Nyahaaaii~ Apakabar Minna?. Baik kan? *sokkenal*. Nah, saya, Aizuka, Author bajakan dari Negeri Putih Biru, membawakan sebuah First Fanfic yang sangaat banyak kekurangan dimana-mana. Jadi, bagi yang bersedia membaca, mohon bantuannya yaa ^^. Oke, segitu saja bacotan saya. Happy Reading ^^
Disclaimer : Naruto milik Masashi Kishimoto.
Pairing : NaruHina
Genre : Romance, Hurt-Comfort.
Warning : Typo bertebaran bak butiran debu, OOC, alur ngebut banget.
Story ini 100% hasil pemikiran saya sendiri. Saya tidak pernah memplagiatkan Story manapun.
Judul terinspirasi dari Ending Naruto, Long Kiss Goodbye-Halcali.
Chapter 1
LONG KISS GOODBYE
"Naruto-Sama, sudahlah, anda tidak perlu memaksakan diri. Anda belum pulih," ujar seseorang kepada seorang pemuda berambut kuning jabrik berpakaian putih abu-abu yang sedari tadi tidak mengindahkan perkataannya.
Pemuda berambut kuning jabrik bernama Naruto itu, tetap tidak perduli. Dia tetap melangkah keluar ruangan itu. "Aku baik-baik saja, Genma. Aku ingin sekolah hari ini. Kau tahu kan, aku sudah banyak tertinggal pelajaran," jawab Naruto sambil terus menyeret langkahnya.
"Naruto-Sama, saya bisa memanggilkan guru kesini untuk mengajari anda. Anda tidak boleh banyak bergerak. Penyakit anda bisa bertambah parah," ujar seseorang bernama Genma itu. Tak menyerah membujuk anak majikannya, Namikaze Naruto.
Langkah Naruto terhenti. Genma tetap menunggu keputusan Naruto di depan pintu kamar tempat Naruto dirawat dua pekan ini. Naruto menoleh kebelakang, dan berkata, "Tenang saja, Genma-san. Kalau kau takut dimarahi Ayah, Aku yang akan bicara padanya nanti. Tenanglah, sebentar lagi juga sakitnya hilang. Sekarang, bantu aku menyiapkan mobil ke sekolah,"
Genma hanya mendengus. Dia tak bisa melawan anak majikannya yang sangat keras kepala ini. Genma mengeluarkan ponselnya. Memencet beberapa nomor dan menelpon seseorang.
"Antar Naruto-Sama ke sekolahnya. Datang ke Rumah Sakit Konoha. Segera"
Konoha High School, 07.00.
Inilah sekolah Naruto. Rindu sekali rasanya melihat sekolahnya ini. Sebagai murid, harusnya Naruto mendatangi sekolah ini setiap hari, belajar bersama teman-temannya, bermain dan bergaul layaknya remaja SMA normal. Tapi, Naruto sadar, kesempatan sekali seumur hidup itu perlahan tapi pasti akan mulai sirna. Ya, mulai saat itu, Naruto tak bisa datang ke sekolahnya setiap hari. Karena penyakitnya. Yang menuntutnya untuk diam di Rumah Sakit.
Senyum mengembang di wajah pemuda itu. Terlihat bahwa dia senang sekali bisa datang ke sekolahnya yang sudah kurang lebih 2 minggu dia tinggalkan. Karena terapi sialan itu, dia harus diam di Rumah Sakit dan tertinggal sangat-sangat banyak pelajaran sekolahnya.
Naruto berjalan masuk ke dalam sekolahnya. Terlihat sekolah sudah ramai dengan murid-murid lalu lalang. Naruto berjalan menuju kelasnya. Kelas Naruto, XI-A berada di lantai 2.
Dengan semangat berkibar dan rindu akan teman-temannya, Naruto menaiki tangga dengan semangat. Membiarkan rasa sakit yang ada dadanya. Semangat mengalahkan semua sakit yang ia rasakan.
Akhirnya, dapat juga ruangan yang Naruto cari. XI-A!. Naruto mendorong pintu itu dengan perlahan. Dan..
