My first Eyeshield 21 fanfic! Setelah berkalang buana di OP dan DC fandom, jadi gw mutusin migrasi ke fandom lain! He he…tapi g berarti di fandom lain gw berhenti. Dan gw berharap, suatu saat bisa ke fandom yg lain lagi.
Tapa panjang lebar^^ kita mulai chapter 1!
Disclaimer : Aku baru mengenal Amefuto setelah Eyeshield 21 keluar, jadi kalian tahu sendiri…
Warning : Karena genre romance, jadi Hiruma mungkin agak OOC, tapi semoga tidak. Kalian tahu kenapa.
ooooooooo May I ask you a favor? oooooooooo
Pagi yang cerah.
Mamori keluar dari stasiun dan berjalan menuju sekolah sendirian. Sebenarnya dia mau pergi dengan Sena, tapi karena dia sudah jalan duluan dengan Monta, jadi terpaksa dia pergi sendiri. Sepanjang perjalanan dia menatap ke arah langit, bersenandung kecil menandakan betapa senangnya hari itu. Ya, tiada hari tanpa seorang Mamori yang ceria. Wajahnya yang ceria menambah kecantikannya yang memang memiliki darah orang Amerika dari neneknya. Gadis impian semua orang. Baik, cantik, ramah, pintar, keibuan, semua pria akan melakukan apa saja untuk menjadi pacarnya.
Dia berjalan melalui pintu gerbang sekolah, menyapa teman sekolahnya. Kemudian di dalam sekolah dia melepas sepatu, dan mau meyimpannya di rak sekolah ketika baru saja dibukanya tiba-tiba tumpukan surat jatuh keluar dari rak. Mamori dan orang sekitar hanya melongo heran melihat hal ini. Mamori mengambil satu surat yang berwarna merah muda, meski semua surat rata-rata berwarna sama. Dibukanya surat itu, lalu dibaca isinya. Mamori hanya menghela nafas. Surat ajakan ke pesta.
SMA Deimon memang akan mengadakan pesta Valentine pada 14 Februari, yang berarti 7 hari dari sekarang. Dan semua murid bebas memilih pasangan dari kelas mana saja, asal bukan dari luar sekolah. Tanpa pasangan juga tak apa-apa, meski kau akan diejek nantinya. Tentu semua pria tidak mau melewatkan kesempatan untuk bisa mengajak Mamori, mengingat dia populer, jadi wajar kalau lebih cepat lebih baik.
Memasukkan semua surat ke dalam tasnya, dengan maksud dibuang nantinya, Mamori masuk ke dalam kelasnya. Di dalam kelas, semua pria juga langsung beraksi mengajaknya ke pesta, membuat dia hampir kehabisan kesabaran. Untung guru cepat masuk, jadi dia bisa cepat duduk dengan tenang. Namun ternyata tidak. Di mejanya, selama pelajaran terus saja aksi-aksi bermunculan, membuatnya tidak tenang. Pikirannya sekarang berpikir cepat.
'Mereka tidak akan berhenti sebelum aku bertindak. Aku harus cepat cari pasangan. Tapi tunggu! Itu malah hanya membuat mereka tambah bersemangat melakukan yang tambah aneh. Jadi bagaimana? Kenapa mereka mengejarku terus, sih? Apa karena aku memang tenar?' Muka Mamori merah sedikit, malu karena dipuji walaupun dia sendiri yang melakukan. 'Atau karena ada yang lain? Apa karena aku masih jomblo…'
Mendadak dia mendapat ide bagus untuk menjauhkan mereka. Ide gila, sekaligus memalukan, namun ampuh. Sekarang dia hanya berharap orang yang akan dimintai tolong mau membantunya…
"Mamori-neechan!" teriak Sena begitu Mamori keluar dari kelasnya sepulang sekolah. Mamori membalas dengan senyum sebelum membalas, "Hai Sena. Bagaimana? Sekolahmu menyenangkan?"
"Baik," jawab Sena singkat, meski kenyataannya tidak juga. Tadi siang dia dipalak sama geng buat nyerahin makan siangnya. Namun dia tidak menceritakannya ke Mamori, takut terjadi kehebohan lagi. Mendadak ada teriakan dari belakang. "Sena! Kenapa kau tidak bantu aku menyapu kelas? Kau tahu – eh Ma-Mamori neechan…" kata Monta, tergugup melihat Mamori di samping Sena.
"Hai Monta," jawab Mamori ramah, membuat mukanya tambah merah busuk. "Kita ke ruang klub sekarang."
Mereka berjalan menuju ruang klub, seperti biasa buat latihan Amefuto. Begitu masuk ke dalam, mendadak mereka langsung diserang sama hujan peluru dari siapa lagi kalau bukan si setan Hiruma.
"Cebol sialan! Monyet sialan! Kalian telat 5 detik!" teriak Hiruma, menikmati menyiksa Sena dan Monta. Untung Mamori mengambil senjata kesayangannya – mop – buat menangkis peluru Hiruma.
"Cukup Hiruma. Mereka kan cuma telat 5 detik." bela Mamori.
"5 detik bisa berarti banyak dalam pertandingan, kau tahu itu kan manajer sialan." balas Hiruma, tampak kesal acara senangnya diganggu. Dia balas menatap ke arah Sena dan Monta yang meringis kesakitan kena peluru, "Sekarang cepat ganti baju dan latihan!"
Dengan segera Sena dan Monta berlari ke arah ruang loker. Hiruma juga mulai berganti baju ketika Mamori mendadak memegang tangannya dan berkata, "Hiruma, ada sesuatu yang ingin kutanyakan."
Hiruma hanya menatap Mamori dengan jengkel. "Apa lagi, manajer sialan?"
"Soal…pesta Valentine…"
"Kalau kau mau bicara soal pesta mengerikan itu, lebih baik aku pergi saja." Hiruma berbalik lagi, mau pergi, namun Mamori tetap belum melepaskan tangannya, justru malah tambah mengeratkannya, seolah mau berkata "Ini penting, jangan pergi dulu."
Dengan menggerutu kecil, Hiruma berbalik dan sedikit membentak, "Baik, lepaskan tanganku, dan bilang apa maumu dalam 10 detik."
Mamori melepaskan tangannya dan berkata, "Hiruma, ada yang ingi kukatakan kepadamu…yaitu…" namun suaranya tercekat, tampak ragu apakah harus bilang atau tidak.
Hiruma memotong dengan berkata, "6 detik lagi."
"I-itu…" Mamori belum menemukan keberaniannya, sementara Hiruma tambah jengkel. 'Apa yang dimaui wanita sialan ini?' "3 detik lagi." katanya.
Mamori tetap terdiam, bingung apa harus bialng atau tidak. Hiruma sudah berbalik badan, mau pergi, seraya berkata, "Sedetik lagi." Melihat Hiruma mau pergi, spontan Mamori berkata, "Apa kau mau menjadi pacarku sementara waktu?"
Sudah terlanjur keluar. Mamori menyesali perkataannya tiba-tiba. Hiruma membatu di tempat, tidak percaya apa ynag didengar telinga sialannya. Dia berpaling, wajahnya sekarang dipenuhi kebingungan. "A-apa kau bilang?"
"Kubilang," Mamori mulai gugup, "apa kau mau berpura-pura jadi pacarku untuk sementara waktu?"
ooooooooooo to be continued ooooooooooooo
Chapter 1 selesai! Karena cuma permulaan, jadi pendek. Tapi tenang saja, setelahnya tidak lagi.
Please review ya!
