Disclaimer : JK Rowling

Warm kiss for the professor.

"Aku jatuh cinta pada Snape." Hal itu dari minggu kemarin menganggu pikiran Hermione. Yah, bagaimana bisa seorang Granger-Tau-Segala jatuh cinta kepada seorang Severus Si-Kelelawar-Raksasa itu. Siswa lain mungkin lebih memilih untuk mati dari pada jatuh cinta kepadanya. Siapa yang bisa tahan 5 menit dengan orang yang sifatnya dingin, kejam, sarkas dan yah, dia –Snape itu anti sosial. "Kelelawar tua, hidung bengkok dan angkuh. Yang benar saja." Batinnya.

Yang selama ini diketahui, ia hanya percaya kepada dua orang. Yaitu Dumbledore dan Lily tentunya. Hmm. "Pria yang aneh, susah ditebak, dan cool. Aku menyuka—ah, apa yang baru saja aku bicarakan. Lima menit lalu aku mengejek-ejeknya, tapi sekarang aku memujinya. Ya ampun Hermione, apa yang kau pikirkan!" batinnya sambil memukul-mukul kepalanya sendiri.

Hari ini, Hermione harus keruangan Profesor Flitwick untuk detensi terakhirnya. Ya ampun, Hermione terkena detensi? Bagaimana bisa? Mione kan siswi terpintar di Hogwarts saat itu. ia berjalan menuju ruangan Flitwick untuk mendapatkan detensi membersihkan 20 tuba dengan cara muggle. Diperjalanan menuju ruangan Flitwick, ia bersimpangan dengan Severus. Hermione menatapnya dengan penuh senyum dan menyapanya "Pagi, Profesor Snape." Ucapnya ramah.

Severus tidak berkata apapun, ia hanya mengangguk kecil dan menatap Hermione tajam tanpa berkedip. –apa yang ada dipikiran Si Granger itu, sampai-sampai ia menyapaku seramah itu. seingatku ia tak pernah menyapaku seramah itu?- pikir Severus.

Hermione kini malah berlari kecil sambil cekikikan seperti kuda yang sedang tertawa. Ia sepertinya senang karena Severus merespon sapaan pagi Hermione yang pertama itu (diluar pelajaran tentunya).

Eh iya, Hermione terkena detensi Flitwick karena mematahkan alat musik langka yang dimiliki Flitwick dua hari lalu. Alasan kenapa Hermione seteledor itu? tentu saja karena Severus. Saat ia asik memikirkan Pujangga-Hatinya itu, ia tak sengaja menyenggol alat musik itu, lalu terjatuh dan patah. Flitwick sendiri tidak habis pikir bagaimana bisa seorang Hermione bisa seperti itu. apalagi melamun ditengah pelajaran.

Saat Hermione sampai diruangan Flitwick, Flitwick langsung menyuruhnya bertugas.

Berjam-jam berlalu, akhirnya pekerjaan tersebut selesai tepat saat jam makan siang. Lagi-lagi ia bersimpangan dengan Severus, tentu saja Hermione menyapanya. Ia tak mau tahun-tahun terakhirnya di Hogwarts tidak berkesan, apalagi sejak ia mulai suka –maksudnya cinta dengan Severus. "Selamat siang, Profesor. Saya harap anda menikmati hari yang cerah ini." Ucap Mione ramah dengan pipi memerah.

"Tentu, Mrs Granger." Ucapnya dingin dan tanpa ekspresi seperti biasa. Kali ini Hermione dua kali lebih senang karena Severus membalasnya. Walaupun dengan nada sarkas dan dingin tak membuat Hermione sedih. Murid-murid memandang Hermione heran dan tak percaya. Bagaimana bisa ia seramah itu dengan orang yang sama sekali tidak ramah kepadanya.

Di Aula Besar, Hermione hanya mengaduk-aduk makanannya sambil memandang ke meja guru. Jelas dia sedang memandang Severus dari meja Gryffindor. Saat Severus memandangnya balik, Hermione malah tersenyum seperti orang bodoh kepada Severus. Severus tentu tidak akan membalas senyum Hermione itu. baginya, itu masa bodoh (A/N : KEJAAAMMM)

"Mione? Hey Mione? Kau baik-baik saja?" tanya Ginny yang dari tadi dikacangin oleh Hermione. "Oh, maaf aku tidak dengar." Ucap Hermone gugup. "Tidak dengar katamu? Aku memanggilmu berkali-kali." Ucap Ginny kesal.

