Disclaimer :

Naruto belong to Masashi Kishimoto.

Storyline belong to me.

Pairing :

NaruHina

Genre :

AU, Fantasy, Romance

Rating :

T (Slight M?)

Warning :

Typo(s), OOC, dan Don't like, Don't read, sangat menerima review^.^!

Hun gak boong tapi Hinata lumayan OOC disini hehe... *peace*

.

.

)***(

Back in Time

)***(

"Naruto... Narutooo." Sakura mengguncang lengan pemuda berambut kuning itu, "Bagaimana ini Sasuke kun? Dia tidur seperti beruang sedang hibernasi. Aih.. Parah sekali!" gadis bersurai pink itu menggeleng-geleng heran

"Ck! Mendokusai... Dobe! bangun..."

Namun yang dipanggil tetap tertidur dengan pulas padahal kelas mereka saat itu sedang bising setengah mati. Maklum, lagi jam istirahat.

Sasuke menghembuskan nafas dengan kesal. "Sakura, cara biasa. Kamu teriak di telinga kanannya, aku di sebelah kiri. Tunggu aba-abaku biar kita teriaknya barengan."

Sakura menganggukkan kepalanya dengan patuh. Cara ini pasti berhasil.

"Satu... Dua... Tiga..."

"WOI NARUTO! CEPAT BANGUN!" Teriak Sasuke dan Sakura secara bersamaan.

Diteriaki begitu, Naruto langsung terbelalak kaget dan bangun dengan cepat saking terkejutnya. Sakura bertepuk tangan dengan puas sementara Sasuke menyeringai senang. Tentu saja ini karena upaya mereka berdua telah sangat sukses dalam membangunkan Naruto-Si Kepala Kuning yang sudah tidur sejak awal pelajaran sejarah Jepang sampai pertengahan jam istirahat.

Si kepala kuning itu langsung merosot lemas begitu tau siapa manusia-manusia lancang yang berani menyerang telinganya dengan berteriak membabi-buta dari dua arah. Dan dia sudah menduga siapa saja pelakunya.

"Ini sudah ketiga kalinya, pokoknya besok aku akan menyumpal telingaku!" Naruto mengelap liur yang menetes di sisi kanan bibirnya dengan gusar.

"Kalau begitu besok aku akan meminjam stunt gun milik niisan untuk membangunkanmu!" balas Sasuke sambil menyeringai licik.

"Cih, mainnya pakai kekerasan! Baguninnya pakai cara biasa aja bisa kok!" Kali ini Naruto kesal setengah mati.

"Itu udah cara biasa kok Dobe."

"KONOYAROU TEME!" teriak si kepala kuning itu sambil menunjuk wajah Sasuke dengan beringas.

Yup, mereka lagi debat harian tuh, biarin aja!

Sakura, satu-satunya gadis dalam perkumpulan itu hanya tertawa renyah mendengar perdebatan rutin dari dua manusia berbeda surai yang terjadi didepannya.

Sakura, Sasuke, dan Naruto memang terkenal sebagai trio elit dan legendaris di Konoha Senior High School. Uchiha Sasuke adalah putra kedua pebisnis bernama Uchiha Fugaku yang usahanya bergerak di sektor minyak mentah dan bahan tambang. Bahkan gosipnya keluarga Sasuke adalah pemilik kilang minyak terbesar di jepang, dan gosip itu memang benar adanya. Keluarga Senju Sakura memiliki rumah sakit berfasilitas terlengkap dan terbesar di Jepang. Dia juga cucu kesayangan dari Senju Tsunade, yang tak lain adalah pemilik Konoha Foundation dan kepala sekolah Konoha SHS, cari mati dengan gadis bersurai pink itu? Siap-siap saja ditendang dengan tidak terhormat dari sekolah menengah atas terbaik di Jepang ini. Apalagi Sakura juga seorang pemegang sabuk hitam Kempo dan dijuluki gadis bertenaga monster. Once again, don't you ever try to mess up with her.. Terakhir, si kepala kuning Namikaze Naruto, ayahnya adalah salah satu anggota dewan di pemerintahan. Sayangnya, saat ini Naruto hanya tinggal dengan ayahnya saja. Ibunya sudah meninggal 3 tahun yang lalu karena penyakit stroke. Beruntung ayahnya berkomitmen untuk tidak menikah lagi, jadi ia tak perlu khawatir menghadapi ibu tiri yang aneh atau kejam ala sinetron. hiyyy...

Sebenarnya bukan hanya sakura, mereka bertiga adalah pemegang sabuk hitam dalam Kempo.

Kok bisa? Jadi... Sasuke dan Sakura adalah teman sejak lahir (dalam artian yang sebenarnya) orang tua mereka juga saling mengenal satu sama lain dan bersahabat karib saat di bangku kuliah dulunya. Mereka berdua selalu bersama-sama baik Taman Kanak-kanak maupun Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, bahkan sampai sekarang.

