Sun Shine

Chapter 1 : New Student

oOo

Kushina's POV-Start

Namaku adalah Uzumaki Kushina. Aku adalah siswi disalah satu sekolah favorit dikotaku. Konoha Gakuen. Aku duduk di kelas sebelas satu. Salah satu kelas unggulan disini.

Aku termasuk orang yang tidak suka banyak bicara—malahan tidak bicara sama sekali—. Atau mungkin kalian menyebutnya sebagai sikap pendiam. Aku memang tipe perempuan yang pendiam. Dan lebih suka berkutat dengan buku ketimbang bersosialisasi dengan sekitar. Bagiku, Buku dan pena adalah sahabatku satu-satunya disekolah.

Aku tidak mencolok disekolah—tepatnya orang bahkan tidak menyadari keberadaanku sama sekali—. Bahkan ada yang menganggap aku tidak ada. Kebanyakan berpikir, kalau aku hanyalah sebuah bangku kosong belaka.

Disekolah, aku selalu sendirian. Membaca buku dibawah rindangnya pohon tiap istirahat adalah kebiasaanku. Mungkin aneh, kalau aku mengatakan aku lebih suka sendirian. Dengan begitu, aku jauh lebih mudah memahami apa yang ditulis dibuku dan apa yang akan aku tulis. Aku memang suka menulis. Dari berbagai macam hal. Dari yang kecil atau sepele sampai yang besar. Kadang-kadang aku mengupdatenya di beberapa jejaring sosial.

Aku melalui hari demi hari dengan tenang. Tidak ada gejolak sama sekali. Datar seperti garis horizontal yang tidak berkesudahan. Aku juga berpikir kalau hari ini, aku akan melakukan kebiasaanku tanpa terganggu apa-apa.

Namun, hari ini lumayan spesial karena kelas kami kedatangan murid baru. Seisi kelas membicarakannya dengan heboh. Seperti mendapat berita adanya bom disekolah. Faktanya, ini adalah penerimaan murid baru. Dan aku menganggap itu tidak spesial sama sekali.

Orochimaru-sensei—guru fisika yang menyeramkan sekaligus aneh— masuk kekelas kami dengan wajah datar. Lelaki bermata liar itu menatap kami dengan pandangan sama datarnya dengan raut wajahnya. Sehingga membungkam mulut kami semua –tentu saja aku tidak—secara serentak. Kemudian menunjukkan senyum mengerikan-nya.

"Hari ini kelas kita kedatangan murid baru,"

Ia berujar.

"Masuklah,"

Lanjutnya sembari menoleh ke pintu.

Mata semua orang tertuju ke sosok yang melangkah masuk. Aku biasa-biasa saja. Toh, paling hanya anak sombong seperti kebanyakan Anime lainnya. Didetik selanjutnya, suara bisikan tidak jelas mulai menambah hiruk pikuk kelas kami yang memang dari awalnya riuh. Aku merasa sangat terganggu. Apa sih yang mereka lihat sampai-sampai berbisik –bahkan berteriak— seperti melihat alien Mars?

Aku dengan kasar menatap sosok yang berdiri disamping Orochimaru-sensei. Namun, luapan amarahku mereda—menghilang begitu saja—ketika melihat wajahnya.

Kushina's POV-End

oOo

Suasana di Konoha Gakuen terasa lebih ramai dari biasanya. Ini mungkin –atau lebih tepatnya memang—disebabkan oleh kedatangan siswa baru di kelas XI-1. Siapa gerangan dia? Pertanyaan yang paling mendasar. Kita akan mengetahui jawabannya sekarang.

Seorang pemuda pirang melangkahi koridor utama sekolah dengan langkah santai. Seolah-olah tidak menghiraukan pandangan atau jeritan histeris para kaum hawa ketika melihatnya melintas.

Dia menghentikan langkah kakinya di lapangan sekolah yang luas. Matanya menyapu setiap sudut dengan seksama. Hingga pandangannya terpaku pada seorang gadis.

Gadis yang duduk sendirian dibawah bayangan pohon. Menjauh dari keramaian. Gadis itu sedang membaca sebuah buku tebalnya seperti ensiklopedia—hanya terkaannya yang terlalu menghiperbola belaka—.

Kakinya melangkah kearah sang gadis yang masih berkutat dengan ribuan kata di lembar di buku itu. Tepat didepan gadis itu, dia berhenti. Dia menyatu dengan keheningan—seperti kucing yang mengintai mangsa—. Diam menunggu sang gadis untuk angkat bicara dan memperhatikannya.

Tapi, seberapa lama pun dia menunggu, sang gadis masih sibuk dengan pekerjaannya. Sampai-sampai tidak menghiraukan keberadaannya.

Sampai salah satu bukunya terjatuh tepat didepannya. Lucky! Mungkin kau sudah tahu apa yang akan terjadi. Si gadis bergerak untuk memungut bukunya, dan si laki-laki dengan cepat merampas—mengambil—buku itu terlebih dahulu.

Sang gadis mendongak kearahnya. Menyipitkan matanya yang terhalang oleh lensa kacamatanya kearahnya. Mungkin karena posisi si laki-laki membelakangi matahari, bayangan jadi menutupi wajahnya.

"Ini."

Ucapnya lalu menyodorkan buku itu pada sang empunya.

"A-Arigatou,"

Balasnya lalu secara cepat mengambil buku itu darinya.

"Boleh aku duduk disampingmu?"
Tanya sang lelaki pirang. Dan si perempuan mengangguk cepat.

Lelaki bermata biru Sapphire itu mengambil tempat disamping gadis itu. Lalu mengamati gadis itu. SECARA TERANG-TERANGAN.