Hermione kini merasa dirinya benar-benar bodoh. Saking asiknya melihat Severus dari meja Gryffindor, sampai-sampai ia tidak mendengar panggilan Ginny. "Ada Gin?" Ucap Mione tanpa dosa. "Ah, aku sampai lupa mau bicara apa. Memang kau memandangi siapa sih sampai mengacangi aku?" Tanya Ginny heran. "Eeh, tak ada. Bukan siapa-siapa." Ucap Mione.

"kalau tidak salah tebak ya, kau pasti memandangi Profesor Sn—" belum selesai Ginny melanjutkan perjkataannya, Hermione sudah membekap mulut Ginny dengan tangannya, dan menyuruhnya diam. "Sssshhtttt.. jangan keras-keras." Ucap Mione.

"Jadi kau dari tadi memandangi..." Ginny tidak melanjutkannya. Hermione mengangguk cepat. "Jangan bilang kalau kau menyukainya." Ucap Ginny sedikit berharap. "Sayangnya sudah terlambat, Weasley." Bantah Mione

"Apaaa? Kau menyukainya?" ucapnya sedikit berbisik dan mendekatkan kepalanya kearah Mione. Lagi-lagi Hermione hanya mengangguk bangga. "Ya Tuhan. Kuharap kau bohong." Ucap Ginny serius.

"Ginevra Weasley. Aku serius." Ucap Hermione lagi. "Baiklah, aku percaya." Jawab Ginny pasrah.

"Tapi kau janji ya untuk tidak bilang siapa-siapa. Hanya kau dan aku yang tau." Ucap Mione.

"Baiklah Mione. Aku janji." Ginny menatapnya serius. "Awas saja kalau kau ingkar. Akan kulempar kau sarang Troll." Ancam Mione diikuti dengan tawa mereka berdua.

Mereka kembali keasrama, dan bercerita banyak tentang Hermione dengan Severus.

"Bagaimana bisa kau jatuh cinta dengannya, Mione?" tanya Ginny. Ginny benar-benar tak habis pikir dengan apa yang sedang dialami sahabatnya.

"Eh, entahlah. Saat itu aku sedang ada kelas ramuan, ia memeriksa kualiku dan aku memandang mata hitamnya. Saat itu aku merasakan sesuatu yang belum pernah aku alami selama hidupku. Aku merasakan kehangatan muncul pada diriku saat sedang didekatnya, jantung ku berdegup kencang." Hermione terhenti dan menarik nafas. "Aku merasa jika aku disampingnya merasa nyaman dan aman. Aku pikir ini jatuh cinta, kau pikir demikian juga kan, Gin?" Tanya Hermione.

Ginny menghela nafas sebelum menjawab pernyataan Hermione. "Kurasa jawabannya, ya. Aku merasakan hal yang sama saat pertama kali jatuh cinta kepada Harry. Aku tak bisa memungkiri bahwa kau memang jatuh cinta dengan Profesor Snape." Jawab Ginny dengan berat hati. Ia memang harus mengatakan ini kepada Hermione.

"Lalu, apa yang harus kulakukan, Gin? Dia kan sudah menutup hatinya demi cintanya kepada Lily." Tanya Hermione berat. Sisi baik Severus telah terungkap setelah perang besar. Tentang masa lalunya, dan tentang menjadi Agen Ganda. Tak heran jika penggemarnya sekarang dimana-mana.

"Kau harus mengungkapkannya." Ucap Ginny singkat. "Kau tak mau kan memendam perasaanmu selamanya?" Tanya Ginny lagi.

"Aku tak mau kehilangannya, Gin. Aku sudah hampir kehilangannya saat perang dulu. Aku tak mau hal itu terulang sebelum aku mengungkapkannya." Jelas hermione, dan ia menghela nafas lagi. "Aku akan mengungkapkannya. Saat liburan akhir tahun, aku kan sudah lulus, jadi aku akan mengungkapkannya saat itu juga." Hermione mengangkat kepalanya dan menarik nafas.

"Apapun yang kau lakukan, aku mendukungmu." Ucap Ginny menepuk bahu Hermione.

"Thanks, Gin." Ucap Hermione memeluk sahabatnya. "Anytime, Mione." Ginny membalasnya.

Hari ini Hermione resmi lulus dan mendapat predikat luar biasa. Semua nilainya tidak ada yang mengecewakan. Orang tuanya pasti bangga dengan prestasi anak semata wayangnya ini. Tak hanya pintar dan jenius, tapi juga cantik. Buktinya bisa membuat Cormac tergila-gila.

