Disclaimer: Hidekaz Himaruya.Fanfic ini dibuat untuk kesenangan dan sebagai ramblingan atas kondisi tanah air tercinta ini. Saya tidak akan naïf dengan bilang, "Tidak mengambil keuntungan apa-apa dalam pembuatan fanfic ini." Fanfic ini mengandung unsur propaganda, brain wash, mediator, sehingga jelas keuntungan dalam hal ini adalah tersebarnya data dan informasi. Perlu diketahui, tidak ada informasi fakta maupun informasi fiktif, yang ada informasi bodoh dan informasi cerdas. Informasi bodoh bisa menjadi cerdas, dan informasi cerdas bisa menjadi bodoh, tergantung kapasitas otak pembaca dalam memahaminya. Perlu diingat pula, data pada dasarnya diolah dan disajikan sesuai tendensius (subyektivitas) penulis/pengkaji/peneliti. Demikian juga dengan data yang ada dalam fanfic ini. Merupakan hasil referensi berbagai sumber yang kemudian diolah dan disajikan berdasarkan tendensisaya sebagai penulis. Yeah~ meskipun saya menyatakan diri sebagai 'Free Thinker' dan mungkin anda (pembaca fanfic ini) juga seorang Free Thinker, tapi tentunya sesama Free Thinker pun memiliki tendensi yang berbeda.
Main Cast: Indonesia. Saya nggak akan mengklaim Indonesia milik saya. Indonesia milik semua makhluk hidup yang ada dalam bentangan Sabang sampai Merauke. Kalau Indonesia sebagai Original Character dalam cerita ini, tentu saja milik saya. Singkatnya, OC!Indonesia milik saya dan seluruh rakyat Indonesia.
Other Cast: Surprise dong :P
Rate: T semi M. Dewasa ini, rakyat Indonesia dari berbagai kalangan usia, banyak yang nggak ngerti sejarah bangsa sendiri atau malah sudah menanggalkan pakaian nasionalisme dan menggantinya dengan pakaian bisnis? Melalui cerita ini, saya akan menyajikan sekelumit sejarah nasional kita serta mengembalikan nilai-nilai luhur bangsa yang semakin tergerus globalisasi. Saya merasa remaja tak perlu segan-segan membaca cerita ini, sekalipun rate-nya M dan temanya sedikit berat. Karena itulah saya melabeli rate fanfic ini T semi M.
Peringatan: Bermuatan politik, SARA, socialite+gaylite di chapter terakhir. Karakterisasi tidak luput dari ke-OOC-an, Nation-names, sekelumit sejarah, menyeret nama-nama 'orang penting'. Menerima kritik dan saran terhadap cerita, teknik penulisan, tendensius penulis, dsb. Namun saya tidak menerima kritik dan saran mengenai penggunaan cursing word. Tidak usah munafik, cursing word sudah banyak bertebaran di fanfic fandom Hetalia berbahasa Indonesia, mulai dari fvck+svck+shithole+asshole yang diimpor dari America, bastard made in South Italy, guttenvordammit khas German, bloody hell+git ala England/Britain, dan cursing word lain dari berbagai bangsa dan negara. Cursing word yang saya pakai dalam fanfic ini, produksi dalam negeri. Seharusnya, anda tidak keberatan menerima cursing word made in Indonesia, bila yang made in luar negeri aja No Problem. Intinya juga sama-sama cursing word to? Sama-sama kotor, sama-sama nggak enak dipandang :p So, bersikaplah adil dan obyektif dengan tidak mempermasalahkan 'cursing word' dalam negeri, sebagaimana anda tidak mempermasalahkan 'cursing word' luar negeri.
Selamat Membaca...
.
.
Indonesia dan Idiotnesia: Ironi Di Atas Ironi
oleh: Ra Kuti
Chapter 1: Indonesia
.
=x=x=
.
Aku baru saja beranjak dari ranjang ketika Surabaya berkelakar sambil mengucek-ngucek matanya. "Arep neng endi Indonesia?" katanya menggaruk-garuk pipinya yang tercoreng iler kering.
"Kowe po ra butuh sholat Id?"
"Neng lemari ngisor dewe kuwi lho mas!"
Ucapan Surabaya menghentikan celingukanku yang mencari handuk. Akhirnya kutemukan juga handuk bergambar ikan dan buaya itu.
"Jam piro to, saiki?" Surabaya duduk di ranjang sambil menggaruk-garuk rambutnya yang sudah acak-acakan. Maklum, ibu kota provinsi Jawa Timur itu selalu sibuk mengurus tata kotanya yang metropolitan, tak kalah dari rumah utamaku, Jakarta.
"Jam limo. Aku arep neng Aceh saiki, sholat Id neng Baiturrahman."
"Oh."
Hal yang kulihat sebelum menutup kamar mandi adalah Surabaya kembali menghempaskan tubuh maskulinnya di ranjang. Hah~ provinsi itu, selalu saja ngaret! Di samping telah bekerja keras untuk membangunku menjadi negara gemah ripah loh jinawi, tukul kang sarwa tinandur, murah kang sarwa tinuku, tata tentrem kerta rahaja.
Aku adalah personifikasi negara. Negara yang kata buku sejarah, sangat kaya dan megah. Negara subur berbudi luhur. Negara hijau asli tanpa reboisasi. Negara yang terbentang dari Merauke hingga Sabang. Indonesia. Yeah~ itulah aku.
