Tuan Misterius Kim Jongin

.

.

.
Sehun tidak tahu Jongin itu manusia jenis apa dan dari golongan mana. Bahkan ia sempat berfikir mungkin Kim Jongin itu sebagai alien bertopeng manusia. Pasalnya, laki-laki itu sangat pendiam di kelasnya meskipun sudah tiga bulan pindah ke sekolah Sehun. Sebenarnya Sehun sama sekali tidak peduli dengan Jongin yang misterius. Ia menolak untuk menyebut rasa penasarannya itu adalah rasa peduli. Mungkin ia harus mengurangi hobinya menonton film fantasy.

Salahkan saja Hong Songsaengnim yang menyuruh Jongin duduk di bangku sebelahnya padahal bangku di samping Baekhyun juga kosong. Otomatis ia jadi memperhatikan Jongin yang ia anggap aneh itu. Laki-laki yang berkulit lebih gelap dari dirinya itu bahkan sekalipun tidak pernah menoleh ke arah nya. Beberapa kali ia mencoba mengajak bicara Jongon tapi hanya di balas dengan jawaban singkat dan suara nyaris tak terdengar. Padahal jika Jongin mau sedikit saja lebih ramah, ia pasti akan sangat populer pikir Sehun.

Jongin datang, mengabaikan Sehun yang tersenyum ramah padanya. Ah Sudahlah. Ia menyerah menjadi teman sebangku yang baik. Mulai hari ini, detik ini juga, Sehun tidak akan peduli lagi dengan Kim Jongin. Namja misterius, bukan misterius, tapi sok misterius menurut Sehun.

Guru Lee datang, membuat kelas itu menjadi senyap. Siapa yang tidak tau guru Lee? Lee Donghae. Pak Guru tampan yang terkenal killer. Se berisik apapun Sehun, ia akan berusaha tidak bersuara jika Guru Lee sedang mengajar. Jangan kan berbisik, bernapas saja ia lakukan se pelan mungkin. Pernah ia hampir bersin sekali. Tapi kemudian membekap mulutnya dan justru menimbulkan suara aneh. Sehun berakhir dengan berdiri di depan kelas mengerjakan soal fisika yang sangat ia tidak sukai. Ia benci fisika.

.

.

.
Namanya Park Chanyeol. Ia kapten tim basket SMA Daeheul. Tampan dan jago olahraga. Dua hal itu sudah cukup untuk membuatnya jadi pangeran di sekolahnya. Minus kelakuan konyolnya. Ia sedikit berisik. Bibirnya selalu tersenyum. Kebiasaannya setiap jam istirahat adalah ke kelas Sehun. Mereka itu best friend. BFF kata orang-orang. Di mana ada Chanyeol, disitu ada Sehun. Kecuali jika jam pelajaran, kelas mereka beda. Satu lagi anggota BFF Sehun. Namanya Kim Jongdae, satu kelas dengan Chanyeol.

Kim Jongdae itu sedikit gila menurut Sehun. Ia sering menertawakan hal yang menurut Sehun tidak lucu. Mungkin kotak tertawa nya konslet atau semacamnya. Diantara mereka Jongdae yang paling pandai. Kontras dengan pembawaanya yang terkesan kurang serius. Bahkan Guru Lee tidak akan marah jika Jongdae menginterupsi penjelasanya.

"Sehun-ah, mau ke kantin?" Tanya Chanyeol yang entah sejak kapan duduk di depan Sehun.

"Kajja," sambung Sehun yang kemudian berjalan meninggal kan kursi nya, sekilas melihat Jongin yang mengeluarkan mp3 playernya. Selalu seperti itu jika istirahat. Sehun sempat berfikir, seberapa banyak Jongin sarapan hingga ia mampu bertahan tidak makan hingga pulang sekolah? Pasti sangat banyak.

" Kau tidak mengajak teman sebangku mu?" Tanya Jongdae. Aneh sekali. Biasanya Sehun akan mengajak Jongin makan meski tak pernah di hiraukan.

