambil menaiki mobil sport Chanyeol. Mereka pun kemudian berangkat ke sekolah mereka.

.

.

*Sehun pov*

Sesampainya di kelas aku hanya bisa menghela nafasku dan tidak henti-hentinya menghela nafas. Aku benar-benar masih lelah, punggungku rasanya sakit sekali karena kurang tidur. Mungkin juga karena salah tidur, siapa yang tau kan?!

Akhir-akhir ini benar-benar hari yang sibuk. Begitu banyak tugas dan ulangan harian dari sekolah. Ditambah setiap malam aku harus mengumpulkan nyawa. Sial sekali, kenapa beberapa hari kemarin Mereka selalu memberiku jadwal tengah malam. Tidak tahukah mereka kalau aku ini masih seorang pelajar dan tugas seorang pelajar adalah belajar bukan terbang kesana kemari mengumpulkan nyawa dan mengantarkannya pada dewa kematian penunggu gerbang cahaya.

Benar. Selain sebagai seorang pelajar SMA biasa, aku juga adalah seorang dewa kematian.

"Sehun", aku mendengar seseorang memanggil namaku.

Aku lihat kedalam kelasku mencoba mencari orang yang memanggil namaku itu, namun keadaan kelas tetap ramai seperti biasa tanpa tanda-tanda adanya seseorang yang memanggilku. Apa mungkin aku salah dengar... Namun sedetik kemudian suara itu muncul lagi.

"Yaa sehun, aku disini ", suara itu terasa dekat dan mulai kesal. Akupun segera melihat sekelilingku. Betapa terkejutnya aku, mungkin aku bisa jantungan jika saja aku hanyalah seorang manusia biasa.

.

.

TBC

.

.

Jangan lupa reviewnya yah (^^)

Seberapa pun yang meriview, Rizuchan sangat menghargainya.