Nama personifikasiku cukup banyak, sesuai situasi dan kondisi pada zamannya. Di zaman Majapahit atau sebelumnya, komunitas Hindu menyebut nama personifikasiku Ramandha Putra Dewangga. Sedangkan komunitas Budha menamaiku Aringga Finta Pralaga. Namun sejak Gajah Mada memperluas wilayah kekuasaan Majapahit, baik komunitas Hindu, Budha —agama yang dipeluk mayoritas rakyatku kala itu— maupun orang tak beragama sekalipun, memanggilku Nusantara.
Melalui sumpah Palapa yang menggegerkan Balai Paseban Agung, Perdana Menteri Gajah Mada mempersatukan wilayah Nusantara yang menjadi wilayah Majapahit maupun Indonesia saat ini. Yang mempersatukan Nusantara hingga menjadi Indonesia saat ini tentu saja bukan Gajah Mada, melainkan reinkarnasi Gajah Mada yakni Soekarno. Entah kenapa aku masih berkeyakinan Soekarno, bos terbaikku di era Indonesia ini, adalah reinkarnasi Perdana Menteriku di era Majapahit, Gajah Mada. Yeah~ meskipun penyatuan Nusantara oleh Soekarno tak sebesar penyatuan Nusantara oleh Gajah Mada.
Wilayah Nusantara-Majaphit yang dipersatukan Gajah Mada, meliputi wilayahku sekarang ini ditambah Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Timor Leste dan sebagian Filipina. Sedangkan wilayah Nusantara-Indonesia yang dipersatukan Soekarno—setelah dicerai berai oleh pengkhianat Majapahit tahun 1478, maupun karena dipecah belah Belanda dengan politik Devide et Impera selama masa penjajahan—hanya berupa wilayahku sekarang ini. Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Timor Leste dan Filipina menjadi negara Independent. Dan semoga saja aku tidak akan kehilangan wilayah lagi. Sejak deklarasi pendirianku sebagai negara Republik Indonesia, 67 tahun yang lalu, masalah separatisme terus menghantui.
Gerakan Aceh Merdeka atau GAM, sudah kutenangkan. Tinggal Organisasi Papua Merdeka atau OPM dan Republik Maluku Selatan atau RMS. Aku harap mereka berhenti menuntut kemerdekaan. Sungguh aku mencintai Papua, Maluku dan semua wilayahku. Aku tidak bermaksud menganaktirikan Papua, Maluku atau siapapun. Aku pun hanya negara yang tunduk pada pemerintah. Sesungguhnya, saat ini kita menghadapi masalah yang sama yakni pengkhianatan pemerintah. Ah, sepertinya aku mulai melankolis, baiklah kembali ke topik nama personifikasiku.
Ketika wali songo datang memperkenalkan islam, namaku berganti menjadi Muhammad Ilham Ramadhan. Aku menjadi mualaf memang tepat di bulan Ramadhan. Lalu saat bangsa Eropa datang dan akhirnya aku dikuasai Belanda, namaku berganti Yohannes Frans Lemos. Apa kalian ingat misi yang dibawa bangsa Eropa saat mendatangi bangsa di belahan bumi lain? Mari kuingatkan, misi kolonialisme mereka dikenal dengan sebutan 3G, Gold-Glory-Gospel. Gold adalah pencarian kekayaan, Glory pencarian kemasyuran dan Gospel penyebaran Injil alias kristenisasi.
Aku belajar ilmu ke-kristen-an di Indonesia bagian Timur, tepatnya Manukwari. Belanda yang mengetahui keterlibatanku dalam berbagai perang di Jawa, segera membuangku ke luar Jawa. Di tempat pembuangan inilah aku dibimbing ke jalan kristus. Para misionaris Eropa yang menyertai perjalanan kolonialisme memang banyak bekerja di Indonesia bagian Timur. Mau gimana lagi, Indonesia bagian Barat, yakni Sumatera, Jawa dan sebagian Kalimantan sudah diblok islam. Indonesia bagian Tengah tetap bertahan dengan Hindu, Budha, Konghucu dan kepercayaan tradisional lain yang memang banyak tersebar di Indonesia bagian Tengah seperti Bali, Kepulauan Nusa, sebagian Kalimantan, Sulawesi, dan lain-lain.
Ngomong-ngomong, aku juga pernah menjadi atheis. Antara tahun 50-60an, saat Komunisme sedang ngetren di kalangan pemerintahan dan rakyat. Saat itu, aku tidak memiliki nama personifikasi. Aku lebih dikenal dengan Indonesia. Komunisme-Sosialisme memang sangat dekat dengan Nasionalisme. Orang komunis atau sosialis memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi. Aku benar-benar dikenal sebagai Indonesia, saat komunisme menggandrungi sebagian besar rakyat. Perlu kauketahui, tidak semua komunis atheis dan tidak semua atheis komunis. Dan sesungguhnya, tidak ada hubungan antara Komunisme dan Atheisme. Jikalau Karl Max, pencetus ideologi Sosialisme-Komunisme seorang atheis, kalian tak harus mengikutinya, kan?
Kalian punya kebebasan dalam menentukan agama sesuai hati nurani, menjalankan peribadatannya dan segala hal yang berkaitan dengan keyakinan dan kepercayaan. Ingat empat dasar kebebasan Hak Asasi Manusia! Freedom of Expression: Kebebasan Berekspresi, Freedom of Speech: Kebebasan Berpendapat, Freedom of The Faith: Kebebasan Beribadah, dan terakhir Freedom of The Self-Owner: Kebebasan Kepemilikan Pribadi. Tapi tentunya kebebasan ini tidaklah mutlak. Setiap aktivitas individu atau kelompok akan dibatasi oleh aktivitas individu atau kelompok lainnya, di manapun, kapanpun dan bagaimanapun itu. Jadi, pintar-pintar membawa dan menempatkan diri saja.