Hermione berjalan menemui Ginny ditaman. "Ginny, aku lulus. Dan lihatlah, nilaiku semua tidak ada yang mengecewakan." Hermione memeluk Ginny penuh suka cita.

"Wah, aku turut bahagia Hermione." Ginny juga memeluknya karena bahagia. "Lalu, apa rencanamu berikutnya?" Tanya Ginny.

"Seperti yang kukatakan beberapa bulan lalu. Aku akan mengungkapkannya." Tukas Mione. "Aku akan kesana sekarang." Hermione langsung berlari.

"Hermm tunggu, maksudku bukan it-." Sebelum Ginny menyelesaikan perkataannya, Hermione sudah hilang dan melesat begitu saja. Hmmm. "Dasar Hermione. Semoga dia berhasil." Batin Ginny.

Hermione berjalan dengan pelan menuju ruangan Severus di ruang bawah tanah. Jutaan bayangan tentang reaksi Severus berterbangan dikepalanya dan mengganggu otaknya. Ia mencengkram jubah Hogwarts yang masih ia kenakan erat-erat. Jantungnya berdebar tak karuan, keringat dingin mengucur disetiap pori-pori tubuhnya. Ia mengginggit bibirnya karena gugup.

Akhirnya ia sampai dikantor milik Penyebab Ketidak Warasan Hermione ini. Hermione gugup, apakah ia mengungkapkannya atau tidak. Ia akan mengetuk pintu itu, tetapi tidak jadi. Begitu seterusnya.

"Ayo Hermione, kau harus!" ia mengutuki diri sendiri dengan caci makinya. Beberapa menit berlalu, akhirnya ia mengetuk pintu itu.

Tok tok tok..

"Masuk." Jawabnya dingin dari balik ruangan. "Siapa yang bertamu padanya disaat sedang ada perayaan?" batinnya.

Hermione masuk dengan perasaan campur aduk. Tak berani menatap Profesor nya itu. masih menggiggit bibir bagian bawahnya sendiri, ia memberanikan diri untuk memasuki dan menghadap Severus dan menutup pintunya.

"Mrs Granger." Ucapnya lembut tetapi sedikit tajam. Severus bertanya-tanya apa yang membuat Si-Granger-Tau-Segala itu datang menghampirinya dengan perasaan tak menentu dan campur aduk begitu.

"Profesor, adahal yang ingin saya katakan." Jawab Hermione gemetar. Ia tak tau apakah ia kuat dengan situasi yang membuat jantunh copot seperti ini.

"Katakan." Ucapnya sambil memandang Hermione tajam. Hermione mendekat ke arah Severus yang sedang berdiri tidak jauh darinya. Mendekati Potion Master dan berdiri tepat disampingnya.

"Look at me." Pinta Hermione. Ia memberanikan diri memandang mata hitam Severus dengan tajam.

Severus mengabaikan apa yang dikatakan Hermione tadi. "Atas dasar apa kau memerintahku, Miss Granger?" kali ini nadanya sarkas diikuti dengan seringai tajam.

"Please, sekali ini saja." Hermione membalasnya dengan tatapan penuh harap. Kilasan haru melintas dimata Hermione.

Tanpa banyak bicara, Severus memandang wanita itu lekat-lekat. Begitu tajam mungkin jika Neville diposisi Hermione, ia akan kencing dicelana. Baik, abaikan Neville.

"Sudah lama aku ingin mengatakan ini, Sir." Suara Hermione memecah keheningan. Ia berjalan lebih dekat lagi kearah Severus. "Aku, aku.." Hermione terbata-bata.

"Katakan saja Mrs Granger. Kau membuang waktuku yang berharga." Ucap Severus lembut dan berbahaya.

"I Love You, Sir." Hermione mengatakannya dengan cepat.

Alis Severus terangkat. Berani-beraninya dia menyatakan cintanya. "Ah? Benarkah? Sudah kuduga." Ucap Severus dengan nada yang sama. Kali ini ia menyeringai bangga.

"Kau menduganya? Bagaimana?" Hermione tertegun mendengar apa yang baru saja dikatakan Severus.

"Kau sepertinya lupa jika aku ahli Legillimens. Aku membaca pikiranmu saat kau memandangku tak berkedip di Aula. Kebetulan sekali Occlumensmu lemah saat itu." Ucapnya Dingin dan datar.