"A-Apa?"
Tanya gadis itu.

"Apanya?"

"Kenapa kau menatapku begitu?"

"Tidak boleh, ya?"

"B-Bukan begitu, tapi—…"

"Kalau begitu aku tidak usah melihatmu, deh."

Potongnya cuek. Kemudian mengarahkan pandangannya kearah sebaliknya.

"J-Jangan, ka-kalau begitu, aku merasa bersalah. Aku tarik kata-kataku."

Ucapnya sembari menarik tangan lelaki itu.

"Akh, G-gomenasai!"

Serunya sembari melepas genggamannya pada tangan lelaki itu dengan wajah merah padam. Lalu pura-pura sibuk dengan bukunya.

"Kenapa minta maaf?"

"Aku menarik tanganmu barusan."

"Hah?"

"Bukan apa-apa."

Gadis itu tiba-tiba terkejut sendiri. Lalu termanggu sejenak.

"Namikaze Minato."

Ucap Minato lalu menawarkan jabatan tangan.

"E-Eh?"
"Namaku Namikaze Minato. Namamu siapa?"

"Uzumaki…Kushina. Uzumaki Kushina."

"Kita sekelas 'kan?"

"Hah?"

"Kau duduk di bangku paling ujung, 'kan?"

Tebaknya.

"D-Dari mana kau tahu?"

"Tentu saja aku tahu. Aku ada didepan kelas saat pengenalan diri."

"Maksudku… Kau benar-benar melihatku?"

Tanya Kushina ragu.

"Memangnya kenapa kalau aku melihatmu? Memangnya kau hantu?"
"B-Bodoh! Mana ada hantu didunia ini!"

'Akh, apakah aku barusan bilang bodoh padanya dengan suara kencang?'

Batinnya.

"Aku pernah melihatnya."

Ucap Minato tidak menghiraukan kalimat Kushina sebelumnya.

"Kau bercanda."

"Tidak. Sungguh! Aku melihat mereka di sekitar sekolah ini"

"Mereka?"
"Iya. Para hantu."

"Sudahlah. Mau dikatakan apapun, kau masih keras kepala."

"Memang."

"….."

Krik Krik Krik Krik

"Ah, aku tahu. Kau pasti kesal karena aku menelakkanmu 'kan? Aku tidak marah, kok. Banyak orang mengatakan hal yang sama."

"Banyak?"
"Iya. Teman-temanku mengatakannya saat aku disekolahku yang dulu."

"Apa memiliki teman itu…menyenangkan?"

Tanya gadis itu tiba-tiba.

"Eh? Tentu saja. Kau bisa berbagi apapun dengan mereka. Tentang keluh kesahmu, keinginanmu…Semua! Bisa tertawa tiada henti didekat mereka tanpa harus menjaga sikap. Memangnya kenapa? Bukankah kau punya teman?"

Tanyanya balik.

"Ah…Itu…"

"Kenapa? Temanmu mati, ya? Kalau begitu aku ikut berduka cita."

"Bukan!"

"Temanmu masuk rumah sakit? Ya sudah. Aku belikan bunga nanti."

"Bukan seperti itu tahu!"
"Temanmu hantu, ya?"

"Tidak ada hantu dimuka bumi!"

"Temanmu tergigit laba-laba radioactive ya? Kalau begitu aku mau tergigit juga!"

"Teori itu mustahil!"

"Kalau begitu, temanmu zombie, ya? Mana dia? Aku ingin bertemu dengan—"

"Aku tidak punya teman."

Sela Kushina.

Mata biru Minato terbuka lebar. Lalu dia dengan cepat pulih dari kekagetannya.
"Kenapa?"
"Mereka menganggap aku ANEH."

"Kenapa?"

"Aku mengasingkan diriku dari dunia dengan menutupi wajahku dengan buku."

"Kenapa itu aneh?"

"Karena—…Aku tidak tahu."

"Itu tidak aneh. Menurutku keren kalau punya pacar kutu buku."

"P-Pacar?"
"Bu-bukan! M-Maksudku teman wanita. K-Kau tahu… teman wanita—tapi bukan yang spesial! Cuma dalam arti teman!"

Ralat Minato terbata-bata.

"Kenapa keren? Kau mau numpang mengerjakan pr, ya?"

"Enak saja. Aku bukan tipe seperti itu, tahu. Dia mengetahui sesuatu yang aku tidak tahu. Bukannya itu keren?"

"Terdengar aneh."

"Bukan, tahu! Seperti tokoh Sorcerer di Lost Saga!"

"Lost—apa?"

"Permainan game!"

"Oh. Aku tidak tertarik dengan game."
"Itu karena kau belum mencobanya!"

" itu tidak mengubah kenyataan kalau aku tidak punya teman."

Ucap Kushina sembari tersenyum tipis.

"Aku?"

Kata Minato sembari menunjuk diri sendiri.

"Eh?"

"Kau tidak menganggap aku sahabat, ya?"

"Kita baru bertemu dua jam yang lalu."

"Tapi kita sudah kenalan!"

"Walaupun begit—!"

"Aku ingin menjadi temanmu. Boleh?"
Pinta Minato dengan senyuman termanis yang ia punya.

DEG DEG

Kushina dapat merasakan jantungnya berdetak jauh lebih cepat dari sebelumnya.

"Apa…"

"Aku ingin jadi temanmu."

"Kena—"

"Tidak ada pertanyaan lagi. Aku menginginkan jawaban."

Sela Minato santun.

Kushina menunduk. Lalu tersenyum dibalik bayangan. Didetik kemudian dia mengangkat kepala sembari menghela nafas.

"… Iya ... Aku menerimamu menjadi temanku."

oOo

TBC TO CHAPTER 2