Aku menjadi atheis bukan karena membenci agama, melainkan pekerjaan yang menumpuk membuatku lupa menjalankan ibadah. Akhirnya aku berkeyakinan, menghubungkan diri dengan Tuhan tidak harus melalui agama, bisa juga dengan berbuat baik untuk oranglain. Dalam hal ini, berbuat baik untuk oranglain adalah bekerja keras menafkahi rakyat. Sebab, tahun 50-60an, yang notabene tahun pasca kemerdekaan, adalah masa-masa yang sulit untuk perekonomianku. Saat itulah aku meninggalkan agama alias menjadi atheis.
"Kari cepet adosmu mas? Ados bebek kuwi!"
Surabaya cengengesan menggodaku. Kulemparkan handuk ke wajahnya yang radikalis. Maklum, anak-anak Bonek. "Kowe ra nduwe kavtan to, Sur?"
"Lha Es Be Ye po durung ngewei THR?"
"Kavtanku neng Jakarta. Aku kan keplantron turu kene."
Surabaya tersenyum mesum. Semalam seusai takbir, dia menjebakku di ranjang, sampai aku malas pulang dan akhirnya menginap di sini. Bukannya aku tak ingin berlama-lama di Surabaya, tapi aku memang sedang tour ke semua provinsiku. Sudah menjadi tradisiku, mengunjungi semua provinsi yang saat ini berjumlah 33—dan rencananya akan ada pemekaran kota, sehingga mungkin akan bertambah—setelah Upacara Proklamasi Kemerdekaan, 17 Agustus kemarin. Jawa Timur adalah kunjungan terakhir dalam tour ke provinsi Indonesia bagian Barat. Kunjungan ke Aceh kurencanakan bertepatan dengan Idul Fitri. Aku ingin sholat Id ke Masjid Baiturrahman. Bukannya aku tidak senang sholat Id di masjid lain. Aku hanya ingin menjaga Aceh dari provokasi Malaysia, anjing Buckingham itu.
Aceh yang menjalankan syariat islam dengan ketat, kurang menyukaiku yang terjangkit virus sepilis, alias sekulerisme-pluralisme-liberalisme. Mau bagaimana lagi, aku memang tidak mau dimonopoli satu kekuatan. Entah itu agama, ras, etnis, atau segregasi lain. Bhinneka Tunggal Ika, salah satu dari empat pilar Bangsa yang susah payah dirancang para pahlawan harus dijaga baik-baik. Jadi, jalan keluarnya ya memisahkan agama dengan urusan politik alias sekulerisme, mendukung keberagaman alias pluralisme, menjunjung tinggi kebebasan alias liberalisme. Biasanya, Malaysia akan mengompor-ngompori Aceh. Bilang kalau saat menjalankan ibadah islam aku justru berkencan dengan Belanda yang notabene Anti-Islam dan pernah membuat marah dunia islam gara-gara keterlibatan parlemen Belanda dalam pembuatan film penghinaan islam berjudul 'Fitna' tahun 2008.
Hah~ yang benar saja! Malaysia tak hanya suka memprovokasi, tapi juga mengkhayal tingkat tinggi! Sama seperti author fanfiction fandom Hetalia berbahasa Indonesia yang khayalannya di atas normal, karena suka membuatku dientotin Belanda, penjajahku sendiri. Benar-benar aneh! Penjajahan tak ubahnya pemerkosaan. Mana ada korban pemerkosaan yang jatuh cinta pada pemerkosanya? Itu hanya terjadi jika korban adalah pemuja cinta buta yang gila. Sayangnya aku bukan pemuja cinta buta, dan aku juga masih cukup waras. Karena itulah, aku tidak suka dipasangkan dengan Belanda. Kalau Malaysia dan author fanfiction fandom Hetalia berbahasa Indonesia, suka memasangkanku dengan Belanda, itu mungkin kenyataannya mereka pemuja cinta buta yang gila, atau pengusung ideologi Lebayisme-Khayalisme.
Yang paling parah adalah Malaysia. Banyak rakyat Malaysia yang menyatakan bangga dijajah Inggris, hanya karena negara yang dijajah Inggris bisa maju dan disegani dunia. Contohnya Amerika, dan yang terbaru adalah India. Benar-benar bodoh orang yang berpendapat seperti ini. Di mana-mana yang namanya penjajahan selalu menyengsarakan! Lagipula, kalau bertanya kebiadaban penjajahan Inggris sih, jangan pada Amerika. Sebab pada dasarnya, Amerika dan Inggris adalah sebangsa. Amerika memisahkan diri dari kekuasaan Inggris bukan karena merasa menderita oleh penjajahan Inggris! Tapi karena keinginan menguasai benua Amerika tanpa menyetor poundsterling ke dompet ratu British.
Kalaupun menderita, yang paling menderita adalah bangsa kulit hitam, Indian-Afrika. Bukanlah bangsa kulit putih, Anglo Saxoni-Yahudi, yang saat ini mendominasi pemerintahan, perekonomian maupun demografi Amerika. Mereka sejatinya adalah bangsa pendatang yang digiring Christoper Colombus, dan tak jarang mereka bentrok dengan bangsa kulit hitam, yang lebih dahulu menempati benua Atlantis tersebut. Selama masa kolonialisasi maupun setelah dideklarasikannya negara Amerika 4 Juli 1776, bangsa kulit hitam mengalami distorsi dan diskriminasi yang cukup parah. Politik Aphartheid tak hanya berlaku di Afrika Selatan, justru Amerika lah gudang kejahatan rasisme ini.