Ceritanya, dulu mereka masuk di Dojo yang sama dan berlatih Kempo bersama. Lalu, Naruto yang waktu itu adalah murid dari sekolah dasar yang berbeda datang beberapa bulan kemudian dan ikut berlatih di Dojo yang sama dengan Sasuke dan Sakura. And suddenly they become bffs until now..

Entah kenapa hal ini bisa terjadi. Mengingat sifat mereka sangaaaat beda jauh. Sasuke dengan otak encer berwatak dingin dan pendiam, Sakura dengan sikap manis dan ramahnya (plus sedikit kekuatan monster), dan Naruto si jenius dalam olahraga tapi berisik tingkat internasional dan goblok hampir di segala aspek (dalam artian yang sebenarnya *peace*).

Aneh kan? Jangankan orang lain, coba saja tanya sendiri pada mereka bertiga kenapa bisa sahabatan awet dari sekolah dasar sampai sekolah menengah atas dan satu sekolah terus? Pasti deh gabisa jawab dan malah nge-blank!

Kira-kira beginilah reaksi mereka setiap ditanyain kenapa mereka sahabatannya langgeng banget sampai sekarang,

Sakura memiringkan kepalanya dengan bingung. "Eh... Mungkin takdir?" "Sejujurnya aku tak begitu yakin, hehehe..."

"Terjadi begitu saja!" jawab Naruto sambil tersenyum sumringah. "Tapi koreksi ya, aku tidak bersahabat dengan Teme oke, kami adalah sepasang rival abadi!"

"Ck, berhenti bertanya pertanyaan bodoh macam ini! Lagipula aku ogah banget dibilang sahabatnya si-Dobe!" Sasuke terus fokus pada bacaannya tanpa memalingkan tatapannya sedikitpun, malas menjawab pertanyaan yang sama sebanyak ribuan kali.

Walaupun Naruto dan Sasuke merespon dengan cuek terhadap satu sama lain, kedua pemuda itu lumayan sering bekerja sama (yah tetap ada debatnya juga) dan hebatnya lagi, mereka berdua tetap bisa berada di satu tempat yang sama jika sedang beradu mulut, dengan kata lain tanpa ada acara ngambek, perang dingin dan berkelahi. Saat kedua pemuda itu sibuk berdebat, maka Sakura selalu setia Mengekor di belakang mereka sambil terkikik geli. Mungkin menurut gadis bersurai pink itu perdebatan Sasuke dan Naruto adalah tontonan gratis yang menarik.

Mereka bertiga aneh kan?

.

.

.

)***(

"Hei Namikaze Naruto! Diam disana!" Neji menggeleng heran, "Berani-beraninya kau kabur dari tanggung jawab. Kaburnya di depan mataku lagi!"

"Aaaa... aku ada urusan sebentar hehehe.."

Besok Konoha SHS akan menyelenggarakan bunkasai. Karena hal itulah, kelas 3.1 mengadakan acara persiapan untuk menyambut event yang hanya diadakan setahun sekali itu, sama seperti kelas-kelas yang lain.

"Jelas-jelas kemarin kau bilang tidak punya agenda hari ini. Kembali ke tempat dudukmu dan dengarkan teknisnya, kita harus cepat jika ingin semuanya selesai hari ini." Perintah ketua kelas berambut panjang itu mutlak tak terbantahkan.

Naruto mendengus lalu menuruti apa yang dititahkan teman prodigynya itu.

Sasuke menyeringai, "Rasakan itu dobe."

"Ya ya ya...terserah." Pemuda berambut kuning itu melempar tatapannya ke luar jendela, "Kali ini aku sedang malas berargumen denganmu teme."

Tidak biasanya, Naruto pasti akan berteriak kesal jika diejek Sasuke. Tetapi hari ini berbeda, ia tampak tenang dan murung sejak pagi.

Sakura yang sedikit penasaran, berbalik memanggil Sasuke secara sembunyi-sembunyi. "Psst... apa yang terjadi dengannya Sasuke kun?"

Pemuda berambut raven itu tampak berpikir, haruskah ia memberitahu hal ini pada Sakura? Sasuke meraih ponselnya lalu mengetik sesuatu disana. Karena ini topik yang sangat sensitif, pemuda itu memutuskan untuk memberitakannya lewat email pada Sakura.

Ponsel gadis itu bergetar lembut, Sakura membaca baris demi baris email yang dikirimkan Sasuke padanya.

Tolong jangan berteriak atau bereaksi apapun tentang ini...

Itachi nii sedang menangani sebuah kasus yang melibatkan ayah Naruto. Rumornya ia terlibat kasus korupsi dana pajak daerah.

Aku belum mengetahui detailnya, tetapi hari ini ayahnya sedang dimintai keterangan dan masih berstatus saksi.

Kurasa dia baru mendengar berita ini dan ingin segera bertemu otousannya.

Tolong rahasiakan ini dari siapapun.

Sakura menatap pemuda beriris hitam di hadapannya dengan tatapan sendu.

Entah apa isi pikiran kedua remaja berbeda gender itu, mereka tampak tenggelam dalam pikiran masing-masing.

