Rina: Halo semuanya, apa kabar? Apakah ada yang masih ingat sama Rina mantan author aktif Vocaloid tapi sudah pindah ini?
Rui: Ara~ dan seperti biasa berhubung Rina-san kesepian kalau tidak ditemani, saya akan menjadi teman Rina-san di Author note ini~
Rina: Bagi yang penasaran ada apa ini sebenarnya, baiklah Rina akan berpidato dengan senang hati tentang apa yang terjadi. *ahem*
Rina: Beberapa hari yang lalu Rina mendapatkan kabar bahwa salah satu cerita Rina sudah selesai di translate-kan ke Bahasa Inggris dengan judul For My King. Setelah kubaca lagi, Rina tiba-tiba jadi kangen banget sama cerita-cerita Rina dan berakhir membaca beberapa. *tok toroktoktok ala OVJ*
Dan entah bagaimana, dengan dorongan dari takdir Rina pun membaca The Two Of Us yang sudah lama Rina tinggalkan...
'Aaah, inikan cerita lama yang dulu tidak kuselesaikan...' pikir Rina sambil lihat cerita per-chapter.
Dan tiba-tiba... jeng jeng jeng! Rina dapet ide untuk menulis ulang cerita ini. Berhubung belum hilang, dengan segera Rina menulis ulang chapter 3 ke atas sementara chapter 1 dan 2 hanya diganti beberapa.
Rina: Dan begitulah ceritanya Rina memulai ulang cerita ini~ Tentu saja beberapa alasannya juga berasal dari reviewer setia Rina beberapa tahun lalu yang merasa kurang sreg dengan keputusan Rina memberi label Discontinued pada cerita ini.
Rui: Ara~ dan karena Rina-san sudah tahu apa yang salah dari tulisannya pada waktu itu... yah, dia bilang maklum karena dulu masih muda...
Rina: WOI, GUA BELUM TUA!
Rui: *a-ahem* Ralat, belum begitu berpengalaman, jadi ceritanya menjadi sangat melenceng dari apa yang diinginkan oleh Rina-san. Karena itu berpedoman atas kesalahan bodoh (menurut dia) yang telah ia lakukan, ia ingin menulis ulang cerita ini sesuai dengan jalan cerita yang tidak terlalu melenceng.
Rina: Intinya begitulah~ Tentu saja dengan pedoman kesalahan yang lampau, Rina mengobrak-abrik plot cerita ini dan membuat cerita yang dasarnya mirip tapi memiliki plotline berbeda. Minna, selamat membandingkan nanti~ (*´艸`*)ァハ
Rui: Dan sekarang saat yang sangat penting, Disclaimer: Rina tidak memiliki Vocaloid sama sekali karena mereka milik siapapun Developer mereka. Yang Rina miliki hanyalah cerita ini dan juga aku, Akarui Kura/ Akane Rui, dan OC milik Rina yang bisa jadi keluar nantinya~
Rina: Baiklah Minna-sama! Ini adalah kebiasaan baru Rina dari fandom Tales of Xillia, sekarang mari kita mulai cerita Rewrite ini, Welcome di The Two Of Us –Rewrite- Chapter 1 "Breakup" lalu bagi para readers yang membaca ini, silahkan lakukan ritual...
Read...
...And Review!
Normal POV
Pada hari itu salju turun pada malam musim dingin. Di suatu tempat di Jepang, seorang laki-laki dengan rambut honey blond yang diikat kebelakang dengan gaya ponytail berlari cepat menuju ke sebuah taman dimana seorang gadis yang mirip dengannya, tapi tentunya tidak berhubungan keluarga dengannya, telah menunggunya.
Gadis yang dimaksud sedang menunggu anak laki-laki itu dengan sabar disamping lampu penerangan taman. Dia memiliki rambut berwarna honey blond dengan panjang rambutnya yang hanya hingga sebahu dan menggunakan pita besar di kepalanya sebagai sebuah identitas diri. Ketika dia sedang mengotak-atik ponsel di tangannya dan mengulang-ulang skenario yang sudah dia persiapkan sebelumnya, seorang anak laki-laki menyapanya, orang yang sejak tadi ditunggunya.
"Rin, maaf membuatmu menunggu lama!" ucap anak laki-laki itu, dengan nafas terengah-engah. Bisa dilihat udara berwarna putih yang keluar dari dalam mulutnya. Dia tampak kelelahan berlari selama cukup lama di malam musim dingin yang sangat dingin.