Jadi, kepada siapakah harus bertanya tentang kebiadaban penjajahan Inggris? Kalau bertanya pada Malaysia sih, kau akan memperoleh jawaban bahlul bin cinta buta bin gila! Bertanyalah pada India, kau pasti akan memperoleh jawaban cerdas. India pasti dengan senang hati membeberkan sejarah pembantaian Amritsar, pembuangan bangsa Indian ke Afrika Selatan, diskriminasi warna kulit, penyalahgunaan sistem kasta yang membingungkan, penumpasan pemberontakan Rani Lakhsmi Bai, Ranjit Singh, Swami Vivekananda dan heroik-heroik lain yang tak pernah dilupakan India. Kau juga tidak akan terkena virus cinta buta bin gila saat ngobrol dengan India perihal penjajahan, karena dia pasti akan menolak habis-habisan segala bentuk penjajahan. Apalagi kalau Jawaharlal Nehru dan Soekarno bertemu di meja Gerakan Non Blok. Aku dan dia bisa berjam-jam mengutuki penjajahan bangsa Barat. Aku bisa jamin, India akan lebih senang menceritakan dirinya sendiri yang sedang meraih kejayaan ekonomi, lalu keluarganya BRICs, suaminya Rusia serta isteri tuanya, China, kekasih hot-nya Iran dan Israel dan tentu saja adiknya Pakistan yang mengaku benci tapi senang menggauli. Kalau Malaysia sih, dia tidak menolak penjajahan Inggris. Sekarang ini pun dia masih setia menjadi anjing Buckingham. Benar-benar pemuja cinta buta yang 3G, Gila-Gemblung-Goblok. Aceh harus dijaga dari Malingsial 3G itu. Sebab, motivasi utama GAM selama ini adalah masalah agama. Aku tidak mau hubunganku dengan Aceh yang mulai harmonis, rusak karena provokasi pihak luar yang tidak menyukai rekonsiliasi itu.
Aku sangat bersyukur Hari Kemerdekaanku tahun ini berada di bulan Ramadhan yang penuh berkah. Lalu, Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada hari minggu ini—berdasarkan keputusan pemerintah—merupakan Hari yang kudus. Setelah ke Aceh, aku akan melanjutkan tour ke provinsi Indonesia tengah dan Timur. Ke Maluku nanti, aku akan menunjukkan keindahan suaraku—oke, aku memang narsis—dalam menyanyikan kidung suci di hadapan laskar kristus di sana. Rencananya sih aku mau sembahyang ke Gereja Jayapura, tapi kurasa Papua masih ngambek padaku mengenai Freeport. Saat ke Bali nanti, aku akan mengabari sesuatu yang sangat penting untuk seluruh rakyat Indonesia.
Ah, sepertinya Bali kunjungan terakhir sajalah. Nggak enak kalau ke Bali hanya menyampaikan berita saja, aku harus membantu Bali membuat Canang, Daksina dan Penjor. Meskipun Hari Raya Galungan masih 10 hari lagi, tapi akhir-akhir ini Bali disibukkan membuat bebantenan. Mungkin para pemangku adat ingin mengingatkan Bali mengenai cara membuat Banten. Maklum, Bali selalu disibukkan dengan kegiatan memandu wisatawan—dan semua itu demi mempromosikan budayaku—sehingga tak punya waktu mengurusi bebantenan.
Itulah keragaman masyarakat yang kumiliki. Dan bila ada yang tidak kusebutkan, bukan berarti aku melupakan mereka. Hanya saja, aku harus menghemat waktu dan hei~ aku sedang berpakaian sekarang ini! Kalian tidak akan mempersulitku dengan memaksaku menceritakan semua yang ada pada seorang Indonesia kan? Ah~ si Calvin Klein pake kekecilan lagi! Ini Surabaya yang lupa ukuranku atau barangku yang tambah gede?
Sewaktu diperintah Soekarno, aku sering pergi ke Mak Erot untuk... yeah~ kalian tahu sendiri kan untuk apa kalau ke Mak Erot itu! Bosku yang satu itu memang selalu berapi-api dalam menata keperkasaannya sebagai pria nomor satu di Nusantara maupun keperkasaanku sebagai negara yang ingin dijadikannya nomor satu di dunia. Karena itulah kami bersama-sama pergi ke Mak Erot untuk meminta 'wejangan'. Hasilnya? Kami menjadi entitas gagah perkasa dan disegani dunia! Soekarno, keperkasaannya sebagai manusia berjenis kelamin pria, terbukti dengan banyaknya isteri yang dikoleksi—kalau tidak salah sih enam. Dan aku sendiri, keperkasaanku sebagai negara dengan personifikasi berjenis kelamin pria terbukti dengan kekuatan militerku yang menduduki peringkat empat dunia. Bayangkan, kekuatan militerku bersanding dengan Amerika, Uni Soviet dan Inggris! Lupakan China, Jepang, India yang tidak ada apa-apanya kala itu! Terima kasih untuk Mak Erot yang telah memberikan sumbangsihnya dalam memperkasa Indonesia beserta rakyatnya.
