Title : Our Children

Rated : T+

Genre : Family/Humor

Pairing : D1869

Warning : OOC, garing, Misstypo, shou-ai, Mpreg.

Disclaimed :

Our Children (c) Me

KHR (c) Amano Akira

Ryo Cavallone-Hibari (c) Me

-Chapter 1, Arrived-

"Kyouya, bisa tolong aku sebentar? Aku akan mengambil barang-barang dulu," lelaki berambut blonde itu tampak sedikit sibuk dengan beberapa barang yang harus ia keluarkan dari bagasi pesawat itu.

"Kenapa tidak meminta anak buahmu saja?" Lelaki berambut raven itu tampak menyilangkan tangannya didepan dada, tampangnya sangat suntuk hingga ia hanya memancarkan deathglare kearah lelaki Italia itu.

"Kaa...kaa..."

"Ayolah Kyouya," lelaki berambut kuning itu tampak tersenyum lebar—ditangannya makhluk kecil itu sedang ia gendong dengan hati-hati, "Ryo juga ingin dengan kaa-sannya..."

Mendengar kata 'kaa-san' membuat kesabaran lelaki Jepang itu habis. Dengan segera, ia menyambar sang makhluk kecil berambut hitam dan bermata cokelat itu dari gendongan sang Don Cavallone.

"K—Kyouya, jangan kasar dengannya...!"

"Aku akan menunggu diluar," Hibari menggendongnya dan membawanya keluar meninggalkan Dino sendirian.

"Tu—tunggu Kyouya!"

Ryo Hibari—Ryo Cavallone adalah anak lelaki dari Don Cavallone, Dino Cavallone dan juga Cloud Guardian Vongola, Hibari Kyouya. Bisa dikatakan juga bahwa Rokudo Mukuro adalah ayah angkat darinya. Karena dengan ilusinyalah Ryo bisa lahir. Ya, dengan ilusi yang ia gunakan juga kepada Chrome Dokuro, seorang Hibari Kyouya bisa ehm—

"Lanjutkan, kamikorosu..." B—baiklah, kita skip saja bagian penjelasan itu. Yang pasti, Ryo lahir ketika mereka berdua berada di Italia. Dan sekarang, diusianya yang baru 6 bulan, setelah 1 tahun Hibari tinggal di Italia bersama dengan 'suami'nya, ia memutuskan untuk kembali ke Jepang.

"Kaa..kaa..." Ryo tampak menepuk-nepuk bahu Hibari sambil tertawa senang. Kata pertama yang dapat diucapkan oleh Yuu adalah 'Kaa' yang dapat diartikan sebagai 'Kaa-san' atau panggilan yang ia tujukan untuk 'ibu'nya. Entah siapa yang mengajarkannya, tetapi Hibari sendiri tidak suka dipanggil seperti itu.

"Ryo, jangan memanggilku kaa..." Hibari meletakkan telunjuknya dihidung Ryo mencoba untuk memberitahu Ryo apa yang diinginkannya.

...

Ryo hanya diam dan menatap Hibari, lalu matanya tertuju pada telunjuk Hibari, dan ia segera memegangnya dan tertawa seperti biasa.

"Kaa..kaa!" Menepuk-nepuk tangan kecilnya, Ryo yang memang tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Hibari tampak senang karena mengira Hibari mengajaknya bermain. Yang bersangkutan malah hanya bisa sweatdrop dan menundukkan kepalanya melihat Yuu yang tidak mengerti apa yang diinginkannya.

"Entah kenapa kau semakin mirip dengan Haneuma itu..." Merasa apa yang dikatakannya pada anaknya itu percuma, Hibari menggendongnya dan membawanya keluar dari pesawat.

-Kaa-san (?)-

"Ah, disini Hibari-san!" Sawada Tsunayoshi, sang Don Vongola tampak melambaikan tangannya kearah Hibari. Disampingnya Sang Rain Guardian Yamamoto Takeshi dan keka—

"Katakan itu, aku akan meledakkanmu berkeping-keping," karena diancam oleh yang bersangkutan, maka narator akan langsung menyebutkan namanya—Gokudera Hayato Sang Storm Guardian.

"Kau terlambat 1 menit Sawada Tsunayoshi," Hibari mendeathglare Tsuna dengan tatapan yang bisa membuat semua yang ada disekitar mereka menyingkir. Tetapi, Ryo yang masih ada digendongan Hibari tampak sudah terbiasa dengan 'tatapan sehari-hari' kaa-sannya itu.

