Author's Note : Fanfict ini sudah lama tidur di laptop saya... tapi baru saya post... hehe.

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Pairing : SasuNaru (As always)

Rate : T (untuk sementara)

Genre : Yakuza, Romance, Tragedy.

Warning : Yaoi, sho-ai, typos, dll.

Meskipun tidak suka dengan genrenya, mohon baca sajalah... bwahahaha #digeplak

Enjoy~

ORE NO MONO

By: yukka-keehl

Chapter 1 :

The world is moving too fast. I'm the only one who's legs are limping. The path I walk is never-ending. What's the end of the road? Will I know the answer if I go with my eyes closed?

-epik high

"Kemarin malam kacau sekali." Naruto menyeruput mienya dengan cepat. "Aku kena ancaman dan dipecat."

"Wow! cepat sekali kau bercerita, Apa yang kau lakukan?" tanya Kiba, teman kuliah yang setia menemani Naruto.

"Buruk sekali. Aku berniat membantu, tapi buruk sekali." Naruto menyeruput mienya lagi dan meminum jus jeruknya. "Makanya aku takut ini akan menjadi makanan paling enak untuk bulan ini."

"Tolong jelaskan secara rinci, Naruto." Kiba mendesah kesal. "Kau benar-benar senang ya membuat orang penasaran?"

"Kemarin aku kerja di bagian kasir mini market seperti biasanya untuk shift malam. Aku biasanya was-was kalau hal itu bisa saja terjadi."

"Apa? Penodongan?"

"Tepat sekali. Dia menodongkan pistol tepat di kepalaku, membuatku sangat takut."

"Lalu apa yang kau lakukan?"

"Aku tidak ingin mati. Jadi aku melakukan apa yang dia minta."

"Wow..." Kiba pura-pura tercengang.

"Saat aku membuka laci uang, orang itu menengok ke segala tempat untuk melihat situasi sekitar dan saat itulah aku mengambil kesempatan untuk memukul rahangnya dua kali dan berhasil membuatnya tidak sadarkan diri."

"Wow... kau hebat." Kali ini Kiba benar-benar tercengang. "Tapi kenapa kau dipecat?"

"Setelah itu aku menelepon polisi dan keadaan menjadi tak terkendali meski penjahatnya telah pingsan, polisi datang dan warga pun datang. Aku lupa kalau aku membiarkan lacinya terbuka."

"Kau luar biasa."

"Seseorang memutus aliran listrik dan ketika lampu menyala, semua uangnya hilang."

"Sangat luar biasa."

"Pelakunya hilang, dicari pun tak dapat dideteksi. Polisi benar-benar tidak berguna saat itu. Pemilik tidak terima kalau itu sebuah musibah dan aku dituntut untuk mengganti semua uang yang hilang itu karena dinilai sebagai sebuah kelalaian."

"Yang benar saja, bagaimana kalau kau membela dirimu sendiri?"

"Gagal. Aku mencobanya namun gagal. Pemiliknya adalah seorang yakuza. Dia mengancamku akan melakukan hal buruk padaku jika tidak menurutinya."

"Well yeah, yakuza akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang." Air muka Kiba berubah menjadi ngeri. "Apa yang dilakukan polisi-polisi sialan itu?"

"Ketakutan. Mereka membawa penjahat yang aku pukul itu lalu pergi."

"Berapa uang yang harus kau ganti, Naruto?" Kiba terus melontarkan pertanyaan layaknya wartawan.

"Satu juta yen."

"Banyak sekali."

"Ya kan? Aku benar-benar sial. Uang yang habis tidak akan segitu dan sudah ada laporannya juga di komputer. Bos memaksa ingin uang sebanyak itu untuk dianggap sebagai denda kecerobohanku tapi Bagaimana aku mendapatkan uang sebanyak itu...? Ugh!" Naruto mengacak-ngacak rambutnya sendiri. Sedikit memijat kepalanya yang pusing.

"Aku pasti bunuh diri jika aku jadi kamu." aku Kiba.

"Bantu aku! Jangan buat aku makin depresi!"

"Yang pasti sekarang kau harus dapat pekerjaan dulu. Kau juga harus membayar apartemen kecilmu itu kan..." Ucap Kiba, "Aku tidak punya uang segitu untuk membantumu, tapi bila kau butuh makan atau tiba-tiba ditendang dari apartemenmu, datanglah padaku."

"Makasih Kiba..." Naruto memeluk Kiba "Kau teman terbaik."