Lalu pada 2012 ini? Tak beda jauh dengan era 60an, Amerika tetap menjadi jawara, dengan Uni Soviet yang kini menjadi Rusia, tetap menempel ketat di belakangnya. Inggris turun ke peringkat lima. Dan tahukah, siapa peringkat tiga dan peringkat empat alias penggantiku? Sekarang aku menyuruh kalian mengingat negara yang dulu tak ada apa-apanya! Yeah, tidak salah lagi, China lah yang menempati peringkat tiga dan India lah yang menggantikan posisiku. Lalu aku sendiri? Terlempar ke peringkat 16! Hah Asem! Jancok jaran sak dokare! Mak Erot, aku butuh bantuanmuuu~
Oke, aku memang suka mengeluh dan semua itu karena tertular bosku yang sekarang ini, Susilo Bambang Yudhoyono. Tiap kali mengamati isu geopolitik, bosku yang juga teman baik bos Amerika itu, selalu menanggapi hanya dengan tiga kata, "Saya Turut Prihatin." Dan tiap kali beliau mengeluh padaku, aku pun menanggapinya sama, "Saya Turut Prihatin." Dan sekarang, saat aku mengeluh, kuharap kalian menjadi warga negara yang baik dengan menuruti negara maupun pemerintahannya, yakni menanggapi, "Saya Turut Prihatin." Gampang to? Hehe... Ya sudahlah yang penting aku ganteng sekarang ini.
"Ngono kuwi luwih ganteng!"
Tuh kan~ Surabaya saja mengakui kegantenganku yang sebelas dua belas dengan artis Anjasmara. Apalagi dengan pakaian koko yang dibelikan Surabaya, dan beberapa minggu lalu sudah akan diantar ke Jakarta. Tapi, berhubung aku yang kesini, diurungkannya niat itu. Sebenarnya, aku sudah menyiapkan kavtan untuk Sholat Id bersama Aceh. Kavtan adalah pakaian islam ala Timur Tengah. Gaya-gaya Aceh saat ini memang sudah ke-Arab-an dan dia berharap sekali aku akan mencontohnya. Aku sih nggak keberatan mencontoh budaya apa saja. Asal bisa diterima dengan akal sehat, sesuai dengan budayaku, menguntungkan serta memuaskan rakyat. Bukankah tugas negara memang menyenangkan rakyat? Yeah~ meskipun pada prakteknya, masih banyak sekali kesalahan yang kulakukan, yang membuat rakyat sebal dan kesal. Seperti saat ini. Mungkin Aceh akan kesal, melihat penampilanku yang hanya pakai baju koko ini. Tapi kurasa, ia akan lebih kesal kalau aku datang terlambat.
"Aku budhal Sur. Jogo lan urmati rakyat. Jok karepe dewe, jok anarkis, jok korupsi."
Surabaya hanya tersenyum mendengar wejanganku. Ia bangkit, masih dengan tubuh telanjangnya yang semalam membuatku menggelapar seperti ikan ketangkap nelayan Danau Toba di sinema-sinema misteri dua dunia, misteri beranak dalam kubur, misteri malam Jumat Kliwon, misteri pasar malam dan misteri-misteri lain yang hanya di temukan di Indonesia dan selalu diklaim Malaysia. Seperti biasa, Surabaya menawan bibirku dengan kecupan-kecupan liar, "Jangan khawatir. Aku akan melakukan apapun yang terbaik untuk Indonesiaku tercinta," dan kami saling berbagi rasa dalam kuluman hangat. Rasa cinta tanah air.
TBC
Catatan:
Saya hanya bisa ngakak, membaca berbagai review yang bersarang di fanfic saya, khusus fandom Hetalia. Sebelumnya, saya ucapkan terima kasih kepada siapapun yang telah membaca me-review, menyukai dan menge-fave cerita saya. Jangan kapok menyarangkan review anda di cerita-cerita saya. Saya nggak akan mengabaikan setiap kata yang kalian layangkan. Oke deh mari kita mulai membahas balasan review.
Ada yang bilang saya tolol karena membuat fanfic yang terlalu serius. Well itu 'terserah anda' mau bilang saya apa. Dan kalau saya bilang anda konyol karena berpendapat seperti itu, harap memaklumi hal ini sebagai bentuk 'terserah saya'. Hidup itu memang terserah yang menjalaninya kan? Saya akan tanya kepada anda, apakah anda tahu media? Anda tahu fungsi media? Saya jelaskan sedikit tentang media. Media secara universal adalah sebuah jembatan informasi yang bisa diakses masyarakat untuk memenuhi kebutuhan intelektualitas-nya. Anda tahu kan kalau situs ini termasuk media, yakni media online? Lalu, anda tahu nggak fungsi media? Saya kasih tahu lagi, media nggak hanya berfungsi sebagai jembatan informasi tapi juga sebagai public watch the dog, alat pemersatu, propaganda, wahana pendidikan dan hiburan, dll. So, sebagai media, nggak hanya berfungsi sebagai hiburan (yang notabene untuk senang-senang) tapi juga lain-lainnya, termasuk jembatan informasi (yang notabene untuk serius-seriusan). Apalagi kalau maennya di Fandom Hetalia, yang notabene tentang negara! Sudah sewajarnya kalau ceritanya serius-serius.