Sehun melihat Jongin lagi. Kali ini bukan hanya sekilas,"Aku lelah menjadi orang baik, lagipula ia tak akan menanggapi ku. Mungkin makanannya tidak sama dengan kita," kata Sehun sambil mengangkat bahu.

Jongin melirik ke arah Sehun. Apa? Apa Jongin mendengar nya? Bukankah ia sedang mendengar kan musik. Ini pasti hanya kebetulan. Benar, Sehun yakin itu. Lagipula tidak ada salahnya membuat Jongin kesal. Jongin bahkan entah sudah berapa kali membuatnya mengumpat tertahan. Bukankah wajar jika Sehun membalasnya, meskipun ia bukan tipe orang yang suka balas dendam. Tapi jika itu Jongin? Sehun pikir tidak masalah. Bukankah ia tidak akan lagi baik kepada teman sebangkunya itu? Sehun mengalihkan pandangannya kemudian berjalan keluar kelas di ikuti kedua sahabat karibnya.

"Hey? Apa maksudmu dengan makanan Jongin berbeda?" Tanya Jongdae antusias.

"Dia tidak pernah makan si sekolah, mungkin dia Vampir. Atau Alien." jawab Sehun asal-asalan.

"Mwoya? Mana ada yang seperti itu." Timpa Park Chanyeol.

"Chanyeol benar, hentikan hobi nonton film fantasy mu itu,"

"Sinchayeo, bukan aku yang aneh. Tapi Kim Jongin, kalian tidak merasakan ya? Jika kalian sebangku dengannya pasti kalian akan merasa terganggu juga."
Chanyeol dan Jongdae saling memandang. Sahabat mereka mulai tidak waras sepertinya.

.

.

.
Hari ini Chanyeol ada jadwal latihan basket. Sehun hanya berdua dengan Jongdae. Di depan gerbang Sekolah Sehun melihat Jongin yang sedang berjalan cepat. Ia tidak bermaksud untuk membuntuti Kim Jongin. Tidak sama sekali. Ia hanya penasaran. Lagi pula ia belum pernah bertemu Jongin waktu pulang sekolah. Ini kesempatan langka dan tidak boleh di sia-siakan.

"Jongdae-ah, aku ada urusan. Kau pulang duluan. Jangan mengikutiku. Jalja, aku pergi dulu," Ucap Sehun tergesa-gesa.

Jongdae menatap Sehun yang tengah berlari dengan heran. Apa lagi yang akan dilakukan anak itu. Kemudian ia mengangguk-angguk paham ketika melihat seseorang di depan Sehun. Ia rasa Sehun mulai terobsesi dengan Tuan Misterius itu. Ia kenal Sehun. Ia tahu bocah itu tidak akan bisa diam jika sudah mulai penasaran. Sepertinya ia harus pulang sendiri hari ini.

.

.

.
Sehun menggigit bibirnya. Ia cemas. Rumah Jongin jauh sekali. Setelah naik bis tadi, sudah sekitar setengah jam ia berjalan mengikuti Jongin. Rasanya ia ingin pulang saja, tapi ia tidak yakin bisa mengingat jalan pulang. Sudah berapa gang yang ia lewati, tapi Jongin masih juga belum berhenti. Sehun sedikit ngos-ngosan mengikuti Jongin. Jalanya cepat sekali. Atau mungkin fisiknya yang terlalu lemah? Salahkan saja hobi nya yang setiap hari memencet keyboard dan mouse di depan PC. Harusnya ia punya hobi yang lebih berbobot.
Sehun mengerjapkan matanya ketika ia berbelok ke sebuah gang buntu dan mendapati tidak ada Jongin di sana. Ia yakin duaratus persen melihat Jongin tadi ke tempat ini. Mungkin asumsinya selama ini benar? Jongin bukan manusia? Ia tersenyum penuh arti.

"Kau mengikutiku?"

DEGG!

