Dorkyeol proudly present
.
.
.
Can I?
Main Cast : Jung Daehyun x Yoo Youngjae
aka DaeJae
rated : M
disclaimer : semua cast milik Tuhan, Orang tua, TS ent. Kecuali Daehyun punya saya *digorok*
warning! Yaoi, Boys Love,
Don't Like Don't Read. Thx
.
.
.
Kini Youngjae paham kenapa pribahasa don't judge a book by its cover itu di ciptakan. Jangan sekali-sekali menilai orang dari luarnya. Termasuk Daehyun.
.
.
.
"wassup Youngjae –ya!"
Lelaki yang dipanggil namanya itu mendengus kesal. Sedikit terganggu dengan kedatangan teman baiknya.
"bisakah kau sedikit lebih tenang?" protesnya. "ini perpustakaan"
Cengiran lebar disertai mata yang menyipit menghiasi wajah lelaki yang ditegur tersebut.
"maaf-maaf. Aku hanya terlalu bersemangat bertemu denganmu setelah kau sakit beberapa minggu ini" lelaki yang diketahu bernama Jaebum itu menaruh tasnya diatas meja.
"ya. Dan aku harus mengejar semua tugas –tugasku yang tertinggal. Menyebalkan." Youngjae mengetuk pelan pena yang sedang ia pegang ke kepalanya.
Sedangkan Jaebum hanya membisikkan kata 'semangat' dengan sangat pelan. Mencoba menghibur sang sahabat karibnya sejak sekolah dasar dulu.
"yasudah kalau begitu cepat kerjakan tugasmu. Aku mau numpang tidur disini"
Jaebum segera menelungkupkan wajahnya di meja tepat di sebelah buku –buku yang tengah dijadikan referensi tugas Youngjae.
Lagi-lagi Youngjae mendengus sebal. "cih. Disini itu tempat belajar bukan tidur"
Seketika Jaebum mengangkat kepalanya dan mengambil beberapa buku Youngjae.
"baiklah –baiklah nona cerewet. Biar kubantu kau menyelesaikan semuanya."
Senyum kemenangan terpancar di wajah manis Youngjae
Ternyata bukan hanya Jinyoung –kekasih Jaebum- saja yang bisa menjinakkan binatang buas seperti Jaebum.
Beberapa menit berlalu sembari berkutat dengan puluhan buku serta ribuan huruf, pandangan mereka teralih menuju sumber suara di saat terdengar suara pintu perpustakan terbuka, disusul dengan masuknya seorang lelaki berkulit tan dan berkacamata.
Kedua pasang bola mata itu terus mengikuti arah lelaki itu melangkah hingga ia duduk di arah kanan mereka. Tepat dua meja dari meja yang mereka tempati sekarang.
"siapa dia?" tanya Jaebum penasaran.
"kau tidak tahu?" Youngjae balik bertanya dan tentu dihadiahi gelengan pelan oleh lelaki yang duduk disebelahnya.
"dia satu tahun di atas kita. Setiap ke perpustakaan, aku pasti melihat dia berkutat dengan buku yang bahkan aku tidak mengerti isinya"
"hah? Youngjae yang cerdas ini ada saingan rupanya" candanya.
"tapi, bukankah dia terlihat cukup tampan?"
Jaebum menatapnya heran. "kenapa tidak kau pacari saja sekalian?"
Youngjae menggeleng pelan.
"kurasa dia tidak akan suka bila di ganggu. Dan dia terlihat seperti tidak berminat untuk terlibat dalam hubungan apapun. Dia seperti kutu buku."
"ya! Jangan menilai orang dari luarnya saja. Kau tahu, bisa saja dia diam di luar tapi dia luar biasa dalam hal lain." Jaebum menaik turunkan alisnya. Senyum misterius ia sunggingkan dihadapan Youngjae.
"maksudmu?"