Lagipula, tidakkah anda merasa naïf dan munafik menyatakan fanfic saya terlalu serius? Banyak fanfic serius di fandom Hetalia, contohnya fanfic sejarah penjajahan Belanda di Indonesia yang seabrek-abrek. Saya lihat di review fanfic-fanfic itu, nggak ada yang mempermasalahkan betapa terlalu seriusnya fanfic Historical itu. Lalu, kenapa anda mempermasalahkan fanfic saya terlalu serius? Padahal tidak sepenuhnya historical. Kalau anda perhatikan dengan seksama, fanfic saya memiliki nilai moral yang bisa diserap dalam kehidupan sehari-hari, misalnya globalisasi yang melunturkan budaya serta bahasa Indonesia, tata krama pergaulan antarnegara, perlunya memangkas budaya cinta buta yang gila+galau, dan informasi-informasi tentang apa yang terjadi di dunia dewasa ini. Tapi karena anda terlalu reaksioner mengenai interpretasi saya terhadap pasangan NetherNesia, jadinya anda melupakan esensi fanfic saya. Hanya karena saya berusaha mengeliminasi pasangan Netherlands dan Indonesia dengan menyajikan fakta-fakta pendukung, anda segera bereaksi dengan menyatakan fanfic saya terlalu serius dan saya tidak bisa membedakan fiksi dan fakta. Well, kalau begitu, anda telah melupakan esensi animanga Hetalia Axis Power.
Hetalia Axis Power adalah animanga yang mem-personifikasi-kan dan mem-parodi-kan negara. Tuan Hidekaz Himaruya membuat animanga Hetalia Axis Power untuk memperkenalkan karakter negara-negara di dunia versi dia. Dia nggak bermaksud membuat cerita ngentot-mengentot antar negara. Kalau pun ada cerita ngentot-mengentot antarnegara, itu hanya hints yang ditangkap fans yang kemudian berimajinasi, dan akhirnya jadilah FANWORKS berupa Fanart, fanvid, fanfic, fanservice, cosplay, dll! Saya akan berbicara fanfic di sini. Tidak seperti kebanyakan fanfic Hetalia berbahasa Indonesia dan ber-karakter-kan OC!Indonesia yang mayoritas hanya menonjolkan cerita ngentot-mengentot pasangan BelandaXIndonesia, fanfic saya memang dibuat untuk menonjolkan karakterisasi Indonesia.
YANG NAMANYA FANFIC TERSERAH IMAJINASI AUTHOR, SELAKU FANS MAU NGEBIKIN CERITA DAN KARAKTERNYA KAYAK APA. Well, saya menyadari sekali hal ini, tapi harap ditinjau kembali: HETALIA AXIS POWER TIDAK SEPERTI FANDOM PADA UMUMNYA! HETALIA AXIS POWER ANIMANGA YANG ISTIMEWA KARENA SATU-SATUNYA ANIMANGA YANG TOKOHNYA TIDAK MURNI HASIL IMAJINASI HIDEKAZ HIMARUYA, SELAKU CREATOR. HETALIA AXIS POWER ANIMANGA YANG TOKOHNYA NEGARA, YANG NOTABENE SUDAH MENJADI REALITY. Jadi, anda selaku fans nggak bisa sembarangan 'memperlakonkan' negara. Paling tidak, anda mengerti tentang negara yang anda lakonkan tersebut. Hidekaz Himaruya saja nggak sembarangan membuat karakter, sekalipun genre Hetalia hanyalah Humor, Parody dan POLITIC. Beliau harus mengenal dan mengerti betul negara-negara yang akan di-karakter-kan. Karena itulah ia bisa membuat spesifik setiap karakter. Misalnya: Spesifik karakter Jerman tegas, serius, dll. Itu karena faktanya, negara Jerman (baik di Perang Dunia I maupun II yang merupakan setting prioritas animanga Hetalia) memang demikian kan? Lihat Hitler yang tegas dan keras! Lihat Angela Merkel (kanselir Jerman) yang seriously! Lalu Italia yang di-karakter-kan ceria, ceroboh, cengeng. Itu karena faktanya, negara Italia nggak jauh-jauh dari sifat itu kan? Lihat Valentino Rossi yang ceria! Lihat Silvio Berlusconi (mantan PM Italia) yang dikatakan Wikileaks (situs yang membocorkan kawat diplomatik Amerika) lemah, tidak efektif, sia-sia! Serta karakter lain yang oleh tuan Hidekaz dikarakterkan nyrempet-nyrempet dengan fakta.
Melihat kehati-hatian tuan Hidekaz dalam membentuk karakterisasi Hetalia, anda sebagai fans yang hanya meminjam karakter tuan Hidekaz, harusnya lebih berhati-hati lagi! Hanya karena karakter Indonesia belum official, jangan lantas dibikin main-main! Btw, justru karena Indonesia belum official inilah saya begitu getol mengkritik, bahkan ngeflame fanfic yang memperlakonkan Indonesia dengan main-main alias dibuat ngentot-ngentotan dengan Belanda. Sebab, Hidekaz Himaruya sendiri belum menentukan seperti apa karakter Indonesia. Dan kalau anda terus-terusan mengkhayal vagina atau anus Indonesia akan ditusuk penis Belanda, itu sangat aneh dan unbelieved bangetngetngetnget! Sebab sekarang ini memang bukan zamannya penjajahan! Coba kembalikan pada diri anda, anda tidur di jalanan mengangkangkan kedua kaki dan memamerkan vagina atau anus anda! Nggak akan ada bule—apalagi Belanda—yang akan menusukkan penisnya ke vagina atau anus anda, sekalipun itu di tempat rame dan memungkinkan adanya bule-bule!
Alangkah baiknya kalau author maupun pecinta fanfiksi fandom Hetalia khususnya pair NetherNesia berhenti mengkhayal tingkat tinggi dan mulailah berpikir realistis! Janganlah terlalu terpaku masa lalu dengan membuat fiksi yang ngalor-ngidol mengulik penjajahan Belanda di Indonesia! Apalagi meng-Alternate Universal-kan dengan masa sekarang. Huft, saya bener-bener nggak bisa membayangkan! Sebaiknya kalau vagina atau anus anda ingin ditusuk penis bule Belanda, samperin aja ke Belanda! Jangan hanya bermasturbasi dan akhirnya lahirlah fanfic-fanfic NetherNesia ngentot, sebagai buah imajinasi anda membayangkan ditusuk penis bule Belanda.