Sehun yakin itu suara Jongin meskipun jarang mendengar nya. Antara gugup, takut dan malu bercampur menjadi satu. Rasanya jantung Sehun mau meledak. Oh Tuhan apa yang akan terjadi padanya? Ia tidak mungkin mengelak. Ia sudah tertangkap basah. Skak matt. Sudah tidak bisa bergerak. Ia sudah mati langkah.

"Nuguya? Kau ini makhluk apa? Vampir? Alien? Atau apa?"

"JAWAB AKU OH SEHUN!"

Sehun hanya terdiam. Mencoba untuk tidak berteriak. Ia masih punya harga diri. Mata tajam Jongin menatapnnya. Membuat ia membeku. Sehun jadi semakin takut. Ia sempat berfikir mungkin Jongin bukan vampir ataupun alien. Mungkin ia seorang penyihir. Dan namja itu sedang memantrainya sekarang.

Jongin melangkah pelan mendekati Sehun. Sehun jadi teringat adegan di salah satu film horor. Ia melangkah mundur. Mencoba untuk menjauhi Jongin meski ia tau di belakangnya ada sebuah dinding. Setidaknya ia bisa hidup beberapa detik lebih lama. Pikirannya mulai kacau saat Jongin sudah di dekat Sehun.

Tangan Jongin meraih kerah kemeja Sehun. Menariknya hingga membuat wajah mereka berdekatan. Ia dapat dengan jelas merasakan tubuh Sehun yang gemetaran, dan detak jantungnya yang tak beraturan. Bocah ini benar-benar konyol.

"A,.. aku hanya pen..."

"Kau mengikutiku?!"

"NE! AKU MENGIKUTIMU!" Entah kenapa ia justru berteriak.

"Wae?"

"Aku hanya penasaran, tidak lebih. Tolong jangan bunuh aku."

PLAKKK!

"Aw, kenapa kau memukul kepalaku."

"Agar otakmu itu bisa bekerja dengan benar, aku manusia."

"Jinjja?"

Jongin melepaskan cengkraman tangannya di baju Sehun. Wajah Sehun yang memang sudah pucat bertambah pucat. Keringat nya bercucuran. Dan napasnya masih saling berlomba. Ia mengelus dadanya lega. Jongin tak habis pikir dengan namja albino di depannya ini.

"Aku manusia, makan nasi juga,sama sepertimu. Apa lagi yang ingin kau tahu?"

"Kenapa kau diam saja di kelas dan mengacuhkanku?"

"Karena aku tidak suka bersekolah di sana, arra? Kau puas?"

"Kenapa tidak suka?"

"Itu bukan urusanmu, sekarang pulanglah."

"Tapi, Jongin-ssi... "

"Apa lagi?"

"Aku, tidak tahu jalan pulang," ucap Sehun dengan suara mengecil. Ia malu. Benar-benar malu.

"Bukan urusanku." Timpal Jongin yang kemudian pergi meninggal kan tempat itu.
.

.

.
"Annyeong,Oh Sehun imnida. Teman sebangku Jongin,"sapa Sehun riang di hadapan seorang laki-laki berwajah kalem di hadap nya yang ia tahu merupakan kakak Jongin.

Junmyeon memandang wajah Sehun yang tersenyum riang dengan tatapan aneh. Di belakangnya ada Jongin yang tengah memasang muka masam. Bukan muka masam Jongin yang aneh. Tapi laki-laki bernama Sehun ini. Sebenarnya Sehun tidak sama sekali. Yang menurut Junmyeon aneh adalah Sehun yang mengaku sebagai teman Jongin. Yang benar saja. Sejak kapan Jongin punya teman di sekolah barunya?

"Dia akan menginap untuk semalam. Dan jangan melihat kami seperti itu," kata Jongin kesal.

"Arra, bersenang-senanglah, anggap rumah sendiri."

"Ne, hyung. Maaf merepotkan."