"Ya ya, lepaskan..."

Naruto mengistirahatkan kepalanya di meja dan kemudian dia melihat orang itu. Orang berambut raven, bermata tajam dan berwajah dingin. Namanya Sasuke.

Sejak kapan dia ada disana?

Sasuke duduk disebelah mejanya. Meskipun dia masih saja diikuti oleh pengikut setianya yang berjumlah banyak dan selalu menjerit-jerit itu, Naruto tidak tahu kapan dia datang dan duduk di meja sebelahnya.

Hal yang membuat Naruto tertarik dengan keberadaan Sasuke adalah karena dia selalu memandang Naruto.

Naruto bukannya kepedean atau apa, hanya saja dia tahu dimana pun dia berada selalu ada Sasuke yang memandangnya. Dan kali ini pun begitu, dia melirik ke arah Naruto dan pandangan mereka bertemu. Naruto mengangkat kepalanya dari meja dan melambaikan tangannya padanya. Sasuke langsung memalingkan wajahnya.

Apa yang salah dengannya?

Kemudian Kiba menepuk tangan Naruto yang melambai. "Apa yang kau lakukan?"

"Menyapanya?"

"Jangan menjawab pertanyaanku dengan pertanyaan, Naruto..." geram Kiba. "dan jangan berurusan dengan orang itu."

"Tentu saja..." Naruto menurunkan tangannya dan berbisik, "dia tidak menyenangkan."

"Dan berbahaya." Kiba balas berbisik.

Naruto mengerenyit karena perkataan Kiba.

"Kau sudah beres makannya?" Kiba melihat mangkuk ramen Naruto yang bersih. "Kalau begitu, mari kita pergi."

"Kau terburu-buru sekali." Naruto berdiri dituntun oleh Kiba.

"Kau tahu apa yang tidak menyenangkan?" tanya Kiba sambil menarik Naruto menjauh dari kantin.

"Apa?"

"Berada di sebelah orang itu."

"Kau terlihat sangat membencinya."

"Kau tahu, dia telah menghancurkan keluargaku."

Naruto melebarkan matanya tak percaya.

"Kau orang yang beruntung jika berhubungan baik dengan keluarga Uchiha, namun kau orang paling sial di dunia jika membuat Uchiha membencimu." Lanjut Kiba.

"Aku tidak punya apa-apa untuk dia hancurkan."

"Apa yang kau katakan, Naruto? Kau masih punya ragamu, harga dirimu. Dia bisa menghancurkanmu sampai titik itu." Kiba kembali berjalan, Naruto mengikuti. Sebelum lebih jauh, Naruto melirik ke belakang untuk melihat Sasuke. Alasannya karena penasaran orang yang seperti apa itu Sasuke.

Jawaban yang ia tahu hanyalah satu. Seperti yang sudah diceritakan, Sasuke adalah orang yang selalu menatap dirinya. Tidak salah lagi, karena kali ini pun dia melakukan hal yang sama.

-00-00-00-

Sekarang jam sembilan malam, Naruto masih berkeliaran di kota mencari pekerjaan. Jika dipikir-pikir dua pekerjaan pun tidak akan cukup, si pemilik ingin uangnya secepat mungkin ditebus. Dan sekarang Naruto bahkan belum mendapatkan pekerjaan apapun. Naruto mengutuk dalam hati. Bertanya-tanya mengapa nasibnya sesial ini.

Ia tidak bisa menyalahkan pada siapapun. Langit saja menolak untuk disalahkan. Ia juga tidak mungkin meminta ayah angkatnya Iruka untuk membayar uang yang besar tersebut. Naruto sudah sangat berterimakasih kepada Iruka karena membayar uang kuliahnya, dia tidak mau membebani Iruka lebih dari itu.

Langit malam yang indah tidak membuat hati Naruto senang, bintang yang berkerlap-kerlip tidak membantu sama sekali. Naruto mendesah berat. Ia tahu ia tidak boleh menyerah. Tapi sekarang dia putus asa.

Mungkin Naruto harus bernegosiasi ulang dengan si pemilik. Apa yang bisa dia lakukan tanpa menebus uang, maka dia akan melakukannya.

Mungkin.

Dengan helaan nafas, Naruto berbalik arah, memutuskan untuk menemui sang pemilik yang bernama Kisame. Jaraknya cukup jauh, butuh waktu sekitar satu jam berjalan untuk sampai tujuan, namun sebisa mungkin Naruto harus menghemat uang. Apa boleh buat.

