Title : I Don't Love You

Cast : Seventeen's Mingyu and Wonwoo

Genre: Angst

A/N : In the library alone with pouring hard rain make me melancholy. Based on Urban Zakapa song I Don't Love You.

I don't love you anymore. I'm sure you already know.

Air tidak ada henti-hentinya mengguyur seisi kota. Semua sudut kota sudah terlihat basah bahkan air menggenang yang cukup dalam mulai terlihat di beberapa bagian jalan. Angin besar beberapa kali berhembus membuat intensitas air hujan bertambah. Kilat dan suara petir saling bersahut-sahutan di langit sana. Membuat siapa saja yang mendengarnya pasti akan terkaget walaupun hanya sebentar.

Ketika keadaan seperti ini biasanya aku lebih memilih untuk di rumah dan bergelung di dalam selimut yang tebal. Tidak ingin beranjak dari tempat tidur sama sekali. Terlebih lagi jika ada kekasihmu yang memelukmu dengan hangat. Saling berbagi kecupan sayang yang membuatmu semakin malas beranjak dari dekapan hangatnya.

Andai saja aku bisa seperti itu sekarang, pasti sangat menyenangkan. Sayangnya aku terjebak di dalam kafe yang ramai ini. Bukan ramai karena ingin mencicipi menu yang disediakan tetapi ramai karena banyak orang ingin berteduh dari hujan. Mereka yang datang bersama teman, kerabat, keluarga, maupun pacar berinteraksi dengan satu sama lain. Mencari topik yang seru untuk dibicarakan selama hujan masih turun dengan lebat. Tidak ingin terasa canggung karena mereka terjebak bersama di dalam waktu yang lama.

Sudah selama dua jam aku duduk di dalam kafe ini. Tidak melakukan apapun. Hanya sesekali menyesap kopi hangatku agar temperatur badanku tidak menurun. Seseorang di hadapanku selama dua jam ini juga tidak melakukan apa-apa selain melihat ke arahku dan ke arah minumannya. Tidak sepatah katapun yang terucap di antara kami.

"Sebenarnya apa yang ingin kau katakan Gyu?"

Seseorang di hadapanku akhirnya memecahkan keheningan diantara kami. Sepertinya ia sudah tidak tahan dengan kesunyian yang aku dan dirinya ciptakan. Aku hanya meliriknya sekilas. Masih menimang-nimang apakah aku harus mengatakan hal ini kepadanya. Hal yang sudah lama mengganjal di pikiranku.

"Katakan saja. Aku akan mendengarkannya."

Aku menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Mencoba menenangkan pikiranku yang kalut. Kusesap kembali kopi yang ada di cangkirku. Kekasih yang berada di hadapanku menatapku dengan tatapan yang hangat. Terselip senyuman manis yang jarang ia perlihatkan kepada orang lain selain kepada diriku.

"Aku rasa kamu sudah tahu apa yang ingin aku katakan Won."

Bagus Kim. Itu bukanlah sebuah kalimat yang bagus untuk membuka pembicaraan kepada kekasihmu yang sudah bersedia lama menunggu. Kau mengecewakannya. Kau menghilangkan senyuman manisnya.

"Aku tidak akan tahu apa yang kau ingin katakan kalau kamu sendiri tidak mengatakannya. Aku tidak bisa membaca pikiranmu."

"Kau memang tidak bisa membaca pikiranku tapi pasti kamu merasakannya Won. Aku yakin."

Wonwoo mengubah posisi duduknya menjadi lebih tegap. Senyuman manisnya sudah hilang. Tatapannya berubah menjadi datar. Ia sepertinya sudah mengetahui arah pembicaraanku.

"Apakah kita sedang membahas perubahan sikapmu akhir-akhir ini?"

Aku mengangguk pelan. Tidak berani membalas tatapannya. Tidak berani melihat perubahan emosi yang terlihat di bola matanya. Tidak berani melihat pergerakan jari-jari lentiknya yang sedang memainkan ujung lengan pakaian hangatnya.

"Aku kira perubahan itu hanya sementara. Aku tahu kau sedang sibuk dengan pekerjaanmu dan begitu juga aku. Jadi tidak ada masalah kan?"

Wonwoo menggenggam tanganku yang berada di atas meja. Ia menggenggamnya dengan lembut dan hangat. Ia berusaha mencari tatapanku yang masih belum menatap balik ke arahnya.

"Tidak Won, ada yang salah. Ada yang salah pada diriku."

Aku tidak berani untuk menggenggam balik genggaman hangatnya. Takut genggaman tanganku tidak sehangat genggaman tangannya. Aku tidak ingin mengecewakannya.

"Aku kira juga pada awalnya perasaan ini hanya sementara karena aku sedang jenuh pada pekerjaanku dan segala rutinitasnya."

Pada akhirnya arah pandangku bersiborok dengan arah pandangnya. Aku bisa melihat dengan jelas perubahan air muka di wajahnya. Aku tahu perkataanku selanjutnya pasti akan membuat perasaannya sakit. Walaupun begitu aku berusaha merangkai kata-kata yang tidak terlalu menyakitinya.

"Tetapi perasaan ini bertahan selama beberapa bulan hingga sekarang, Won. Aku tidak mau menyakitimu makanya aku baru bisa mengatakannya sekarang."

"Tidak Gyu. Jangan katakan."

Aku bisa melihat bulir air mata itu mendesak keluar dari pelupuk matanya. Wonwoo menundukkan kepalanya. Ia tidak ingin aku melihat emosinya yang tidak bisa ia kontrol pada wajahnya. Aku tahu ini pasti berat untuknya tetapi aku tidak ingin membohonginya lebih lama lagi. Aku tidak ingin ia terjebak dalam lingkaran ilusi yang aku buat untuknya. Aku ingin menghentikan rasa sakit yang lebih besar. Rasa sakit yang akan ia rasakan jika ia terus bersamaku.

Untuk terakhir kalinya aku membalas genggaman tangannya. Sebelah tanganku yang terbebas membelai pipinya. Aku mencoba menyalurkan perasaanku kepadanya untuk terakhir kalinya. Mencoba mengurangi rasa sakit yang ia rasakan.

"Maafkan aku tetapi aku sudah tidak menyayangimu lagi Jeon Wonwoo."

Aku tahu aku bodoh. Aku tahu aku pria yang jahat. Aku tahu aku bukan kekasih yang baik untuk seorang Jeon Wonwoo yang baik hati dan lemah lembut. Walaupun Jeon Wonwoo terlihat seperti orang yang kuat, aku tahu perasaannya sangatlah rapuh. Oleh karena itu berbahagialah tanpaku, Jeon Wonwoo.

That's all. This is how I really feel.

I don't love you anymore.