"H—hiee, hanya 1 menit kok..."

"Kaa, kaa...?" Ryo menarik-narik lengan baju Hibari sambil melihat Tsuna. Seakan-akan menanyakan siapa yang ada didepannya itu.

"Dia 'herbivore'..." Mendengar itu, Tsuna dan yang lainnya hanya bisa sweatdrop menerima kenyataan kalau Hibari sudah menerapkan kata-kata 'Herbivore' bahkan sejak anaknya belum genap 1 tahun.

"Kufufufu~" ah, ternyata saya salah melihat. Bukan hanya pasangan sweet couple Rain dan Storm Guardian yang ada disana, tetapi nanas mesum— "kau mengatakan sesuatu narator bodoh?" Yah, walaupun sudah tertusuk trident saya harus melanjutkan narasi ini demi mencari sesuap nasi. Muncul sang Mist Guardian Vongola yang merupakan (katanya) kekasih Don Vongola itu.

"Ryo-kun, sudah lama tidak melihatmu..." Akan mencium Ryo yang digendong Hibari, Mukuro langsung berjalan cepat kearah Hibari. Tetapi, dengan sigap agar tidak sampai tercium oleh orang termesum di Vongola—ah, lagi-lagi Trident ini—Hibari langsung bergerak sedikit kesamping dan membuat sang Illusionis malah tidak sengaja mencium salah satu penumpang disana.

"Ah," Mukuro menatap kearah penumpang perempuan yang—tidak sengaja ia cium itu, "maafkan aku, aku tidak sengaja..." Dengan senyuman bagaikan malaikat tetapi sebenarnya iblis itu—menghindari tusukan trident—sukses membuat sang 'korban' langsung memerah wajahnya ditambah dengan adegan memegang tangan bisa membuat orang meleleh karena itu.

"T—tidak apa-apa..."

"Maaf karena wajah anda yang cantik menjadi sedikit ternoda oleh ciuman dariku nona..." Dengan rayuan gombal—playboy cap kakap—dan juga adegan kissu ditangan sudah cukup untuk membuat sang 'korban' pingsan dengan darah keluar dari hidungnya dan mengigau nanas, nanas, nanas...

"Kyouya jahat," Mukuro yang terbebas setelah hampir dituntut pelecehan seksual didepan umum sekarang menghampiri Hibari yang acuh tak acuh dengan nasibnya, "akukan hanya ingin melihat 'anak angkat'ku, iyakan Ryo-kun~?" Yuu yang seolah mengerti siapa yang ada didepannya tampak mencoba untuk menggapai tangan Mukuro.

"Aku tidak mau Ryo tertular oleh virusmu..."

"Virus," Mukuro mencoba untuk berfikir, "memang aku punya virus apa?"

"Virus mesummu..." Hibari berbalik dan menjauhkan Yuu dari Mukuro.

"A—ah jadi dia adalah Ryo-kun?" Tsuna mencoba untuk meredakan suasana, menghampiri Hibari dan mencoba untuk melihat Ryo, "aku sering mendengarnya dari Dino-san, tetapi aku tidak pernah melihatnya..."

"Tsuna, ternyata kau benar-benar menjemputku?" Don Cavallone, Dino tampak berjalan bersama dengan Romario dengan beberapa barang ditangannya.

"Tentu saja Dino-san, aku tidak mungkin tidak menyambut kedatangan kalian bukan?"

"A-aaaa...!" Ryo mencoba menggapai sesuatu, sebuah boneka nanas yang dipegang oleh Dino.

"Kau ingin ini Ryo?" Dino memberikan boneka itu pada Ryo dan membiarkannya memainkannya. Ryo yang memegang boneka itu tampak menyukainya dan menepuk-nepuknya, menunjukkannya pada Hibari.

"Kaa, kaa!" Menunjuk kearah bantal nanas itu dan Mukuro berkali-kali dan dengan tawa innocent—yang diturunkannya dari sang ayah, "...ppo...ppo...!"

...

Hening sejenak, beberapa saat kemudian tawa keras menggelegar dari mereka. Tentu saja selain yang dimaksud dan juga Hibari—yang sebenarnya menahan tawanya. Menyadari kalau Ryo senang dengan Mukuro hanya karena ia mirip dengan bantal kesukaannya.

"Itu baru anakku," Hibari tersenyum sambil menepuk-nepuk kepala Ryo dengan pelan sementara Ryo sendiri hanya tersenyum bingung melihat semua yang tertawa.