.

.

.

Naruto berhasil sampai tujuan, sekarang dia berada di depan pintu gerbang tinggi. Naruto memang mengetahui kediaman Kisame, namun ia tidak pernah memasukinya.

Naruto awalnya tidak mengetahui bahwa pemilik mini market dimana ia bekerja adalah seorang yakuza, lagipula mengapa yakuza memiliki bisnis seperti mini market? Naruto selalu bertanya-tanya hingga ia tahu jawabannya. Jawabannya adalah sebagai sarana transaksi selain transaksi di mini market, yaitu obat terlarang. Naruto selalu mendapat titipan dari Kisame yang ia panggil dengan sebutan 'Bos' itu sebuah paket untuk diberikan kepada konsumen tertentu yang memberikan sebuah kode seperti 'A534X', 'PPB75', dan berbagai macam kode dari nama tumbuhan hingga planet.

Naruto sebenarnya bisa dikatakan terlibat dalam transaksi itu. Secara tidak langsung dia melakukan tindak kriminal. Tapi Naruto pura-pura tidak tahu saja, dan menjadi mahasiswa baik yang mencari uang untuk makan. Dia pun tidak mendapatkan keuntungan apapun dari transaksi tersebut. Uang yang ia dapat adalah murni gaji dari kerjanya sebagai kasir di mini market.

Naruto juga tidak tahu kejadian penodongan tersebut akan terjadi, Bos marah bukan hanya karena uangnya hilang, tapi karena Naruto telah mengundang polisi yang sangat tidak diinginkan oleh Bos.

Naruto pun menekan tombol interkom yang terletak di sebelah gerbang. "Bos, ini saya Naruto."

[Masuklah.] Suara itu berasal dari interkom.

Gerbang terbuka, Naruto disambut oleh dua orang laki-laki berbadan besar dan berotot. Naruto meneguk ludahnya dengan sangat sulit. Ia membayangkan kemungkinan yang terjadi jika ia membuat Bos marah. Sudah dipastikan tidak bernyawa.

Naruto digiring menuju ruang Kisame. Ruang yang dipenuhi dengan barang antik dan mewah. Kisame sedang duduk di kursinya, Naruto pun disuruh duduk di sofa yang ada di ruangan tersebut.

"Kau tidak membawa apapun?" tanya Kisame. "Aku pikir kau akan membayar hutangmu hari ini."

"Maafkan saya Bos, saya ingin bernegosiasi ulang dengan anda." Pinta Naruto.

"Mengapa aku harus menerima negosiasi itu?"

"Saya tidak bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat kecuali anda mengijinkan saya untuk membayar dengan jangka waktu yang lama." Jawab Naruto.

"Lakukan apapun, aku tak peduli. Kau merampok atau jual tubuhmu, apapun itu yang penting kau harus mendapatkan uangnya untukku."

"Saya tidak mau merampok." Tolak Naruto.

"Jual tubuhmu bagaimana? Aku tahu tempat yang tepat, akan kuantarkan kau."

"Saya tidak mau organ saya dijual."

"Oh, astaga... idiot sekali kau, yang aku bicarakan bukan organ tapi tubuh. Kau mengerti?" Kisame tentu saja kesal melihat Naruto berkedip-kedip dengan tololnya.

"Tapi saya laki-laki Bos."

Kisame memutar bola matanya tidak percaya. "Pantatmu, anusmu, yang penting kau punya itu, kau bisa. Aku benar-benar tidak mau kehilangan uang sepeser pun, sebab aku akan melakukan transaksi besar hari ini."

"Heh?" Naruto semakin bingung. Ia mengerti hubungan sesama jenis, tapi ia tentu saja tidak mau memberikan pantatnya pada siapapun. Apalagi Naruto merasa ia adalah lelaki macho, jika ia membiarkan pantatnya dimasuki, kemachoannya akan hilang seketika.

"Sudahlah, kau mandi sana, bersihkan semuanya terlebih lagi pantatmu. Mereka akan segera datang."

"Mereka?"

"Orang yang akan bertransaksi penting denganku."

"Transaksi apa?"

"Oh, kau tak perlu tahu..." Ujar Kisame. "Kau hanya perlu mandi sekarang, setelah transaksi selesai, aku akan memanggilmu."

