Naruto (c) Masashi Kishimoto
.
Remake dari Novel The Girls of Riyadh karya Rajaa Alsanea.
.
AU. OOC. Islamic content. SakuHinaInoRin (Friendship). Multypairing. DLDR.
.
.
Malam ini Hinata begitu rapuh. Dia hampir saja terjatuh ketika Ibu dan saudari perempuannya menghampiri. Sakura masih berdiri di samping mempelai, mengusap keringat yang menetes dari sela-sela rambut sebelum turun merusak riasan wajah Sang pengantin.
Iris bulan Hinata berkaca-kaca. Dia berusaha menahan tangis yang akan membuat wajahnya terlihat mengerikan jika riasan di sekitar area mata luntur. Dalam hati Hinata berdo'a, semoga status baru yang akan dia dapat malam ini bisa membuatnya menjadi perempuan yang lebih baik. Setelah berdo'a, perlahan dia meraih gaunnya yang terurai ke lantai, tangannya menyibak bagian yang menghalangi langkah kaki. Diiringi teman dan kerabat dekat, dia berjalan lambat mengikuti prosesi yang sudah direncanakan.
Sakura berjalan dengan sangat hati-hati agar tidak menginjak ujung gaun Hinata. Sangat tidak lucu jika temannya yang malam ini menjadi pengantin harus terjerembab di depan banyak orang karena kelalaiannya. Dua ribu pasang mata tamu undangan memperhatikan pasangan pengantin yang tampak mengumbar senyum bahagia. Menyadari banyaknya tamu yang hadir di pesta pernikahan Hinata, membuat Sakura merasa risih. Dia tidak terbiasa menjadi pusat perhatian, dan berjalan mengiringi mempelai perempuan menuju pelaminan otomatis membuat dia juga ikut diperhatikan. Sakura berjalan di belakang Hinata, seakan berharap temannya itu bisa membantu dia menyembunyikan diri dari tatapan mata para undangan. Sejak prosesi awal perkawinan, gadis itu telah diberitahu bahwa banyak undangan yang diam-diam memperhatikan dan berbisik-bisik tentang dirinya. Para sepupu Hinata beberapa kali memberitahu Sakura perihal orang-orang yang menyampaikan 'salam' padanya. Sakura memilih acuh.
Bibi Tsunade mengatakan bahwa pernikahan Hinata akan memberi kelapangan dan kelegaan bagi keluarganya, karena berarti mereka telah berhasil menyelesaikan tugas. Membesarkan, mendidik Hinata dengan penuh kasih sayang, dan menyerahkannya pada laki-laki yang terbaik.
Begitu tiba di pelaminan, mempelai perempuan tidak langsung duduk. Dia berdiri untuk berfoto bersama orang tua, kerabat, dan sahabat. Bagi orang tua, menemani anak perempuan untuk mengambil foto kenangan sebelum pernikahan, adalah kesempatan terakhir mereka bersama si anak sebelum melepasnya.
Ino dan Rin tidak begitu menyetujui keputusan Hinata untuk menikah muda karena sebuah perjodohan keluarga, dengan laki-laki yang bahkan tidak begitu dikenal. Namun Hinata dan keluarganya memiliki sudut pandang kuno yang beranggapan bahwa perempuan setelah cukup umur tugasnya adalah mengurus rumah tangga dan melayani suami. Perempuan (yang sudah cukup umur) yang tidak mau menikah dan lebih memilih bersenang-senang dan keluyuran dianggap sebagai perempuan nakal oleh masyarakat. "Hei. Kita baru dua puluh satu tahun. Apa salahnya kalau kita menikmati masa muda?" Itulah yang sering Ino katakan pada teman-temannya. Tapi mereka tidak bisa berbuat apapun, mereka juga tidak berhak menolak keputusan keluarga Hinata untuk menikahkan putrinya. Melihat rona kebahagiaan yang terpancar dari wajah Hinata malam ini membuat Ino dan Rin berharap, semoga bahagia itu akan berlanjut ke kehidupan rumah tangga yang dibinanya bersama Gaara.
Mempelai perempuan memandangi kedua sahabatnya. Ino dan Rin balas tersenyum untuk menyembunyikan lamunan. Ah, suatu saat nanti mereka juga akan merasakan semua ini. Menjadi pengantin seperti Hinata.
Pada jeda pengambilan foto, para undangan naik ke panggung memberikan ucapan selamat. Begitupula dengan Sakura, Ino, dan Rin, mereka mendekati Hinata dan memeluknya. "Sungguh Hinata. Allah akan selalu bersamamu dan memberkahimu. Kemeriahan pesta ini akan berlangsung sepanjang kehidupanmu yang baru. Percayalah do'a kami selalu senantiasa terpanjat untuk kebahagiaanmu. Allah mengalirkan karunianya atas dirimu. Sungguh aku selalu memimpikan untuk menjadi sepertimu. Kaulah pengantin tercantik yang pernah kutemui, wajahmu mengisyaratkan kebahagiaan yang tidak bertepi."
Senyum Hinata mengembang mendengar pujian itu. Diam-diam dia merasa bangga, melihat teman-temannya seperti memendam kecemburuan untuk segera menjadi pengantin sepertinya. Sorot mata mereka memperlihatkan ketidaksabaran untuk memasuki dunia rumah tangga. Setelah mengabadikan foto kenangan bersama mempelai, Sakura, Ino, dan Rin turun ke arena tarian untuk menunjukan rasa suka cita.