"Jangan khawatir Len, aku belum menunggu terlalu lama," ucap gadis yang diketahui bernama Rin itu. Dia segera berjalan menuju ke arah anak laki-laki, yang diketahui bernama Len itu, dan memeberikan anak laki-laki itu senyum terbaiknya.
Di kepalanya masih berputar apa penyebab dia memanggil Len kemari dengan cukup tiba-tiba. Dia berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa inilah yang terbaik bagi mereka berdua. Apa yang ia lakukan tidaklah salah karena ini adalah jalan keluar terbaik.
"Tapi meskipun begitu, aku minta maaf. Lalu kenapa kau memanggilku kemari Rin? Seingatku hari ini kita tidak kencan bukan?" tanya Len kepada Rin yang tersenyum kearahnya yang membuat wajahnya memerah karena malu. Iya, meskipun mereka masih duduk di bangku kelas 6 SD, mereka telah berpacaran selama hampir 1 tahun, lebih tepatnya sejak musim semi.
Rin menarik nafas dalam-dalam, lalu segera menempalkan bibirnya yang lembut ke bibir Len yang tepat berada di depan bibirnya. Len merasa sedikit kaget, ini bukan pertama kalinya mereka berciuman, tapi rasanya ada yang aneh dengan ciuman mereka kali ini.
Setelah ciuman mereka berakhir, Rin mengucapkan beberapa kata, kepada Len. Kata-kata yang sangat berpengaruh terhadap hati Len saat itu.
"Selamat tinggal Len…" ucap Rin saat itu, sebelum dia berbalik dan berjalan meninggalkan Len tanpa mengatakan apapun.
Len tentunya shock mendengar pernyataan yang tiba-tiba itu. Tapi dengan cepat dia tersadar dari rasa kagetnya dan segera berlari mengejar Rin dan meneriakkan, "Rin!" ketika gadis itu mulai berlari meninggalkannya.
Meskipun Rin tahu bahwa dia pelari yang baik, dia masih tidak bisa mengalahkan Len yang memiliki stamina lebih baik darinya. Sebelum dia berhasil melarikan diri, Len berhasil mencengkram lengannya dan dia bisa merasakan bahwa tangan yang kini mencengkramnya bergetar hebat, entah karena amarah atau perasaan yang lain, ia tidak peduli.
"Lepaskan," Rin berkata dengan nada tegas tanpa melihat ke arah Len. Dia tahu dia tidak akan mampu melihat anak laki-laki itu sekarang. Itu semua karena dia tahu bahwa dia adalah gadis yang lemah dan karena itulah dia tidak akan mampu menatap Len.
Len yang bernafas sedikit tersengal-sengal melihat wajah Rin yang tertunduk sehingga poni rambutnya mentupi sebagian wajahnya, dan secara efektif membuatnya tak bisa melihat ekspresi Rin saat ini. Namun, meski tidak tahu apa yang dirasakan Rin, Len menjawab perkataan Rin dengan tidak kalah tegasnya dengan jawaban, "Tidak akan sebelum kau menceritakan apa yang terjadi padaku."
Rin melihat ke arah lain dengan tajam sebelum berkata, "Tak ada yang harus kukatakan padamu Len. Aku minta putus dan itu saja."
"Tapi mengapa?" tanya Len dengan nada suara yang terdengar putus asa. Dia sama sekali tidak mengerti mengapa Rin meminta putus. Selama ini hubungannya dengan Rin baik-baik saja dan mereka selalu rukun.
Rin menarik paksa tangannya dari cengkraman Len dan menyentuh pergelangan tangannya yang terasa sakit. Ini adalah pertama kalinya dia merasakan bahwa bagaimanapun juga Len masih bisa marah kepadanya.
Rin menarik nafas singkat dan dengan memberanikan diri, dia melihat ke arah Len dan menjawab, "Len jangan buat ini semakin susah! Sisimu yang seperti inilah yang sangat kubenci darimu!" lalu berbalik dan berlari sekuat tenaga meninggalkan Len yang kini hanya bisa terdiam di tempatnya mendengar kata 'benci' yang diutarakan Rin.