Setidaknya sampai kebenaran terungkap, Sasuke dan Sakura akan merahasiakan hal ini dari siapapun dan memilih pura-pura tidak tahu.

)***(

Seseorang menepuk pundak Naruto, "Hey, maafkan aku soal yang tadi."

"Oh, Neji... Tidak-tidak aku yang harusnya minta maaf." Jawab Naruto lalu tersenyum lebar.

"Sepertinya kau ada masalah, aku tidak akan tanya kenapa, tapi bisakah kau bantu kami untuk memindahkan beberapa barang dari ruang musik ke kelas? Aku sudah mengurus ijinnya kemarin. Tolong ambilkan barang-barang yang ditempeli sticky note. Setelah selesai kau boleh pulang." Ucap pemuda berambut panjang itu, walaupun ia mengatakannya dengan datar tetapi Naruto tahu temannya itu peduli padanya.

"Serius aku boleh pulang?" Tanyanya sedikit kaget, Naruto baru tahu kalau Neji bisa sebaik ini. "Baiklah, akan kukerjakan secepatnya dattebayo!"

"Tentu saja. Tapi sebelum pulang kau harus berpamitan pada teman-teman." Neji merogoh ponselnya, "Ah, email dari Tenten. Kalau begitu tolong ya Naruto!"

"Ryoukai desu taichou!"

Tepat setelah Naruto menyanggupi permintaan Neji, ia langsung berjalan keluar menuju ruang musik.

Pemuda harus cepat-cepat, dibenaknya sudah ada banyak pertanyaan yang akan ia tujukan pada otausannya nanti.

.

.

.

)***(

"Yosh, sepertinya ini benda terakhir!" Pemuda itu melirik ke jam yang diketakkan tepat di atas sebuah grand piano, Naruto masih punya waktu setengah jam lagi sebelum ia diijinkan pulang oleh Neji.

Pemuda berambut kuning itu mendaratkan pantatnya di lantai mencoba untuk menikmati hembusan angin musim semi yang membelai ujung rambut jabriknya.

Jendela yang berada tepat di atas kepalanya terus menghembuskan angin menyegarkan beraroma wewangian bunga-bunga, sangat kontras dengan otaknya yang seolah terbakar mencari sebuah pencerahan dari masalah yang membelit keluarganya. Pikirannya mulai melayang. Ia yakin ayahnya tidak melakukan hal nista itu. Bagaimana mungkin seorang ayah yang telah berkomitmen untuk memprioritaskan anaknya dibanding mencari istri baru seperti tousannya dengan mudah melakukan tindak korupsi?

Tanpa sadar setetes air mata mengalir turun membasahi pipinya, dalam hati Naruto berdoa semoga semua ini tidak benar.

Apalagi sejak tadi telepon dan sms yang ia kirim belum mendapat respon dari ayahnya, Namikaze Minato.

'Seandainya aku bisa kabur dari semua ini dan menenangkan pikiran sesaat saja...'

Naruto memejamkan matanya berusaha mengosongkan pikiran sambil menikmati suasana tenang di siang itu. Tetapi ketenangannya tidak berlangsung lama, karena tiba-tiba ia mendengar suara ketukan pintu.

Pemuda itu berjalan mengecek siapa yang mengetuk pintu ruang musik itu, tetapi ia tidak menemukan siapapun disana.

Namun ketukannya terus terdengar. Satu-satunya pintu yang belum ia periksa adalah pintu tempat penyimpanan barang-barang tak terpakai milik klub musik.

Naruto terkejut setengah mati saat mendapati apa yang ada di balik pintu itu,

Bukannya mendapati alat-alat musik, tetapi malah ada sebuah ruang baca bernuansa zaman edo lengkap dengan lemari-lemari berisi banyak gulungan.

Oke ini aneh sekali...

Gawatnya, saat Naruto hendak kembali ke ruang musik ia malah tak bisa membuka pintu yang ia kira pintu ruang penyimpanan itu, seperti ada seseorang yang menguncinya.

'Lalu sekarang bagaimana caraku kembali?'

Pemuda itu memutar kenop pintu dengan panik.

Demi kami sama, ia punya banyak urusan hari ini. Pokoknya apapun yang terjadi ia harus pulang sekarang juga!

Saking paniknya, pemuda itu sampai tak mendengar ada suara langkah kaki seseorang yang berjalan mendekat padanya.

"Siapa kau...?"

.

.

.

)***(

TBC

)***(

[Author's Message]

Heii next chapnya masih dalam proses yaa.

Ff ini bakal jadi twoshoot aja soalnya hun gatau mau memperluas cerita ini kemana lagi wkwkwk *ditabok*

So I'm back with another fantasy-romance fic.

Sebelumnya maaf banget kalau feelnya kurang dapet, soalnya ini ff naruhina pertama yang hun bikin.

Kalian tau lah... hun ini kan die-hard nejiten shipper heuheuheu.. -v-)/

Lanjutin/tidak?

Mind to RnR? Makasi sudah bersedia mampir ^^