Sakura menari mengikuti irama, namun dia berada pada sisi yang tersembunyi dari pandangan mata para tamu. Dia bukan tipe gadis yang percaya diri. Berbeda dengan kedua temannya, Rin dan Ino, yang tampak menikmati pertunjukan. Anugerah tinggi badan dan perawakan yang menarik membuat tarian mereka menjadi pusat perhatian kaum adam, dan mendapat cemoohan dan tatapan dengki dari kaum hawa. Sesekali Ino mendengar jelas bisikan iri beberapa perempuan di sekitarnya, membicarakan rambutnya yang terurai dan bagian tubuhnya yang terbuka bagi mata para lelaki, namun gadis pirang cantik itu tak mau ambil pusing.
Musik mengalun, dan tarian ketiga sahabat itupun berlanjut.
Ketika mempelai pria telah berada pada jarak beberapa langkah dari pelaminan, para penari menyesuaikan diri satu persatu. Tarian berangsur-angsur terhenti. Rin meraih kain yang tersibak untuk menutupi bagian dadanya. Dengan setengah kain sutera berenda kehitaman, dia berusaha menutupi kembali setengah wajah dan sebagian punggungnya. Sementara Ino, dia tampak puas pada dirinya sendiri karena berhasil menarik perhatian lebih dari setengah tamu lelaki. Dia tidak peduli pada cemoohan dan cibiran kaum hawa yang iri padanya. Dia begitu larut dengan segala kelebihannya.
Gaara, sang mempelai laki-laki menaiki tangga panggung bersama orang tua dan kerabatnya. Mereka berusaha melempar pandangan kepada para undangan perempuan untuk menemukan decak kagum—karena melihat ketampanan si mempelai laki-laki.
Merasa mendapat isyarat dari orang tua Hinata, Gaara maju mendekati sang istri, lalu menyibak cadar pengantin yang menutupi wajahnya. Gaara mengambil posisi di samping mempelai perempuan sambil memperkirakan tempat di sekelilingnya masih terbuka cukup luas untuk para undangan yang akan memberinya ucapan selamat.
Terdengar suara merdu bersahutan, shalawat dan sanjungan kepada Nabi (saw) dari para undangan. Beberapa menit kemudian, para undangan bergeser menyibak kerumunan, untuk member jalan bagi kedua mempelai menuju meja hidangan untuk memotong kue pernikahan. Langkah mereka diikuti oleh para undangan yang kebali menutup jalan dengan kerumunan di belakang pengantin.
Sahabat dan kerabat mempelai undangan tersenyum saat kue telah berhasil dipotong. Ibu Hinata tampak begitu terharu melihat putrinya, sedangkan Ibu Gaara tampak tersenyum bangga.
.
.
Sebelum pergi dari tempat resepsi menggunakan mobil pengantin. Hinata dan Gaara melempar pandangan pada para undangan. Suasana hening. Hinata merasa dirinya menjadi melankolis saat melihat senyum simpul ketiga sahabatnya. Walau dengan air mata yang berlinang, Sakura berhasil memberinya sebuah senyum tulus sebagai sebuah ucapan selamat. Hinata mengangguk ke arahnya. Dia berbalik ketika merasakan tangan Gaara mengamit dan menuntunnya untuk masuk mobil. Mereka akan menuju hotel tempat bermalam, lalu selanjutnya mereka akan menuju ke Italia untuk berbulan madu, kemudian mereka akan tinggal di Amerika karena Gaara ingin menyelesaikan program doktoralnya.
Diantara para sahabat, Sakura adalah yang paling dekat dengan Hinata. Mereka berdua menghabiskan masa kecil dan bersekolah di tempat yang sama sejak kelas dua SD. Baru beberapa tahun silam, saat duduk di bangku sekolah menengah, Ino bergabung dalam lingkaran persahabatan mereka. Ino adalah gadis keturunan Amerika, yang kesulitan berkomunikasi karena masalah bahasa. Ino hanya setahun berada di sekolah Sakura dan Hinata, karena dia memutuskan untuk pindah ke sebuah sekolah Internasional dengan bahasa Inggris sebagai pengantar. Tidak ada kesulitan dalam bersosialisasi, kepindahan Ino hanyalah terkait dengan kesulitannya berbahasa Arab. Pertemanan mereka berlanjut.
Di sekolah barunya Ino berkenalan dengan Rin, gadis manis yang sejak kecil tumbuh dan belajar di Riyad. Sejak saat itu mereka berempat mulai menjalin komunikasi dan mengikat tali persahabatan. Mereka berempat memiliki perbedaan kepribadian yang menonjol. Perjalanan persahabatan mereka selama ini penuh warna.
Sakura mengambil kuliah di fakultas administrasi perusahaan. Rin kuliah di kedokteran. Ino di Akutansi, sementara Hinata di fakultas sejarah. Namun sayangnya gadis manis pemalu berambut gelap panjang itu harus mengundurkan diri dari fakultasnya, karena beberapa minggu awal perkuliahan, dia dilamar Gaara. Dia harus berfokus pada persiapan pernikahannya, lebih dari itu keputusannya mengundurkan diri dari kampus banyak dipengaruhi oleh keputusan Gaara tinggal di Amerika.
.
,
Di salah satu hotel di kota terindah di Italia, Hinata terduduk gugup di pinggir ranjang. Bersiap untuk melakukan kewajibannya sebagai seorang istri. Berbekal pengetahuan dari pembicaraan pribadi dengan Ibu dan para Bibinya mengenai cara berhubungan suami-istri, Hinata berharap dia bisa membuat suaminya bahagia.
.
BERSAMBUNG
Note : Remake dari novel dengan judul yang sama karya Rajaa Alsanea. Perlu dikasih warning kalau cerita ini enampuluh persen alur dan bahasanya akan dengan novel. Tapi di pertengahan cerita dan endingnya mungkin tidak akan sama. ^^ saya benar-benar sedang tergila-gila dengan novel berlatar arab.