"ya, kau tahu. Ajak saja dia ke apartemen mu. Cari tahu disana"
"kurasa kau sudah gila. Hentikan sikap mesummu itu." Youngjae memukul dahi Jaebum. "jangan sekali –sekali kau rusak Jinyoung dengan pikiranmu itu"
"kau telat selangkah Yoo Youngjae"
Youngjae yang tadinya mengalihkan pandangannya menuju tugasnya kini beralih menatap Jaebum kembali.
"jangan bilang kau.."
"bohong! Hahaha" Jaebum menjulurkan lidahnya. "aku tidak se-brengsek itu sampai merusak pikiran anak polos itu, kau tahu."
Youngjae menghela nafasnya lega. Dia bersumpah kalau Jaebum menghilangkan kepolosan Jinyoung, ia tak akan beri ampun lelaki ini.
Jaebum hanya tertawa renyah melihat tingkah sahabatnya yang panik bukan main.
"ngomong –ngomong siapa nama laki –laki itu?"
"kalau aku tidak salah, namanya Jung Dae –siapa aku lupa" Youngjae terlihat berpikir sejenak. "ah! Jung Daehyun."
"pacari saja kemudian beritahu aku apa dia bermain dengan luar biasa atau tidak"
Canda Jaebum yang dihadiahi beberapa umpatan dan pukulan kecil dari Youngjae.
.
.
.
.
Youngjae melangkahkan kakinya berat menuju perpustakaan. Tugas yang tertinggal selama ia sakit benar –benar menguras tenaganya. Ini sudah hari ke enam ia menghabiskan waktu kosongnya di perpustakaan demi nilainya yang kosong.
Sial juga dirinya. Kenapa harus sakit disaat banyak mata kuliah yang mengadakan kuis.
Ia membuka pintu perpustakaan perlahan agar tak mengganggu ketenangan di dalam dan melihat sekeliling.
'tumben sekali tidak ada Daehyun disini' pikirnya.
Bukan tanpa alasan berhari –hari ia mengerjakan tugas di perpustakaan kampusnya. Satu –satunya alasan yang membuat Youngjae betah berjam –jam di perpustakaan adalah sosok lelaki itu, Jung Daehyun.
Padahal sebenarnya, Youngjae itu paling anti dengan yang namanya perpustakaan kampus. Ia lebih memilih mengerjakan tugas di perpustakaan kota saja.
Tapi kembali lagi ke alasan yang tadi, ia suka memandang wajah Jung Daehyun di kala lelaki itu tengah berkonsentrasi membaca bukunya.
Namun sekarang ia tidak ada disini. Sedikit kecewa, namun apa daya. Demi tugas dan nilai, Youngjae rela menghabiskan sisa harinya di perpustakaan.
Ia meletakkan tasnya di salah satu meja dan berjalan menuju rak –rak buku untuk referensi tugas mata kuliahnya kali ini. Sampai akhirnya ia menemukan buku yang ia cari tersusun manis di rak paling atas.
"sial. Kemarin tidak setinggi ini"
Youngjae mencoba menggapai buku itu meski hasilnya sia-sia.
"siapa sih yang menaruh buku setinggi ini" gerutunya lagi sembari terus menjulurkan tanggannya ke rak paling atas hingga akhirnya sebuah tangan mengambil buku itu.
"hey itu milikku!" Youngjae berbalik untuk melihat siapa manusia kurang ajar yang bisa dengan mudah menggapai buku itu bahkan di rak yang paling atas.
"maaf. Aku hanya ingin membantumu mengambilkannya."
Youngjae tersentak. Hampir tersedak permen yang tengah berada di mulutnya.
"Dae –Daehyun –ssi."
Lelaki itu hanya tersenyum kecil dan menyodorkan buku itu kepada Youngjae.
Masih dengan tatapan kebingungan, buku itu kini beralih ke tangan Youngjae. Sekali lagi Daehyun hanya tersenyum kemudian berlalu meninggalkan Youngjae yang mematung.