"Well, sepertinya—" Ucapan Severus terhenti saat Hermione berjinjit dan mencium Severus dengan penuh cinta. Bukan nafsu, melainkan kasih sayang. Severus tak membalas ciuman itu, tetapi ia menjadi 'blank dan membeku'?

Severus terpojok, tak bisa mundur. Ia saat itu berada di sebelah dinding kantornya. Ia kaget dengan apa yang baru saja terjadi. Bibir Mione masih mengecupnya dengan lembut. Tetapi severus sudah menguasai dirinya kembali. Secara reflek ia mendorong Hermione kebelakang.

"Berani-beraninya kau..." ucap nya sangat marah. Ia sudah marah sekali.

"Aku mencintaimu Sir. Aku mencintaimu. Didn't you see? I love you since the war is over. I love you more than anything." Air mata turun dari mata Hermione dan membasahi pipinya. Hermione berlari dan mendekap tubuh atletis Severus. Hermione memeluknya dengan erat. Erat sekali.

"Lepaskan..." Severus mendorong tubuh Hermione, tetapi Hermione tidak melepaskannya. Yang ada, pelukan itu semakin kuat.

"Aku mencintaimu, Severus. Aku benar-benar jatuh cinta padamu." Ucap Hermione yang air matanya sudah membasahi dada Severus. "ijinkan aku mengisi kekosonganmu, Severus. Aku jatuh cinta denganmu. sungguh aku jatuh cinta padamu." Ucap Hermione bersibak air mata.

"Beraninya kau memanggilku seperti itu. Mud—ia terhenti- Granger! Lepaskan!" erang Severus marah.

"ku tak peduli. Aku tak peduli seberapa kelamnya masa lalumu. Aku mencintaimu dan aku ingin bersama denganmu titik." Hermione masih belum melepaskan pelukannya.

Severus tetap membeku dan tidak memeluk Hermione balik. Hermione mempererat pelukannya seolah tak ingin terpisah dari Profesornya itu.

Severus menggerang marah dan mengeluarkan tongkat sihirnya dari saku jubahnya. Ia mengacungkan wand itu ke pinggang Hermione yang sedang memeluknya. Kemarahan Severus sudah diujung tanduk.

"Jangan memaksaku untuk melakukan ini, Granger!" ucap Severus lembut dan berbahaya. "Keluar dari ruanganku, sekarang!" Ok, Severus benar-benar marah kali ini.

Hermione melepaskan dekapannya dari Severus dan menghela nafas panjang. "maaf, saya hanya terbawa emosi. Maafkan saya, Sir." Ucap Hermione menyesal karena sudah melakukan hal yang yah.. kalian bisa tau sendiri.

"Get out!"ucapnya dingin dan berbahaya. Severus benar-benar tak habis pikir dengan apa yang dilakukan si Granger ini. Memangnya dia mau cari mati apa dengan memperlakukan Severus sedemikian rupa? Hal yang tak mungkin dilakukan siswa Hogwarts yang lain.

Hermione sudah menguasai emosinya. Ia sudah berani menatap Severus lagi dan berkata : "Aku akan pergi. Sampai jumpa Profesor. Kita akan berjumpa lagi." Ucap Hermione sambil tersenyum senang karena sudah mengungkapkan perasaannya dan mendapat bonus pula.

"Semoga kita tak bertemu lagi, Granger." Ucap Severus kejam dan tak peduli jika perasaan siswa nya terluka.

"Kita lihat saja nanti." Ucap Granger santai. Demi Shampo Merlin! Hermione lagi-lagi melakukannya.

Hermione lagi-lagi mencium Severus dengan lembut. Severus sedikit canggung menerimanya walaupun ia juga agak—'membalasnya'?

Hanya berselang beberapa detik kemudian, Hermione kembali ke posisinya semula dan menatap gurunya sebentar. Lalu ia keluar dari ruang bawah tanah yang dingin dan gelap itu. kembali berlari menuju asrama Gryffindor dan akan meninggalkan Hogwarts esok harinya.

Di asrama, Hermione sudah ditunggu oleh Ginny. Ginny harap-harap cemas dan berharap jika Hermione tidak akan patah hati karena pria itu. selain itu, Ginny tidak duduk 1 jam sejak Hermione mennggalkannya di halaman tadi. Berjalan mondar-mandir seperti orang bodoh sambil meremas tangannya.

Hermione datang dengan wajah berseri seri, walaupun matanya memerah karena habis menangis tadi. Ia disambut oleh Ginny yang sudah dari tadi menunggunya.

"Mione. Kau baik-baik saja?" tanya Ginny.