Lagipula, betapa kege'erannya, anda yang begitu yakin Indonesia akan memiliki banyak hints untuk dipasangkan dengan Belanda? Emang Hidekaz ngebikin gitu nantinya? Berpikir ngeluarin official Indonesia aja belum, buktinya dari dulu nggak keluar-keluar! Padahal faktanya, Indonesia lumayan terkenal, yakni sebagai pemimpin ASEAN, pendiri Gerakan Non Blok, satu-satunya ASEAN yang masuk G-20, satu-satunya negara yang pernah keluar PBB lalu masuk lagi. Seychelles, Latvia, Belarus yang KENYATAANNYA nggak terlalu terkenal (setidaknya dibanding Indonesia) aja udah official! Kalau emang Indonesia nantinya bakal panen hints pairing dengan Belanda sih syukur, karena imajinasi anda kesampaian! Tapi kalau enggak? MALU DONG! Udah bikin fanficnya seabrek tapi ternyata bertepuk sebelah tangan!
Kenapa nggak bikin fanfic Indonesia murni, tanpa embel-embel pasangan? Bukankah begitu banyak cerita tentang tanah air kita ini yang sangat menarik untuk diceritakan, entah itu manisnya atau pahitnya? Ataukah anda tidak tahu kejadian di sekeliling anda sendiri? Kalau begitu, tidak salah saya menyatakan anda seorang pengkhayal tingkat tinggi! FIKSI PADA DASARNYA MEMANG CERITA KHAYALAN/IMAJINASI. Oke, saya setuju dengan pernyataan ini. Akan tetapi, sekali lagi harap perhatikan esensi sebuah animanga bernama Hetalia Axis Power. Saya tidak akan jemu-jemu mengingatkan bahwa, Hetalia Axis Power adalah animanga yang istimewa. Tokohnya bukan sekedar fiksi belaka. Sang tokoh merepresentasikan, mempersonifikasikan, memparodikan negara. Dan seperti yang anda ketahui, negara bukanlah fiksi tapi fakta! Mau tidak mau pembacanya membayangkan negara yang bersangkutan. Inilah yang namanya fiksi realistis. Fiksi yang begini HANYA ADA DALAM HETALIA AXIS POWER. Jadi, seharusnya fan-fiksi Hetalia Axis Power pun realistis. Kalau nggak realistis itu yang bermasalah adalah authornya. Authornya pasti utopis (irasional). Dan saya yang seorang realistis (rasional) ini sudah pasti akan bersinggungan dengan para utopis. Tapi saya nggak peduli, saya akan terus menyebarkan ideologi saya *halah*
Menurut saya, fandom Hetalia yang special ini memang harus berideologi realism. Kalau fanfiksi fandom Hetalia (bahkan yang sudah CANON sekalipun) ternyata isinya cerita-cerita khayalan, ya nggak ada yang special dari fandom ini! Alias sama aja kayak fandom-fandom lainnya yang memang aslinya fiksi bukan fiksi-fakta macam Hetalia! TAPI, AUTHOR FANFIKSI LUAR NEGERI MEMBUAT CERITA-CERITA KHAYALAN JUGA TUH! Well, itu karena official negara mereka sudah keluar dan diketahui publik! Sedangkan Indonesia belum keluar, dan saya kurang setuju kalau Indonesia diketahui publik sebagai kekasih Belanda atau negara bispak yang suka dientotin.
Punya sejarah dengan Belanda sih punya, tapi ya nggak usah dijunjung tinggi dengan berlebihan kali! Lihat fanfic Hetalia dengan karakter India! Author India juga suka mengkhayal. Mereka pasti juga tahu sejarah penjajahan Inggris di India selama 200 tahun dan sebelumnya juga diperebutkan banyak negara. Mirip-mirip Indonesia lah sejarahnya. Akan tetapi, mereka nggak berlebihan membuat fanfic InggrisXIndia seabrek-abrek! Justru yang berpair InggrisXIndia hanya beberapa, kebanyakan tidak dipasangkan atau dipasangkan variatif.
Lagipula, apakah segitu gatelnya anda ingin memasangkan Indonesia dengan Belanda? Inilah yang saya katakan fanfic berkarakterkan Indonesia di fandom Hetalia berbahasa Indonesia kebanyakan ngentot. Soalnya ya itu tadi, kebanyakan dipasang-pasangkan dengan banyak negara dan dilakonkan dengan sangat tidak jelas. Hubungan dalam negeri Indonesia aja udah dilematis, sempat-sempatnya ngentot dengan negara lain? Hahaha... ada-ada aja! :D Sabar aja deh nunggu keputusan tuan Hidekaz. Tentunya sambil berdoa agar Tuhan mengabulkan keinginan anda melihat pasangan IndonesiaXBelanda. Tenang aja, saya juga berharap paling tidak ada sedikit hints mereka. Apakah anda mau bilang saya munafik? Jangan salah, saya hanya kasihan dengan anda-anda yang sudah memenuhi archive fandom Hetalia berbahasa Indonesia dengan fanfic NetherNesia. Apa jadinya kalau fanfic NetherNesia seabrek itu, yang walau sudah dilabeli CANON tapi ternyata dalam animanganya nggak CANON sama sekali? MEMALUKAN!