Naruto hanya bisa menuruti, dia pun digiring kembali bukan oleh dua lelaki berotot, tapi oleh lelaki berambut pirang panjang yang Naruto ketahui bernama Deidara. Deidara adalah asisten Kisame. Ia hampir melakukan segala pekerjaan Kisame.

"Sepenting itukah transaksinya?" tanya Naruto kepada Deidara saat menelusuri koridor.

"Penting sekali bagi Bos tentunya." Jawab Deidara.

"Tapi gara-gara transaksi itu aku kena batunya." Naruto melengkungkan bibirnya tidak senang.

"Itu kesalahanmu sendiri, tolol." Cemooh Deidara.

"Tentu saja bukan!" bantah Naruto. "Yang salah adalah pelaku penodongan dan polisi tidak bermanfaat itu."

"Terserah sajalah." Kata Deidara dengan malas.

"Tapi lucu sekali yakuza kecolongan." Naruto tertawa.

"Tentu saja lucu sekali karena kau yang jadi korbannya."

"Oh, kalau itu sama sekali tidak lucu..." Naruto berhenti tertawa.

Sekarang giliran Deidara yang tertawa.

"Ngomong-ngomong transaksi seperti apa?" Naruto tak berhenti bertanya karena penasaran sekali.

"Saham. Bos berencana membeli banyak saham dari Tuan Besar yang hari ini akan datang."

"Begitu ya."

"Ya. Biasanya Tuan Besar tidak pernah menjual sahamnya pada siapapun, Bos termasuk orang yang beruntung. Saham yang Tuan Besar punya itu berharga sekali karena akan memberikan keuntungan 10 kali lipat dalam setahun."

"Wow." Naruto terpana.

"Satu sahamnya bernilai tinggi sekali, oleh karena itu Bos membutuhkan banyak uang." Jelas Deidara. "Bagi Tuan Besar sih kehilangan 1 sampai 100 saham tidak masalah, dia orang sangat kaya. Baginya transaksi ini hanya untuk mencari aliansi semata. Tapi bagi Bos, ini penting karena Bos dapat mendapatkan uang lebih banyak dan berteman dengan Tuan Besar yang merupakan sebuah keuntungan."

"Tapi apa yang membuat Tuan Besar itu mau menjual sahamnya kepada Bos?"

"Aku sendiri tidak mengetahuinya."

Naruto dan Deidara pun sama-sama hening. Akhirnya Naruto menemukan kamar mandi, dia pun mandi karena memang gerah sekali, bukan karena diperintah oleh Bos dan berniat untuk menjual tubuhnya, bukan.

Selama Naruto mandi, Deidara menunggu diluar. Dia mungkin takut Naruto akan kabur. Apalagi tuan besar akan datang, jika Naruto kabur, dia pasti akan dikejar, jika pengejaran diketahui oleh tuan besar itu maka transaksi bisa saja batal, Bos akan marah, Naruto akan dibunuh, gajinya akan dipotong.

Deidara tidak peduli jika Naruto mati atau hidup pun. Hanya saja ia tidak ingin membuat Bosnya marah dan membuat gajinya dipotong.

Air shower mengguyur seluruh tubuh Naruto.

"Shit!" Umpat Naruto. Seharusnya ia tidak datang kesini. Negosiasi dengan Bos selalu buruk, dia harusnya mengingat itu. Penyesalan selalu ada di akhir itu memang benar. Naruto merasakannya. "Sial! Sial! Sial!"

Naruto tidak bisa kabur begitu saja, dia harus mencari cara lain. Kabur dari rumah ini pun, bukan berarti ia dapat kabur dari Kisame. Kabur dari kota ini pun, itu bukan jawaban tepat sebab tidak mungkin Naruto meninggalkan kuliahnya yang sudah capek-capek ayah angkatnya perjuangkan.

Naruto menyerah, dia menyelesaikan mandinya secepat mungkin karena penasaran dengan Tuan Besar yang akan datang. Ketika Naruto keluar dari kamar mandi, Deidara langsung menyuruhnya untuk berjalan pelan karena Tuan Besar telah datang.

Naruto dan Deidara melewati beberapa ruangan hingga akhirnya mereka sampai pada ruangan khusus yang disediakan Kisame untuk transaksinya itu. Naruto dan Deidara tentu saja tidak memasuki ruangan dan hanya melihat dari luar saja, itu pun sembunyi-sembunyi.

Naruto melihat Kisame sedang tersenyum, ini pertama kalinya Naruto melihat Kisame tersenyum. Senyumnya jelek sekali. Tapi demi bisnisnya, ia lakukan. Mungkin dia juga tidak menyadari kalau senyumnya sejelek itu. Naruto menahan tawa.