"Ohayou Minna~," sapa Naruto saat seisi kelas langsung melihat ke arahnya.
"Naruto! Kau sudah sembuh?," tanya seorang laki-laki dengan tato di pipinya begitu melihat Naruto muncul. Setaunya, Kakashi-Sensei bilang, Naruto tidak akan masuk selama tiga minggu. Dan ini baru minggu kedua Naruto tidak masuk.
"Iya Kiba, aku sudah sembuh," jawab Naruto dengan senyuman lebar sembari duduk di tempat duduknya.
"Dobe. Kenapa sudah masuk?. Kau masih sakit kan? Jangan bilang kau kabur," sambung seorang berambut emo yang duduk di sebelah Naruto.
"Ahh si bodoh ini. Pasti kau kabur, iya kan?" semprot seorang gadis berambut pink yang duduk di depan mereka berdua.
Naruto hanya nyengir mendengar semprotan perhatian dari temannya. Terutama temannya dari SMP, Sasuke Uchiha, laki-laki berambut emo. Dan Haruno Sakura, gadis berambut pink.
"Aku tidak tanggung jika kau mati disini, Dobe," ujar sang Uchiha menatap teman sebelahnya itu.
Naruto cemberut. "Kau kira aku selemah itu, Teme?. Aku tidak akan mati sampai aku mengalahkanmu sebagai peringkat pertama!" ujar Naruto dengan wajah emosi yang dibuat-buat.
"Hn. Kalau begitu jangan cepat mati, Dobe." ujar Sasuke asal tanpa mengetahui raut wajah Naruto yang berubah menjadi sedikit sendu. Ya, Naruto juga berharap dia takkan cepat mati. Setidaknya untuk waktu dekat ini, Ia ingin melewati masa remajanya.
Dan satu lagi keinginan Naruto. Sakura dan Sasuke tak perlu tahu keadaan fisiknya saat ini.
"Sudahlah. Akhiri pertengkaran bodoh ini. Lebih baik kau belajar. Asuma-sensei bisa menyundutmu dengan rokok kalau nilaimu tak membaik, Naruto," ujar Sakura seraya melempar buku catatan IPA ke wajah Naruto.
"Terimakasih Sakura-Chan~. Kau sangat baik hati. Aku bawa pulang catatannya ya~" ucap Naruto kembali memarken senyumnya.
Tiba-tiba…
"Eh, Kakashi-sensei menuju kesini membawa seorang murid baru lho!. Perempuan!," teriak Ino Yamanaka si biang gosip sembari memasuki kelas.
"Hah? Yang benar? Bagaimana? Cantik tidak?" tanya Karin, satu-satunya orang yang tertarik akan perkataan Ino.
"Lumayanlah. Rambutnya panjang, manis sekali. Badannya juga bagus. Ah, sempurna deh!" ujar Ino sambil memangku kakinya menghadap Karin. Dan gosip itu berlanjut antara mereka berdua.
"Murid baru? Wah menyenangkan sekali!" ucap Sakura riang. Memang sekarang Sakura duduk sendirian, semenjak teman sebelanya, Tenten, pindah sekolah.
Benar saja, beberapa saat setelah itu, Kakashi masuk dengan seorang gadis mengikuti di belakangnya.
"Ohayou Minna. Pagi yang cerah ya." sapa Kakashi pada murid-muridnya yang sudah duduk teratur.
"Pagi Sensei." jawab murid-muridnya singkat.
"Hng, Naruto, seingatku, orangtuamu bilang, kau izin 3 minggu tidak masuk. Kenapa sudah masuk?" tanya Kakashi saat melihat Naruto ada di tempatnya.
"Aku sudah sembuh, Sensei. Aku sudah sangat sehat," jawab Naruto dengan semangat. Kakashi geleng-geleng.
"Baik. Ehem. Kelas kita kedatangan murid baru. Menggantikan Tenten yang pindah sekolah," lanjut Kakashi. "Kenalkan dirimu, Hyuuga," lanjut Kakashi lagi.
Pandangan seisi kelas sekarang tertuju pada gadis yang diketahui bermarga Hyuuga itu.