Jongin menarik lengan Sehun untuk mengikuti nya. Membawa namja itu ke kamarnya. Harusnya ia tidak membawa Sehun ke sini. Harusnya ia biarkan saja Oh Sehun tidur di jalan. Kacau. Semuanya kacau gara-gara Sehun. Dosa apa ia di masa lalu hingga Tuhan mengirimkan Sehun ke dalam hidupnya?

Sehun tak habis pikir. Kamar Jongin sangat rapi. Membuat aura misterius Jongin semakin terasa. Cat dinding berwarna krem. Tempat tidur berseprei hitam. Meja belajar, lemari,sebuah sofa panjang, dan sebuah bas yang Sehun kira adalah gitar listrik. Dan sebuah foto seorang anak kecil dan anak yang lebih kecil lagi. Itu pasti Jongin dan kakaknya.

"Jongin, aku boleh mandi tidak?"

"Mandi saja sana,"

"Boleh pinjam baju?"
"Tidak!"

"Aish, kau pelit sekali," ejek Sehun.

"Kau berisik sekali,"

"Aku tau,"

Jongin melirik Sehun yang sedang mem pout kan bibir. Jawaban macam apa itu. Ia tahu dan ia masih saja terus berisik. Entahlah, Jongin sedikit tidak nyaman melihat wajah Sehun. Ia bangkit dari tempat tidur menuju lemari pakaianya. Mengambil sebuah kaos asal-asalan kemudian melemparnya ke arah Sehun.

"Kamar mandinya diluar. Tanya saja Junmyeon Hyung. Aku lelah, jangan ganggu aku,"

Jongin melempar sebuah bantal ke lantai.

"Kau tidur di sofa."

"Mwoya?"

"Kalau tidak mau tidur saja di jalan,"

"Arraseo."

.

.

.
Sehun mematikan shower kemudian meraih handuk di dekatnya. Memakai baju Jongin membuatnya merasa sedikit aneh. Ia jadi tersipu sendiri. Dia memukuli kepalanya. Menyuruh otaknya untuk bekerja dengan benar. Jangan gila, bagaimana ia bisa merasa sangat senang hanya karena memakai baju Jongin. Tolong, dia masih normal.
Ia melangkah menuju kamar Jongin. Membuka pelan kenop pintu. Memastikan keadaan di dalam kamar aman sebelum kakinya melangkah masuk. Tidak ada suara. Hanya ada Jongin yang sedang memejamkan mata di atas tempat tidur. Sehun melangkah mendekat. Mengibas-ngibaskan tangannya didepan wajah Jongin. Memastikan namaja bwrkulit lebih gelap itu benar-benar terlelap.

"Mwo? Bulu matamu panjang sekali," gumam Sehun pelan.

Tangannya tanpa sadar bergerak ke arah wajah Jongin dengan ringan. Jarinya telunjuk nya menyentuh bulu mata Jongin.

SRETTTTT

BRAKKKK!

Entah apa yang terjadi tadi. Sehun terlalu syok untuk memikirkan nya. Yang ia sadari saat ini adalah posisi nya yang sangat intim dengan Jongin. Ia berada di atas ranjang dengan Jongin duduk di perutnya. Dadanya seakan mau meledak. Jantungnya berdebar hebat. Ini salah, Sehun tahu yang ia rasakan ini adalah salah. Ia ingin berontak tapi tenaganya seakan lenyap.
Jongin mendekatkan wajahnya ke wajah Sehun. Ia ingin menolaknya. Tapi adrenalinya tak cukup kuat. Ia memejamkan matanya. Hanya itu yang dapat ia lakukan. Setidaknya begitulah yang dilakukan tokoh utama wanita di dalam drama yang Sehun tonton dalam situasi seperti ini. Well, tapi ia bukan tokoh utama wanita kan. Dia seorang pria. Dan pria macam apa yang bertingkah seperti ini. Apa mungkin ia menyukai Jongin. Tiadak! Sehun menolak keras. Ia tidak menyukai Jongin.

FIN!