-Nappo (?)-

"Ah, aku harus mengurusi beberapa hal," Tsuna melihat jam tangan yang ada dipergelangan tangan kirinya, "maaf Dino-san, Hibari-san, Mukuro akan menunjukkan kamar Ryo yang sudah dihiasnya..."

"Tenang saja Tsunayoshi-kun~" Mukuro melambaikan tangannya kearah sang kekasih dan menunggu kepergiannya, "Nah Ryo-kun, aku sudah menyiapkan tempat untukmu dimarkas Vongola~" Mukuro langsung menggendong yang ada digendongan Hibari semula. Dan karena itulah Hibari memberikan 'hadiah' berupa pukulan tonfa yang telak di dagunya. Dan langsung merebut kembali anaknya.

Dino sendiri sangat khawatir dengan keselamatan anaknya yang menjadi rebutan dua karnivor yang ada didepannya sekarang dan dengan segera menggendong Ryo ketika Hibari dan Mukuro mulai mengeluarkan senjatanya masing-masing—tonfa dan Trident.

"Kita tinggalkan saja kaa-san dan Mukuro berdua oke Ryo?"

"Um?" Ryo yang tidak mengerti hanya memiringkan kepala kecilnya sedikit dan menatap Dino.

-Nappo-Skylark-

"Nah, sepertinya ini kamarmu Ryo..." Dino dan Ryo yang sudah tiba disebuah ruangan yang ada didekat ruangan Hibari.

"Bi...bi..." Menunjuk kearah atas, ke seekor burung kecil berbulu kuning yang terbang dan hinggap diatas kepala Ryo. Hibird menggoyang-goyangkan bulunya—membuat sensasi geli dikepala Ryo yang membuatnya terkekeh geli.

"Hibird sepertinya menyukaimu Ryo," Dino terkekeh pelan dan gemas melihat kelakuan anak satu-satunya itu, "bahkan sepertinya lebih menyukaimu daripada Kyouya..."

TRING!

Dino bisa merasakan dinginnya lepengan besi dilehernya—tonfa. Hibari, bersama dengan Mukuro sudah berada dibelakangnya setelah menyelesaikan pertarungan mereka.

"Kau mengatakan sesuatu Dino?"

"Ha—hati-hati mengenai Ryo, Kyouya sayang..." Dino bukannya menghawatirkan keselamatan dirinya tetapi lebih kepada anaknya—yang membuatnya menjadi seorang son complex sekaligus pedophil tampak sedikit bergetar dan berbalik perlahan. Sementara Ryo sendiri tampak sedang bermain bersama burung kecil milik ibunya itu.

"Aku masih harus membereskan ruanganku, sebaiknya segera selesaikan i—"

...

Terdiam, hanya bisa membatu dengan bayangan hitam menutupi mata hitamnya itu. Hanya ada satu hal yang ia lihat ketika membuka kamar anaknya itu—

Nanas

Nanas

Dan...

Nanas.

Satu hal yang menjadi benda nomer satu dari daftar sesuatu yang ingin ia hancurkan. Bagaimana dengan bantal nanas yang menjadi kesukaan Ryo? Tentu saja kalau Dino tidak memohon—dan juga menjanjikan pertarungan setiap hari selama 2 bulan penuh, Hibari tidak akan mau menampung benda itu dirumahnya—dirumah mereka bertiga.

Begitu juga dengan Dino yang langsung ber sweatdrop ria melihat semua kamar—wallpaper, lampu, hiasan dinding, ranjang bayi, corak tirai, kursi bayi, dan semuanya bergambar nanas.

"Ppo!...ppo...!" Ryo melompat kecil digendongan sang ayah, ia tampak sangat senang karena berbeda dengan kedua orang tuanya, Ryo sangat menyukai nanas. Apakah itu karena ada campur tangan sang 'nappo-freak' dalam kelahiran Ryo, tidak ada satupun dari mereka yang tahu.

"Kufufu~ kau menyukainya Yuu-kun?"

BLAM!

Menutup dengan sangat keras, Hibari menatap kearah Mukuro yang tampak sedang bemain dengan anak semata wayangnya itu.

"Kembalikan seperti semula, sekarang!" Dengan sangat ganas, Hibari memukul Mukuro dengan tonfa kesayangannya hingga terpental kedalam kamar—yang seharusnya saat ini sudah ditempati oleh Ryo.

"Nanas sialan itu..." Dengan segera ia juga mengunci pintu kamar itu dari luar.

"K—Kyouya!"

"Ada apa—"

"Ryo dia—"

-Hibird (?)-

...