'Ini yang terbaik...' pikir Rin ketika dia berlari meninggalkan taman sementara air matanya mengalir dengan bebas menuruni pipinya.
Len yang masih tinggal di depan taman hanya bisa berdiri tanpa melakukan apapun. Tanpa ia sadari genangan air mata terbentuk di pelupuk mata Len dan mengalir melalui pipinya sebelum menetes ke tanah yang ditutupi salju.
"Rin…" gumam Len. Dia terduduk di tanah karena shock melihat air mata yang terkumpul di mata Rin ketika dia mengatakan bahwa Rin membenci dirinya. Dia bisa melihat bahwa tubuh Rin bergetar entah karena apa, meski dia tahu tapi tidak mau mengakui, bahwa itu memang amarah.
Air mata semakin deras mengalir dari kedua mata Len, lalu dia memeluk dirinya sendiri, karena mulai merasa kedinginan, sementara salju malam musim dingin terus turun dengan lembut. Hati Len merasa sangat sakit. Dia terus berpikir kenapa Rin memutuskan hubungan yang mereka bina selama hampir setahun ini? Kenapa Rin meninggalkannya?
Ingatan tentang musim-musim yang berlalu saat mereka masih bersama, melewati pandangan Len. Masih segar di ingatannya saat musim semi kelas 6 SD, dia menembak Rin di bawah pohon Sakura yang tumbuh di belakang sekolahnya. Saat itu Rin menangis karena bahagia saat dirinya "menembaknya", karena Rin sudah lama menyimpan perasaan pada Len. Len pada waktu itu tentunya juga merasa sangat senang karena dia juga sudah lama merasa suka dengan Rin, meski dia dan juga Rin sudah lupa sejak kapan.
Lalu saat-saat mereka bermain di padang bunga matahari pada musim panas. Di tempat itu mereka menyisihkan waktu diluar pengawasan orang dewasa, hanya untuk berdua saja. Di dalam rumpun bunga matahari yang menghalau pandangan orang luar, Len mengambil first kiss dari Rin. Lalu saat mereka melihat kembang api bersama pada sebuah festival dan melakukan ciuman yang manis saat kembang api terbesar berada di langit.
Lalu pada saat musim gugur, dimana Rin memberi Len sebuah syal rajutan tangan dengan warna kuning yang dibuat Rin karena ia mengetahui bahwa dia lemah terhadap dingin, meski dengan hasil pas-pasan. Pada saat itu mereka sedang berjalan-jalan di sebuah taman ria dan menikmati indahnya dedaunan yang mulai berubah warna. Karena Len tentunya terkejut dan tidak membawa hadiah balasan, dia membalasnya dengan bersumpah pada Rin.
"Aku tak akan pernah melepaskan tanganmu ini selamanya Rin…" ucap Len saat itu sambil menggandeng tangan Rin, lalu mencium punggung tangannya dengan lembut.
Rin yang mendengarnya hanya bisa bersemu merah sambil tersenyum, senyum terbaik yang bisa dia berikan kepada Len saat itu. Pada saat itu Len memiliki anggapan bahwa jika Rin terus berada disampingnya, maka itu akan cukup baginya.
Lalu pada malam musim dingin, malam ini, Rin mengucapkan selamat tinggal pada Len. Tanpa alasan yang diketahui Len, dan memberinya ciuman perpisahan yang pahit rasanya di bibir Len. Semua kenangan manis yang mereka rangkai, hancur dikarenakan sebuah ciuman itu. Sebenarnya Len tahu bahwa yang hancur bukanlah kenangan yang mereka buat, tapi hatinya yang menganggap penting setiap kenangan yang dibuatnya bersama Rin. Dan hal yang paling ingin diketahui Len hanyalah satu, kenapa Rin meninggalkannya? Len tidak tahu akan hal itu.
"Rin… meskipun kita sudah tidak bersama… kumohon… jangan lupakan aku…" gumam Len dalam sepi. Salju masih turun, dan menyamarkan air mata Len dengan salju yang berwarna putih bersih.
"Aku tak akan melupakanmu Rin… karena itulah…" gumam Len. Dia tahu, jauh di lubuk hatinya, dia masih mencintai Rin. Dia tak akan bisa menggantikan Rin selamanya, karena dia merupakan cinta pertamanya, dan itu tidak akan pernah berubah, meskipun mungkin suatu saat nanti hatinya berubah, dia tahu bahwa dia masih akan mencintai Rin.