Naruto sedikit maju untuk melihat wajah Tuan Besar. Dia terlihat muda, wajahnya tampan. Naruto merasa familiar dengan wajah Tuan Besar itu, Naruto mengucek-ngucek matanya, kemudian yang ia lihat disana adalah Uchiha Sasuke.

"Bukankah itu Uchiha Sasuke?" tanya Naruto kepada Deidara.

"Oh, Benar. Dia Tuan Besar itu."

"Yang benar saja..." Naruto tidak percaya. Benar kata Kiba, dia orang berbahaya. Lebih baik tidak berurusan dengannya.

"Sebenarnya pemimpin keluarga Uchiha adalah Uchiha Fugaku, ayah Uchiha Sasuke. Namun untuk turun ke lapangan, Uchiha Sasuke yang memegangnya."

Naruto masih terpaku.

"Uangnya sudah saya kirimkan ke akun anda, ini buktinya." Kisame memberikan sebuah amplop kepada Sasuke.

Sasuke membuka amplop itu dan membaca kertas yang ada di dalamnya lalu mengangguk. "Baik. Uang yang kau kirim sudah sesuai. Ini Barangmu." Giliran Sasuke yang memberikan amplop kepada Kisame yang kemudian disambut cengiran lebar dari mulut Kisame.

"Senang sekali bisa berbisnis dengan anda." Ujar Kisame dia kemudian menyerahkan amplop berisi saham itu kepada Deidara yang sudah ada disana. Naruto baru sadar kalau Deidara telah hilang dari sampingnya.

"Apabila berkenan, silahkan nikmati hidangan dan makanannya, saya yakin semuanya sesuai dengan selera anda." Lanjut Kisame mempersilakan Sasuke untuk makan dan minum hidangan besar yang ada di meja.

"Oh ya? Jika kau berbicara mengenai selera, aku lebih menginginkan seseorang daripada makanan ini." Kata Sasuke.

"Ooh, jika anda menginginkan bawahan baru, saya memiliki banyak orang yang kompeten dalam pekerjaannya." Tawar Kisame.

"Aku sebenarnya ingin orang yang bekerja sebagai kasir di mini market milikmu, tapi sepertinya kau telah memecatnya, sayang sekali." Sasuke menggunakan nada kecewa.

"Oh tidak, orang itu ada disini." Kisame memberikan senyuman lebar. "Naruto, kemari kau!"

Naruto pun mau tidak mau memasuki ruangan. Ia sendiri bingung mengapa Sasuke menginginkan dia untuk bekerja padanya. Apakah mungkin Sasuke berniat menolongnya? Naruto akan senang sekali.

Naruto pun menatap Sasuke dan tersenyum padanya yang sama sekali tidak digubris oleh Sasuke.

"Naruto, aku akan menghapuskan utangmu padaku, dan kau akan sepenuhnya milik Tuan Besar ini." Ujar Kisame seenak hati. Dan Naruto tidak merasa enak hati, walau ada kemungkinan Sasuke berniat menolongnya dari tangan Kisame.

"Saya senang Bos menghapuskan hutang saya, tapi-ouch!" perut Naruto dicubit Deidara.

"Kau sebaiknya menerimanya, jika tidak, Bos akan menyiksamu sampai mati." Bisik Deidara ke telinga Naruto.

Naruto menghela nafas berat ia pun mengangguk.

"Baguslah kalau begitu, saya harap Tuan bisa senang memiliki Naruto." Kata Kisame. "Tuan bisa lakukan apapun padanya sesuka hati."

Naruto melotot pada Kisame. Apa maksudnya sesuka hati?

"Oh, tentu. Dia milikku sekarang." Ucap Sasuke. "Kalau begitu, aku pergi."

Sasuke berdiri, dia kemudian mendekati Naruto dan memegang tangannya untuk dia tarik.

"Selamat jalan, Tuan!" Teriak Kisame sambil melihat Sasuke dan Naruto yang mulai menjauh.

"Anda memang kejam, Bos." Komen Deidara.

"Keluarga Uchiha lebih kejam lagi."

Sementara itu Naruto yang sedang digusur mulai berpikir.

Tunggu... Tunggu...! Apakah aku baru saja dijual dengan harga satu juta yen?! Bukankah itu MURAH SEKALI...?!

To be Continue

Foot's Note: Mind to RnR?