Hening sesaat, Mukuro mematung dengan kejadian tiba-tiba yang terjadi tadi. Hibari Kyouya menendangnya,

"Kyouya jahat sekali..."

Srek, srek!

Suara sesuatu yang bergerak-gerak dibalik jaket hitam yang dikenakannya itu, Mukuro membuka resletingnya dan menampakkan kaos loreng-loreng yang biasa ia kenakan dan 'seekor' makhluk kecil yang memunculkan kepalanya disana.

"Puaaah!"

"Iyakan Ryo, kufufu~"

"Bisa-bisanya kau tertipu oleh ilusi murahan dari nanas itu!" Hibari tampak sangat kesal karena Dino bisa melepaskan gendongannya, membuat Ryo dibawa oleh sang 'ayah angkat'nya. Dan sekarang Dino sendiri mencoba untuk membuka pintu yang ternyata dihalangi oleh Mukuro dari dalam.

"Minggir..."

"Kyouya?" Dino menatap Hibari yang sudah membawa tonfa—yang lagi-lagi entah darimana asalnya. Mengetahui apa yang akan dilakukan kekasihnya, Dino memilih untuk minggir dan mengorbankan satu pintu daripada harus mengorbankan nyawanya sendiri.

DHUAK!

Dengan sekali pukulan tonfa, pintu tebal yang ada didepannya sekarang sudah lenyap berganti pemandangan kamar yang menurut Sang Cloud Guardian sangat—amat menjijikkan.

"Kyahahaha!" Ryo yang sedang bermain bersama Mukuro tampak sangat senang. Dengan bola bermotif nanas, Ryo melempar-lemparkannya kearah atas dan depan—dimana Mukuro tampak menangkapnya dan melemparkannya kearah Ryo lagi.

"Ah, pintunya jadi rusak deh..." Mukuro dengan santainya berkata seperti itu dan menangkap bola yang dilempar Ryo.

"Kembalikan, tempat ini seperti semula..."

"Kufufu~" Mukuro menghentikan permainannya dengan Ryo dan menggendongnya mendekati Dino dan Hibari, memberikannya pada Dino, "kau itu memang tidak bisa diajak bercanda ya..."

"Hentikan ilusi menjijikkan ini..."

"Baiklah-baiklah..." Mukuro tampak menikmati permainannya yang membuat seluruh sisi kamar dan isinya menjadi nanas.

...

Tidak terjadi apapun—

"Mukuro Rokudo, cepat hentikan semua ilusi ini atau kamiko—"

"Sudah kuhentikan, tetapi entah kenapa..." Mukuro sendiri juga tidak mengerti apa yang terjadi. Ia sudah menghilangkan ilusinya tetapi semua ilusi itu tidak menghilang.

"Kyouya," Dino memutuskan kata-kata Hibari, "apakah, yang aku lihat ini benar-benar nyata...?"

"Apa maksudmu?"

"Ini—"

Menunjuk kearah Ryo, ia tampak menggerakkan tangannya dan benda-benda disekitar Ryo berterbangan mengikuti arah tangannya. Seakan-akan ia menggerakkan semua benda yang ada disana. Termasuk juga ilusi.

"—bukan ilusi kan?"

...

Dan Hibari, Dino, bahkan Mukuro tampak terdiam membatu, mendapatkan sosok anak kecil—anak Dino dan Hibari itu, baru membuat sesuatu yang menggemparkan mereka semua—

— dengan membuat ilusi.

-TbC-

Nami : hehehe ^_^)7 gimana?

? : sensei, ga usah pake nama itu deh...

Nami (?) : hm?

? : cerita aja kalau senpai itu—

Nami (?) : *nutup mulut (?)* a—aku cuma ga tahu harus ngapain sama semua itu...tunggu aja nanti kalau ada yang sadar siapa gw sebenernya baru gw beritahu :3

? : oke -_-

Nami : oke, ini dia ffic ane tentang D18 (mpreg slight). Jadi, belum ada yang perlu diterangin kan? :3 ah, ini dia biodata dari Ryou x3.

Quiz : Who am I? :3 - bisa tebak siapa sebenernya sang author ini?

Nama : Ryo Cavallone/Ryo Hibari

Eyes Color: Brown (Dino's Eyes)

Hair Color : black (Hibari's Eyes)

Birthday : 10 March

Age : 1st Chapter - 6 months

Parent : Father : Dino Cavallone | Mother—Father : Hibari Kyouya | Foster Father : Mukuro Rokudo.

RnR please~