Orang-orang yang ada di rumah Len bingung akan perubahan sikap Len yang tiba-tiba, karena dia langsung memasuki kamarnya, tanpa menghiraukan panggilan siapapun disana. Orang tua Len yang melihat perubahan sikap putranya hanya bisa berbisik-bisik karena mereka tahu bahwa Len baru saja bertemu dengan Rin.
'Apa mungkin Rin-chan sudah memberitahunya?' pikir mereka dalam hati.
Lalu dengan kejamnya pagi pun datang. Pagi itu adalah hari biasa dari hari-hari sekolah pada musim dingin. Hari yang berganti itu, menurut Len, seakan-akan mengolok-oloknya dengan mengatakan bahwa meskipun dia sedang patah hati, waktu akan tetap terus berjalan dengan kejamnya. Meskipun dengan banyak gerutuan dalam hati dan sedikitnya perkataan yang Len ucapkan, Len tetap berangkat ke sekolah.
Tentunya semua orang berbisik-bisik melihat Len yang datang sendiri ke sekolah (dan lebih pagi dari biasanya meski tak ada yang membahas yang satu itu). Tentunya hal itu, Len pergi sendirian ke sekolah tanpa Rin maksudnya, adalah sesuatu yang bisa disebut-sebut sebagai hal paling mengejutkan selama setahun! Ini tentunya akan jadi gosip panas selama beberapa waktu... yah, mungkin hingga mereka tahu kebenarannya.
Len hanya duduk di bangkunya, saat teman-teman satu grupnya menyapa Len yang dikelilingi aura gelap di pojok kelas. Tempat yang selalu dia gunakan, saat dia merasa pikirannya sedang kacau balau.
"Len, apa kau sudah dengar soal Rin? Lalu dimana Rin? Kalian putus, ya?" tanya teman Len dengan rambut berwarna hijau tealette yang dipotong pendek, salah satu dari murid sekolah itu yang suka datang lebih awal dan kebetulan juga teman dekat Len dan Rin.
"Ada apa dengan Rin? Dan iya Mikuo, kemarin dia memutuskanku," jawab Len kepada Mikuo dengan nada acuh tak acuh. Dia sebenarnya kurang siap menghadapi Rin pada hari ini.
Mikuo dan teman-teman Len yang lain hanya terbelalak melihat sikap Len yang sangat cuek. Itu pertanda bahwa pikirannya benar-benar acak-acakan. Tapi, Mikuo menyadari bahwa Len tidak tahu menahu tentang kabar tentang pacar -ahem- mantan pacarnya, maksudnya.
"Kau tidak tahu kabar tentang Rin?" tanya Mikuo lagi dengan tidak percaya. Dia berpikir bahwa Len seharusnya mengetahuiseluk beluk tentang Rin sebagai pacar –ahem- mantan pacarnya itu.
Len hanya memiringkan kepalanya, tanda bahwa dia tidak mengerti sama sekali. Tapi, Mikuo menutup mulutnya dengan salah satu tangannya, sepertinya berbicara dengan dirinya sendiri, sebelum berkata, "Kudengar… Rin pindah ke luar negeri hari ini," ucap Mikuo dengan suara sepelan mungkin.
Mata Len langsung terbelalak mendengar perkataan Mikuo, dan dia hampir saja mencekik Mikuo hingga kehabisan nafas. Tentunya Mikuo berada dalam posisi yang sedikit deffensive, dengan kedua tangannya berada di depan dada, untuk menghindari amarah Len. Lalu dia berkata, "Rin sempat bilang pada Miku beberapa hari yang lalu, lalu Miku cerita padaku, jadi… kupikir kalian akan hubungan jarak jauh, tapi aku tak tahu kalau Rin memutuskanmu," ucap Mikuo membela diri.
Len hanya menggigit bibir, saat dia bertanya lagi pada Mikuo, "Kapan Rin berangkat?" tanya Len.
Mikuo sedikit terkejut dengan perubahan sikap Len yang tiba-tiba. Dan kemudian berkata pada Len dengan nada yang sedikit kebingungan, "Eeh, seharusnya sekarang Rin sudah akan lepas landas…" jawab Mikuo.