Dalam hal membuat fanfic, author Indonesia fandom Hetalia kalah dengan author Malaysia, yang nggak terlalu berlebihan menonjolkan kebersamaan Malaysia dengan Inggris, penjajahnya. Nggak kayak author Indonesia yang tetap terpaku NetherNesia, hanya karena Netherlands penjajah Indonesia. Lihat aja archive Hetalia berbahasa Indonesia! Busyet dah, NetherNesia berjejalan nggak karuan. Bahkan archive fanfic berkarakter Netherlands kebanyakan bikinan author Indonesia dengan pair NetherNesia tentunya. Hahaha... padahal author Netherlands belum tentu kenal negara Indonesia, apalagi berpikir memasangkan negaranya dengan Indonesia. Busyet, kegatelan banget kesannya Indonesia :P
Itu karena authornya yang gatel atau emang Indonesia negara gatel? Well, saya pikir authornya yang gatel. Indonesia hanyalah entitas, dan author adalah personalitas. Kalau orangnya gatel, Indonesia ya akan ikut kegatelan. Ah, sepertinya saya sudah terlalu lama menikmati Freedom of Speech. Oke deh, intinya fanfic-fanfic saya yang berkarakterkan Indonesia, nggak akan ngentot. Kalau pun ngentot, saya jamin Not for feel, just for fun!
Lalu, ada yang bilang, "Hari gini bashing negara orang? Please deh~" Hahaha... saya ngakak dengan review ini. Saya tanya, "Anda hidup di zaman apa?" Please deh~ hari gini udah biasa kali, ngebashing negara orang! Pernah liat demonstrasi menentang ini itu? Pernah liat bendera Amerika dan Israel dibakar, sekalipun sedang berdemo di Indonesia? Jangankan Belanda, Amerika, Israel, Indonesia saja kalau anda mau, bisa anda bashing sesuka anda! Dan bukankah ngebuat fiksi di mana Indonesia dientotin banyak negara bak pelacur ulung itu salah satu bentuk bashing negara? Please deh, nggak usah bilang 'wow' gitu!
Satu lagi, mungkin ada yang bertanya, mengapa saya nggak suka pasangan NetherNesia tapi tetep baca fanficnya. Well, ini adalah salah satu pertanyaan yang cukup naïf. Tahu properties cerita di FFN kan? Tanpa susah-susah membuka halaman cerita, liat di summary, bahasa, genre, rate, karakter, review page, udah bisa nerawang fanfic itu isinya apa. Jadi nggak usah konyol deh, berpikir saya bakal ngebaca fanfic yang jelas-jelas nggak saya suka. Saya sebagai reader sangat menghormati jargon DON'T LIKE DON'T READ yang di ultimatumkan oleh author. Kalaupun membuka, itu hanya untuk review. Kenapa saya suka mereview fanfic yang nggak dibaca, terlebih nggak disuka? Anggap aja Freedom of Speech. Lagipula, review nggak hanya tentang pujian aja kan? Saya nggak akan segan-segan memuji, bila fanfic itu memang bagus menurut standart saya. Tapi saya juga nggak akan segan-segan mengkritik-saran-flame, bila fanfic itu lebay menurut standart saya. FFN nggak hanya diisi author tapi juga readers dan reviewer. FFN nggak menyatakan jargon 'Unleash Your Imagination' hanya berlaku untuk author. So, siapapun bebas berimajinasi tak terkecuali reviewer yang bisa berimajinasi apapun untuk menyampaikan review-nya.
Saya berniat mereformasi fandom Hetalia berbahasa Indonesia, khususnya pair yang ada Indonesianya, yang mayoritas bercerita tentang ngentot-mengentot. Perlu bagi pecinta fanfiksi Hetalia berbahasa Indonesia untuk membuat/membaca cerita yang nggak hanya masuk selakangan aja, tapi juga masuk di akal+otak! Saya yang seorang realistis ini, sangat menyukai cerita yang masuk di akal+otak. Jika anda ditinggalkan pembaca karena membuat cerita yang lebih banyak masuk akal+otak daripada masuk selakangan, PM saya saja! Saya akan menjadi pembaca setia+kritis bagi cerita anda. Tenang aja, saya nggak akan terlalu jauh mengkritisi tendensi (pendapat) anda mengenai suatu isu. Ingat 'Suatu Isu'! Bukan suatu pair atau apalah yang sering diperdebatkan anak-anak. Jujur, saya kurang suka memperdebatkan suatu pair. Ini kekanak-kanakan dan membuat saya berpikir, "Apa gue lagi berhadapan ama anak kecil yang minta digantikan popoknya?"
Anw, balasan review saya kok panjang amat ya? Lebih panjang dari ceritanya, hehe... Tapi kayaknya biasa aja deh. Saya sering melihat balasan review yang cukup panjang di fanfic-fanfic lainnya. Yeah~ meskipun masih panjang punya saya sih. Abisnya mau membalas review via PM, pada nggak login review-nya. Perasaan dulu ada alat pengontrol review non-login deh, kok sekarang nggak ada ya? Ya sudahlah, silakan sampaikan kritik dan saran anda. Saya memperlakukan Freedom of Speech nggak hanya untuk diri saya sendiri, tapi untuk oranglain. Hanya saja, saya biasa menawarkan aturan main dalam memerdekakan kebebasan berpendapat. So, review-lah sesuai aturan main saya. Atau mau melanjutkan membaca chapter 2 dulu? Klik Next untuk melanjutkan membaca chapter selanjutnya. Klik Back untuk meninggalkan halaman ini. Dan klik review untuk menyampaikan kritik dan saran anda. Terimakasih.
