Levi merengkuh Mikasa erat dalam pelukannya.
"Jangan pernah lari dariku, Mikasa."
"As you're wish."
Disclaimer is Hajime Isayama
Levi kembali mengarahkan revolver gagahnya pada sekumpulan musuh. Bidikan tepat, cermat dan penuh perhitungan itu dapat menumbangkan tiga musuh sekaligus hanya dengan satu peluru. Suasana semakin menjadi. Ledakan granat dan bau mesiu tercium di mana-mana. Levi merunduk pada tembok benteng di belakangnya. Pelurunya hanya tersisa tiga dan musuh semakin banyak.
Pupil kelabunya melirik celah belakang.
Kalah jumlah, damn!
"Kalau kau kira kau akan menang maka kau salah, brengsek."
Iris matanya melebar. Levi segera berbalik dan mengarahkan moncong pistolnya setelah mengambil jarak aman.
Sosok itu terlihat.
Pemimpin dari pasukan menyebalkan yang membuat Levi kehilangan peluru-peluru kesayangannya. Rambut hitam sebahunya. Mata onyx tajam berkilatnya, dan wajah oriental yang mengingatkan Levi akan penyerangan tiga belas tahun silam di dinding Shigashina.
Mikasa Ackerman.
Si cantik tangguh yang dikenal masyarakat luas sebagai ksatria tanpa kuda yang terkuat.
Batu bata yang dapat menyembunyikan tubuh Levi itu hancur separuhnya. Tebasan pedang yang tidak bisa dibilang amatir membuat Levi memicing.
"Kau nampak kuat, imouto." Levi menyeringai kejam.
Ayunan katana panjang itu dihindari dengan cepat. Gadis bertubuh jangkung yang menjadi lawan Levi tersebut menipiskan jarak. Kembali mengayunkan pedang yang dibalas dengan tembakan bertenaga.
"Dan kau tampak seperti burung brengsek setelah lari dari sangkar, Onii-san."
Si gadis kembali mengayunkan pedang. Dihindari oleh Levi setelah ada goresan tipis menyisakan darah di lengannya. Suara ledakan granat dan bau mesiu kembali tercium. Levi memicingkan mata tajam memandang gadis di hadapannya.
Pria itu melompat ke belakang, kemudian mengarahkan moncong pistolnya.
Dorr!
Trang!
Tepisan itu terdengar menghalau. Sisi katananya retak. Menyisakan cacat pada besi asahan yang ditempa sedemikian rupa.
Levi tertawa sarkatis. "Tidak kusangka kau akan menyerang pengantinmu sendiri."
"Simpan itu di mimpimu, sialan." Mikasa menggertakan giginya. Kedua tangannya yang memegang katana semakin erat.
Levi tersenyum miring.
.
.
"Onii-san!"
Teriakan nyaring itu membuat si pemilik surai gelap yang tengah menyandar pada batang pohon teduh di belakangnya menoleh singkat ke belakang. Anak kecil berusia tujuh tahun yang sudah dikenalnya akrab berlari-lari kecil ke arahnya. Anak perempuan berambut hitam itu tersenyum semangat.
Levi menghembuskan nafas.
"Kenapa kau di sini?" Anak laki-laki itu bertanya dengan nada datar, tepat ketika anak perempuan berambut sebahu itu mendudukan diri di sebelahnya dengan menatapnya berbinar.
"Aku menemukan ini… Ayah bilang, nanti aku juga akan seperti ini." Anak perempuan itu menyodorkan sebuah foto hitam-putih pada Levi.
Dua orang yang saling mengamini janji suci dengan sebuah ritual pengesahan bersama. Penikahan. Setiap orang mengidam-idamkan hal tersebut dengan indahnya. Dengan gaun putih suci, pesta, dan ada ucapan selamat di mana-mana. Terlalu biasa untuk diidamkan. Dan foto tersebut adalah moment ketika perkawinan Tuan dan Nyonya Ackerman.
Levi menyambilnya dengan enggan dan menatapnya lekat-lekat.
"Hn. Nanti kau akan seperti ini bersamaku."
Salam Hangat-,
Panda Merah