Dan dengan perkataan Mikuo, Len segera berlari keluar kelas, dan tidak mempedulikan sekelilingnya, yang berteriak-teriak karena mereka adalah penggemar beratnya, ataupun guru-guru yang memarahinya karena berlari di lorong. Len tidak memikirkan hal itu untuk sementara waktu, dan hanya berlari menuju ke atap, melanggar peraturan sekolah. Dan Len melihat ke langit, mencari-cari pesawat yang mungkin melintas di atasnya.
Setelah Len menemukan sebuah pesawat, meski dia tidak tahu itu pesawat Rin atau bukan, Len hanya berteriak, "RIN, AKU MASIH AKAN TERUS MENCINTAIMU!" teriak Len keras-keras. Masa bodoh jika ada yang mendengar teriakannya.
Di tempat lain, disaat yang sama, Rin hanya melihat dengan tatapan kosong ke luar jendela. Dia sekarang pindah ke sebuah negara yang diberi nama Amerika, meninggalkan teman-temannya, hanya beberapa yang tahu akan kepindahannya tapi mungkin sekarang semua orang sudah tahu kepindahannya yang lumayan tiba-tiba ini. Dan dia meninggalkan hal yang paling dia cintai di rumah lamanya, Len, pacarnya, kekasihnya, terserah kau ingin sebut apa.
"Len…" Rin bergumam dalam hati, saat air mata mulai menetes dari wajahnya.
Rin lah yang mengakhiri semuanya, dia yang mengakhiri semua hubungannya dengan Len, tapi kenapa dia merasa sangat sedih? Ciuman kemarin, terasa sangat pahit di bibir Rin. Ciuman itu berbeda dengan saat-saat yang lalu, dimana ciuman dengan Len selalu terasa manis.
"Len… aku mencintaimu…dan aku sungguh-sungguh…" gumam Rin.
Orang tua Rin melihat wajah putrinya itu dengan wajah sedih, berpisah dengan Len pasti terasa berat bagi Rin. Tentunya mereka belum tahu bahwa hubungan Rin dan Len sudah lebih dari sebatas teman, tapi mereka menyadari, bahwa cahaya di mata mereka berbeda dibandingkan dulu. Mereka tahu bahwa pasangan teman masa kecil itu sudah mulai tertarik satu sama lain.
Rin terus menangis dalam diam saat dia berada di pesawat, dan hingga akhirnya dia tertidur karena kelelahan menangis terus.
'Aku tak akan pernah melupakanmu Len… karena itulah…' pikir Rin.
To Be Continued
Rina: Dan dengan ini Rina menyatakan versi Rewrite cerita ini dimulai~ Hore, banzai buat Rina!
Rui: Ara~ Rina-san tampaknya kau sedang senang.
Rina: Tentunya! Ah, setelah beberapa lama Rina tidak lihat cerita ini... Rina baru menyadari bahwa Rina benar-benar payah dalam EYD waktu baru lulus SMP...
Rui: Ara~ tapi sekarang Rina-san sudah lulus SMA yah, cepat juga waktu berjalan.
Rina: Benar sekali! Dan kalau tak salah cerita ini sudah ditinggal selama hampir 3 tahun! Bayangkan saja coba!
Rui: Ara~ tapi jika Rina-san memikirkan tentang hal itu... *wajah tiba2 dark* bagaimana dengan kelanjutan cerita-cerita lain yang dulu sempat kau tulis...
Rina: *gulp* A-a-ahaha... PDH chapter terbaru kuhapus ulang karena gak puas dengan hasilnya jadinya jadi makan waktu dan... err, sisanya antara hiatus dan discontinued permanen...
Rui: Hah, dasar BakAuthor Rina-san ini... yah, begitulah jika ada yang penasaran bagaimana nasib cerita Rina yang lain. Sepertinya dia sudah jatuh tertimpa tangga sama yang namanya Tales of Xillia...
Rina: G-gomennasai... o(╥﹏╥)o watashi wa BakAuthor desu... dan aku menyadari hal itu...
Rui: Yah, jangan terlalu jangan terlalu menyalahkan BakAuthor Rina-san deh minna~ bagi yang membaca cerita dan corner ini, silahkan memberikan review sekaligus inspirasi untuk Rina. Siapa tahu bahwa itu akan membuat Rina me-revive cerita-cerita Rina yang lama yang sudah lama ditinggalkan! Baiklah minna, silahkan review!