"Ba-Baik. Moshi-Moshi Minna. Na-namaku Hyuuga Hinata. Se- senang bertemu de-dengan kalian, Mohon Ba-bantuannya," ucap gadis bernama Hinata itu dengan terbata-bata.
"Baik. Sudah tau namanya kan?. Ada yang ingin kalian tanyakan?" tanya Kakashi.
"Nomor handphone!"
"Tempat tinggal!"
Dan pertanyaan-pertanyaan tak penting pun dilayangkan beberapa murid. Membuat Kakashi geleng-geleng.
"Kalau urusan pribadi, bisa kalian tanyakan saat jam istirahat. Nah, Hyuuga, duduklah disamping Haruno Sakura ya," ujar Kakashi sembari menunjuk Sakura yang melambai-lambaikan tangannya.
Hinata tersenyum dan menuju tempat duduknya yang ditunjuk Kakashi. Dan Kakashi pun memulai pelajarannya.
*Skip Time*
Neett-Neett
Bel pergantian pelajaran berdering
"Nah, sampai disitu pelajaran kita hari ini. PR jangan lupa dikerjakan. Sampai jumpa," ujar Kakashi singkat sembari meninggalkan kelas.
"Oiya Hinata, kalau pelajaran kesukaanmu apa?" tanya Sakura lagi. Sedari pelajaran Kakashi tadi, Sakura tidak memperhatikan. Dia sibuk mewawancarai Hinata.
"I-IPA Sakura-chan." jawab Hinata masih terbata.
"Oh, kalau begitu kau bisa mengajari si bodoh ini kan?. Kasihan dia, IPA nilainya selalu rendah," ujar Sakura menunjuk Naruto.
"Sakura-chan, jangan permalukan aku di depan murid baru dong!" ujar Naruto ngambek.
"Oh iya Hinata. Aku mau memperkenalkan. Yang rambutnya seperti durian ini, namanya Namikaze Naruto. Dia sangat bodoh," sambung Sakura tanpa memperdulikan deathglare Naruto.
"Dan yang berambut seperti pantat ayam ini, namanya Uchiha Sasuke." ujar Sakura lagi.
"Hai Hinata. Aku Naruto. Kau suka kelas ini?. Kuharap, kita bisa menjadi sahabat baik," ujar Naruto ramah sekali. Membuat pipi Hinata sedikit merona.
"I-iya Namikaze-san. A-aku suka kelas i-ini. A-aku harap ju-juga begitu," jawab Hinata dengan rona merah tambah melebar di wajahnya.
"Tidak perlu seformal itu. Panggil Naruto saja," ujar Naruto sambil mengibas-ngibaskan tangannya.
"Panggil Dobe juga boleh," sambung Sasuke cuek sambil terus membaca bukunya.
"Aku ingin suatu saat kita bisa pukul-pukulan di lapangan, Teme," jawab Naruto sambil mengelus dadanya. Elusan di dada itu bukan karena mencoba bersabar menghadapi Sasuke. Tapi karena rasa sakit itu mengirisnya dadanya. Lagi.
000-00
"Hei Hinata, rumahmu dimana? Apa kita bisa pulang bersama?" tanya Sakura sembari membereskan bukunya. Ya, sekarang sudah waktunya pulang.
"Mansion Hyuuga. Sakura-chan," jawab Hinata yang sudah selesai memebereskan bukunya.
"Oh, Mansion Hyuuga. Itu perumahan baru kan?. Ah, berarti kita tidak bisa pulang bersama. Rumah kita berlawanan arah. Maaf ya," ujar Sakura dengan raut kecewa.
"I-itu tidak masalah Sakura-chan. La-lagipula, tidak jauh dari si-sini kok," jawab Hinata cepat.
"Pulang bersamaku saja Hinata-chan. Rumah kita satu arah. Aku dijemput lho," sela Naruto yang mendengarkan percakapan Hinata dan Sakura.
"Nah, bagus itu. Kau pulang dengan Naruto saja. Kau kan orang baru disini. Nanti kamu nyasar," sahut Sakura.
"A-Ano, ti-tidak usah. Na-nanti merepotkan Naruto-kun. A-aku ingin sekalian jalan-jalan," jawab Hinata sambil menggeleng.