"Sangat. Sangat baik Ginn." Ucapnya sambil memandang Ginny yang cemas.

"Hah?" Ginny tercengang mendengar perkataan Hermione barusan.

"Aku sudah mengatakannya! Yah! Aku berhasil!" Hermione menghentak-hentakkan kaki saking senangnya.

"Wah! Ayo ceritakan kepadaku!" Ginny meminta Hermione untuk menceritakannya sambil menyeretnya duduk di ruang rekreasi yang sedang sepi itu.

"Baiklah." Ucap Hermione sambil memutar matanya.

Ia menghela nafas.

"Saat sampai diruangannya, aku benar-benar kehilangan nyaliku. Uh, sungguh aku gemetar sekali. Awalnya aku ingin berbasa-basi dulu dengannya, tetapi dia langsung meng-skak ku menuju inti permasalahan." Hermione terhenti.

Ginny menunggu cerita Hermione dengan sabar.

"Saat aku mengatakannya, kau tau apa responnya?" Tanya Hermione dengan mata terbelalak.

"Eh, marah dan memberimu detensi?" jawab Ginny ngasal. Sepertinya, Ginny lupa jika Hermione sudah lulus hari ini.

"Errg, ayolah Gin. Aku kan sudah lulus hari ini ingat?" Timpal Hermione.

"Maaf, aku lupa. Lanjutkan.." Pinta Ginny.

Hermione menghela nafas lagi. Kali ini lebih panjang dari yang sebelumnya.

"Dia mengatakan jika dia sudah menduganya! Betapa kesalnya aku." Ucap Hermione meremas sofa yang didudukinya.

"APA? BAGAIMANA DIA BISA TAU?" ucap Ginny dengan keras yang lalu dibekap Hermione.

"Jangan keras-keras. Dia bilang, jika ia membaca pikiranku saat di Aula besar waktu itu." ucap Mione.

"Bukankah kau ahli Occlumens?" Tanya Ginny.

"Masalahnya, Occlumensku sedang tidak ku gunakan saat itu. jadi dia menjelajah pikiranku sesuka hati." Jelas Mione.

"Dasar. Lalu setelah itu apa yang kau lakukan?" Tanya Ginny semakin penasaran.

"Aku menciumnya." Jelas Mione enteng.

"APA? KATAKAN LAGI!" ucap Ginny tak yakin dengan pendengarannya.

"AKU MENCIUMNYA, DUA KALI MALAHAN!" Hermione memberi sedikit nada tekanan disetiap kata yang diluncurkannya.

"Bagaimana?" ucap Ginny spontan dan bangkit dari duduknya.

"bagaimana apanya?" Tanya Hermione bingung.

"adegan itu!" jelas Ginny.

"Hmmpphh.. aku menciumnya dengan hati hati tetapi dia tidak membalasnya. Dia mungkin kaget dengan apa yang baru saja terjadi. Dan yang kedua dia sedikit membalasnya. Aku bisa merasakannya"

Mereka cekikikan dan tenggelam dengan cerita Hermione.

Esoknya, Hermione berkemas karena hari ini ia akan pulang ke rumah mugglenya. Hari yang berat untuknya. Tetapi, ia berusaha menghindari Severus hari ini.

-back to the Snape office after the accident-

Severus masih menatap pintu dengan tatapan hampa. Ia berusaha mengingat apa yang baru saja terjadi. Oh tunggu, rupanya Prince sudah ingat.

"Berani sekali dia..."

"Ah aku lupa, dia seorang Gryffindor."

"Jika aku bisa memberi detensi, akan kusuruh dia membersihkan kuku jari kaki Grawp dengan sikat kecil tanpa sihir."

Tetapi apa yang dibayangkan Severus tidak mungkin terjadi karena Hermione sudah lulus. Hanya saja beberapa hal mengingatkan Severus kepada Lily, rambutnya coklat seperti Lily.

Disaat ia sudah menguasai pikirannya sendiri ia bisa melihat apa yang terjadi pada dirinya. Seorang Severus bisa ditaklukan oleh Granger. Apakah Severus harus membuka ruang hati yang baru untuk Hermione? Apakah ia harus melupakan atau mungkin melepaskan dan merelakan Lily?

"Akan kupikirkan." Ucap Severus pada dirinya sendir.

A/N : Author gak banyak komentar deh. Dan untuk Readers dan Reviewers yang baik hatinya, langsung aja review ya?*DiCrucio

A/N 2 : jika setuju ini dijadikan Multichap, silakan komentar di kolom review :) #HUG