"Oh Tuhan bahkan suaranya seindah orangnya"
Youngjae menggenggam erat buku di tangannya dan menatap punggung Daehyun yang berlalu menuju salah satu kursi di perpustakaan.
Ia segera menggeleng –gelengkan kepalanya cepat, membawa kembali dirinya ke alam nyata.
Ia kemudian bergegas menuju kursinya tak jauh dari tempat dimana Daehyun sedang berkutat dengan buku bacaannya. Alasannya tetap sama, agar ia bisa menghilangkan penatnya dengan memandang sosok itu.
"ayo fokus Yoo Youngjae."
Youngjae mencoba memusatkan perhatiannya pada kertas –kertas dan buku tugasnya. Tapi matanya terus bergerak melirik lelaki itu. Siapa lagi kalau bukan Jung Daehyun.
Sesekali ia memukul pipinya sendiri. Mencoba menghilangkan semua delusi yang terlintas di kepalanya. Ia terus mencoba fokus. Tapi nihil. Mata dan pikirannya sudah tertuju pada satu objek.
Jung Daehyun dan semua pesonanya.
"kurasa aku benar –benar menyukai dia"
Ia meletakkan penanya dan menunduk seraya menjambak pelan rambutnya. Pikirannya kacau balau. Di satu sisi ia harus memenuhi tugasnya, tapi di sisi lain, manusia kurang ajar itu selalu mengalihkan fokusnya.
Sedikit kesialan lagi, kenapa ia harus bertemu dan jatuh cinta pada lelaki yang bahkan tidak ia kenal.
"maaf"
Suara itu lagi
'Yoo Youngjae berhentilah berdelusi seakan –akan kau terus mendengar suaranya.' Pikir Youngjae
"Youngjae –ssi, ada yang bisa ku bantu?"
Sontak Youngjae mengangkat kepalanya untuk memastikan apa itu hanya delusinya atau tidak.
"b –bagaimana kau tahu namaku?"
Lelaki itu hanya diam dan melirik kertas –kertas tugas yang bertuliskan nama Youngjae. Ia kemudian duduk tepat di sebelah Youngjae.
"kau terlihat tidak tenang. Apa tugasnya susah?" tanya Daehyun –lelaki itu-
Youngjae mengumpat dalam pikirannya. Ia tidak tenang bukan karena tugas, tapi karena lelaki yang kini menatapnya.
Youngjae menggeleng ragu namun kemudian mengangguk. "aku hanya –um sedikit bingung dengan pertanyaan ini. Iya hehe"
Bohong. Tidak mungkin Yoo Youngjae yang dikenal cerdas bingung dengan pertanyaan sepele yang tertulis di kertas tugasnya.
"boleh kulihat? Siapa tau aku bisa membantu"
Youngjae menggeser kertas tugasnya ke arah Daehyun sembari mengangguk. Ia kemudian diam sambil memperhatikan lelaki berkacamata itu membaca kertas tugas miliknya.
Ia terus memperhatikan wajah tampan Daehyun, mulai dari mata elangnya, hidungnya, rahang tajamnya, hingga ke bibirnya.
'Ya Tuhan cobaan apa ini' gerutunya dalam hati. Ntah ia harus senang di situasi ini atau harus menghindar. Jantungnya berdegup cukup kencang. Ia khawatih Daehyun bisa mendengar detak jantungnya.
Selagi berperang melawan jantungnya, tanpa sadar seorang lelaki tersenyum –hampir tertawa dari jauh ke arahnya sambil mengabadikan momen itu dengan kamera ponselnya.
"berani juga kau Yoo Youngjae."
.
.
.
.
Seorang lelaki tampan terlihat membuka pintu kamar apartemennya, melempar tas nya ke sembarang arah dan menjatuhkan dirinya ke ranjang ukuran besar miliknya.