"Sebenarnya tidak merepotkan sih. Tapi kalau Hinata mau jalan-jalan, baiklah. Lain waktu kita pulang bersama. Aku duluan ya. Daah semua. Hinata, awas nyasar ya," teriak Naruto melambaikan tanganya menuju keluar kelas.
Rona merah menempel di wajah Hinata. Lagi.
"Si bodoh itu. Ayo pulang, Hinata," ajak Sakura menarik tangan Hinata.
000-000
Hinata masih saja membolak balik peta di tangannya. Oke, perkataan Sakura bahwa dia akan nyasar itu benar. Sekarang, dia ada di sebuah jalan kecil sepi yang lembab sekali sambil terus membolak balik peta Konoha. Berharap menemukan jalan pulang.
Nihil, dia sendiri tak tahu dia dimana. Padahal, seingatnya, tadi pagi dia diantar Neji lewat sini. Tapi kenapa jalan tadi pagi serasa menghilang?. Setaunya, dari gang ini, akan tembus langsung ke jalan utama Konoha.
Menelpon Neji dan meminta dijemput?. Tidak. Dia akan mengganggu pekerjaan Neji kalau begitu.
Oke. Jalan terakhir. Berharap bertemu orang yang dapat menunjukkan jalan. Hinata terus menyusuri jalan itu.
Sampai akhirnya, dia mendengar suara seperti orang berbicara satu sama lain.
'Akhirnya!. Semoga mereka bisa membantuku,' batin Hinata girang. Sudah lelah dia menyusuri jalan ini tanpa menemui rumahnya.
Hinata melangkah ke arah suara tersebut. Dan dia mendapati 2 orang lelaki dengan baju SMA yang berantakan sedang bersendar gurau. Baik, Hinata jadi takut dan sedikit mundur. Tapi, dia hanya ingin bertanya kemana arah menuju jalan utama Konoha. Tidak masalah kan?. Kakinya sudah gemetar lelah. Dengan sedikit takut, Hinata maju menuju 3 orang lelaki tersebut.
"Su-sumimasen, Ma-maaf mengganggu," ujar Hinata terbata dan langsung membuat 2 lelaki tersebut menoleh.
"A-aku ha-hanya ingin bertanya. Di-dimana arah menuju jalan utama Ko-konoha?" tanya Hinata gugup karena melihat tatapan 2 lelaki itu yang terkesan aneh. Firasat buruk mulai membanjiri pikiran Hinata.
"Kelihatannya dia orang baru disini," bisik salah seorang lelaki pada temannya. Dan dibalas anggukan oleh temannya. Hinata mulai merinding. Dia mundur beberapa langkah, bersiap kabur. Tapi sayang, dia kurang cepat. Tangannya ditangkap dan 2 lelaki itu mulai menggodanya.
"Le-lepaskan a-aku. To-tolong," mohon Hinata sembari mencoba melepaskan tangannya yang dicengkram.
"Lepas? Memang kau mau kemana sih?" goda lelaki kedua sambil mencolek dagu Hinata.
"Enaknya diapakan ya?" tanya lelaki pertama pada temannya. Dan langsung membuat tubuh Hinata menegang.
'Kami-Sama, tolong aku!' jerit batin Hinata.
000-000
"Kotetsu-san, berhenti di minimarket sebentar. Aku mau beli minuman. Kotetsu-san mau juga?" ujar Naruto sekalian menawarkan.
"Baik. Tidak usah, Naruto-sama saja," jawab Kotetsu sembari mengarahkan mobil ke dekat supermarket.
"Baiklah, tunggu sebentar ya," Naruto membuka pintu mobil, kemudian menuju dalam minimarket.
10 menit berselang, Naruto keluar dengan menjinjing satu plastik minuman.
"To-tolong! A-aku tidak mau! Le-lepaskan!" samar-samar, teriakan itu terdengar oleh telinga Naruto. Dan entah kenapa, sepertinya dia pernah mendengar suara itu.
Naruto melangkah ke jalan kecil di sebelah minimarket untuk mencari sumber suara. Nihil. Gang itu kosong.
'Halusinasi saja,' batin Naruto berucap. Naruto melangkahkan kakinya untuk pergi, tapi..
"TO-TOLONGGG, JA-JANGAN KUMOHON!" teriakan sadis itu terdengar lagi. Oke, ini bukan halusinasi Naruto. Naruto berlari ke gang di sebelah minimarket. Entah mengapa, perasaannya sedikit tak enak.
000..000..
"Kau ini, berisik sekali!. Tak akan ada yang menolongmu!" bentak lelaki yang sedari tadi mencoba mencium Hinata. Tapi tak berhasil, karena Hinata selalu berhasil menghindarkan wajahnya.
"Woy, bantu aku memegangi gadis ini dong," teriak lelaki itu pada temannya yang langsung memegangi wajah Hinata.
Lelaki itu tersenyum melihat air mata mulai menggenang di wajah Hinata. Dengan santai, dia mendekatkan wajahnya, bersiap mencium Hinata yang pasrah dan tak dapat lagi melawan.
5 cm lagi..
BUAGHHHHH
Pukulan kencang tepat mengenai hidung lelaki lancang yang akan mencium Hinata. Dengan cepat, tangan Hinata ditarik dan dibawa lari oleh orang yang memukul itu.
Hinata masih memproses kejadian itu. Saat dia mengadah, lelaki yang menariknya sekarang adalah..
Namikaze Naruto?.
"HEI, KEMARI KAU! JANGAN LARI!" teriak lelaki yang baru dapat bogem mentah dari Naruto. Lelaki itu berlari mengejar Naruto dan Hinata, sambil memegangi hidungnya yang mimisan.
Naruto tetap menarik Hinata sambil berlari secepat mungkin. Tak disangka, Naruto dan Hinata tersusul oleh lelaki itu. Lelaki itu langsung menghadang Naruto dan menonjok Naruto tepat di dadanya.
"Arghhh! Uhuk!" saat itu juga, darah tumpah dari mulut Naruto.
"NA-NARUTO!" jerit Hinata saat melihat Naruto memuntahkan darah.
"Rasakan kau. Berani me- ARGHH!" perkataan lelaki tersebut terputus karena bagian terlemah seorang laki-laki ditendang Hinata. Lelaki itu jatuh kesakitan. Melihat lawannya jatuh, Naruto menarik tangan Hinata lagi. Berlari lagi, sekuat yang Naruto bisa.
000..00
Setelah lumayan jauh dan merasa tidak akan ditemukan lagi, Naruto dan Hinata sampai di sebuah lapangan. Naruto langsung jatuh terduduk dan Hinata segera merebahkan Naruto di pahanya.
"Na-Naruto-kun, sadarlah!. Hiks, aku ha-harus bagaimana?" tanya Hinata entah pada siapa. Hinata menyeka darah yang terus mengalir dari mulut Naruto. Mata Naruto masih sedikit terbuka. Dengan sekuat tenaga, Naruto meraih handphone di kantung celananya.
Naruto berusaha mencari sesuatu di handphonenya. Akhirnya, setelah menemukannya, Naruto menyerahkan handphone itu pada Hinata. Masih dengan tangan gemetar. Hinata meraih hanphone itu, dan menemukan sebuah nomor.
Tanpa pikir panjang, Hinata menekan tombol call di kontak yang bernama 'Kotetsu-san' itu. Ya, Hinata yakin, siapapun Kotetsu itu, dia pasti bisa menolong Naruto saat ini.
Dan tak lama, kegelapan pun menyelimuti pandangan Naruto.
TBC
HAA~ parah. Cuman menyelesaikan 1 chapter+edit rasanya mata pedes banget #curhat #ditendang. Oke, mungkin di chapter 1, belum kelihatan romancenya dan belum ada penjelasan signifikan tentang penyakit Naruto. Tapi, aku janji, kalau fic ini dilanjutkan, chapter 2 akan aku jelaskan semua ^^v. Arigatou yang bersedia membaca. Tinggalkan jejak anda di kotak review di bawah yaa~. Sampai jumpa di Chapter 2. Daah '_'/