Ia melepaskan kaca mata yang sedari tadi pagi menghiasi wajahnya. Ia kemudian memijat pelan cuping hidungnya yang lelah.
Daehyun –lelaki tampan itu- tampak mengambil ponsel dari saku dan menatap layarnya.
10 missed call
Demi Tuhan. Ia lelah. Sangat lelah.
Hari –hari di kampus saja sudah sangat melelahkan, apalagi di tambah dengan masalah yang kini mengunjungi kehidupannya.
Ia menghela nafas panjang dan memejamkan matanya erat –erat. Berharap saat ia membuka mata nanti, semua masalahnya sirna seketika.
Tapi itu semua tidak mungkin.
Sekarang mungkin ia bisa menghindar dari semua masalah itu, tapi ia yakin suatu saat nanti masalah itu akan tepat berada di hadapannya.
Bukan masalah yang cukup serius memang, bukan keluarganya terlilit hutang ataupun pembunuhan yang di lakukan oleh orang tuanya.
Hanya masalah perceraian, kalau kau ingin tahu.
Ia bukan tipe orang yang peduli dengan hal seperti ini.
Ia hanya memikirkan bagaimana nasib adiknya nanti. Adik perempuannya yang masih berada di tingkat sekolah dasar.
Daehyun merasa adiknya terlalu dini untuk menghadapi hal seperti ini.
Bukan perselingkuhan atau pun hal lain yang menyebabkan orang tuanya memilih jalan perceraian. Tapi karena dirinya.
Dulu. Dulu sekali. Ia pernah mendengar pembicaraan kedua orang tuanya tanpa sengaja.
Dirinya bukan anak yang direncanakan lahir. Bahkan bukan anak yang di harapkan hadir di dunia.
Ya kau tau. Kalian mungkin bisa bilang ini 'kelepasan'. If you know what i mean.
Ditambah lagi dengan tidak adanya prestasi melainkan skorsing yang ia dapatkan di masa sekolah menengah dulu.
Merokok di area sekolah, ke club malam, perkelahian yang tak terhitung jumlahnya mewarnai hari –hari Daehyun dulu.
Kemudian, orang tuanya saling menyalahkan mengapa anak laki –laki mereka seperti itu. Semua karena dirinya.
Oke itu dulu.
Ia menghela nafasnya panjang sebelum akhirnya bangkit untuk mengganti bajunya dan mengambil kartu debit dari laci mejanya.
Selang beberapa detik, telpon genggamnya berbunyi, menandakan ada telpon masuk. Ia pun segera menjawab panggilan tersebut.
"kau sudah disana?"
Terdengar jawaban 'iya' dari sebrang telpon diiringi dengan musik club yang mengalun keras.
"baiklah aku segera kesana. Sisakan beberapa botol untukku."
Daehyun segera mengambil kunci mobilnya dan memakai sepatunya dengan cepat
"berpura –pura menjadi orang baik itu melelahkan."
.
.
.
.
TBC
.
.
HAI
Balik lagi bersama yeol disini dengan ff murah kayak gini wkwk.
Dibuat dengan sepenuh hati sambil nontonin semua live B.A.P – crash demi liat adlibnya DaeJae heheheee
Alhamdulillah ada ff baru. Tolong terus terror saya untuk kelanjutan ff ini takutnya saya lupa wkwk.
Chapter 2 nanti ada adegan yang tidak patut ditiru. Jadi saya sarankan bagi yang belum 17 tahun jangan baca yah. Tapi kalo penasaran dan tetep ingin baca, saya ga nanggung/?
SPOILER DIKIT AH
Chapter 2 berhubungan sama ikat pinggangnya Youngjae hehee
Hayoo pikirannya jangan melayang kemana-mana wkwk.
OKEDEH SAMPE SINI AJA CELOTEHNYA.
Monggo reviewnya untuk penyemangat saya /modus/
