Sick (Prolog) : salam...kenal? (Yunhyeong POV)

/

/

| all of iKON's member especially; Song Yunhyeong, Kim Jiwon, Goo Junhoe, Jung Chanwoo|

/

| Friendship, Life, opening-Romance? (becareful, sad ending)|

nb; srry guys i can't handle myself for stop unstanning and update junbob junhyeong's fanfict. Tangan saya udah gatel dan rindu mereka. So this is it...ini isinya hampir flashback/prolog dari cerita Sick dan Friend With Benefit (gak pernah baca dua ff ini? noproblemo, justru kalo kalian udah baca dua ff itu kuduwajib baca ff ini biar ngerti). The cast will have their own pov tapi nanti di epilog/flashback dah selesai pov bakalan normal. Makasih banget buat baca ff trashed ini:") i realy appreciate(?) u


Aku masih ingat jelas kali pertama kedatanganku kesini dan menghadapi three-unbeatable-kim. Takut? Tentu saja, apalagi ketika Yang Hyunsuk dan beberapa produser serta petinggi YG lain tak banyak komentar dan terus memasang ekspresi datar seakan-akan tiga orang berbadan kecil yang terus menerus menatap antusias ke arah kami berdua adalah serigala berkostum sang nenek; tampak tak berbahaya namun sesungguhnya...

"Jadi namamu...Song Yunhyeong?"

Aku mengangguk kala itu. Benar-benar takut dan gugup. Begitu ruang latihan ini hanya bersisa kita berlima, seorang pemuda bertopi terbalik yang dari awal terlihat tidak dapat menahan penasarannya bertanya.

"I-iya," Aku bingung mengapa saat itu aku sangat ketakutan, padahah mereka tidak menggigit. Tapi aku akui sampai sekarang aku dapat merasakan (dan mengingat jelas) perasaanku kala itu dan aku masih merasa segan kalau berhadapan dengan mereka meskipun sesungguhnya aku masuk ke dalam list hyung line di dalam grup.

"Ah~geurae~" Pemuda bertopi terbalik tersebut menghela nafas lega sebelum tersenyum puas sembari bertepuk tangan. Wajahnya tampak begitu polos dan lugu, berbeda dengan dua orang lain di sebelah yang sepertinya lebih tua darinya.

"Yang Sajangnim hanya menyebutkan nama kalian berdua saja; kami tidak tau kalian kelahiran tahun berapa, pengalaman kalian, dan ah! Apapun itu gila aku lupa. Kan gak lucu kalo kejadianku dan Hanbin terjadi lagi," pemuda lainnya yang berambut sama dengan tren boygrup tahun ini; rambut jamur atau mangkuk namun miliknya agak kecokelatan. Selain itu dia mempunyai sepasang gigi terdepan yang khas; mirip kelinci.

Kuluangkan waktuku untuk berdecih sejenak. Meskipun visualku saat itu dan sampai sekarang tidak bagus tapi setidaknya aku tidak alay (dan orang ini masih alay sampai sekarang mau umurnya bertambah sebanyak apapun dan sampai sekarang aku tidak takut untuk memakinya alay).

Aku menoleh dan mendapati kedua pemuda yang terhalang oleh pemuda berkulit seputih susu masih bertindak anarkis untuk mendorong satu sama lain; oh jadi yang bersnapback itu namanya Hanbin. Namanya sepolos wajahnya.

"Ah ya, dimulai dari kau saja. Kau sangat standing appearance sekali," Kedua bolamataku membesar beberapa milimeter. Ah? Aku?

Aduh, aku mau bicara apa di hadapan mereka. Kesan pertamaku harus baik. Itu yang aku pikirkan waktu itu. duh, betapa naifnya aku.

"A-ah itu..."Aku yang dulu menggaruk pelan tengkukku yang tak gatal. "Namaku Song Yunhyeong. Lahir pada bulan awal kasih sayang tahun 1995. Aku bisa bernyanyi, kupikir begitu. Artis dan lagu yang selalu kusuka adalah milik Jason Derulo. Aku-"

"Kau suka dengannya? Kenapa bukan Ne-Yo? Michael Jackson?"

Aku terkejut mendengarnya dan menoleh dengan cepat ke kan-

U-uwah! Wajahnya dekat sekali! Aku memundurkan wajahku seketika. Fiuh, hampir saja.

Mata tajamnya memicing ke arahku. Tak lupa juga dengan kepalanya yang sebentar-bentar dimiringkan ke kanan lalu ke kiri.

Yah, siapa lagi kalau bukan Goo Sassy Junhoe. Aku masih ingat jelas kesan yang dia berikan kepadaku, sangat membekas hahaha~

"UWAH!" Pemuda bergigi kelinci secara tiba-tiba bertepuk tangan, terlalu antusias. Hanya dia saja yang melakukan hal itu karena dua orang temannya lagi memberikan pandangan menghakimi ke arahnya.

"Ew, jaga imagemu, Kim. Sikumu itu menyikutku tau?"

"Jijik, Kim. Image pertama harus selalu bagus."

Aku bingung antara mau menghakimi balik tatapan pemuda berwajah sangar di sebelahku yang masih tak menjauh juga atau menaruh atensi pada pemuda bergigi kelinci itu yang tengah bergerak kesana kemari (yang ia sebut adalah jenis tarian terbaru).

Kalau aku kembali ke masa lalu sih, pasti akan langsung kupanggil dia idiot.

"BERANI JUGA KAU, WAHAHAH! GAYAMU KEREN SEKALI!"

Hanbin yang masih dalam eurofia-entah-apa-itu mulai mengangguk-anggukkan kepalanya. "Benar juga, setelah Yunhyeong hyung kau akan banyak memiliki fans dengan wajah seperti itu."

Pemuda berkulit susu yang suaranya kalah besar dengan miliki dua orang di sebelahnya tampak menyeringit. "Kupikir kau senang karena menemukan teman satu garis."

Aku cukup terkejut mendengar suaranya (sampai sekarang juga) karena suaranya enak sekali untuk di dengar; cukup cempreng tapi tetap saja enak. Suaranya khas sama seperti Hanbin.

"Ah-? Benarkah?" Pemuda berkacamata itu melongo sebentar, tariannya berhenti di tengah udara sehingga ia terlihat aneh sekali dan yang pasti mengira dirinya aneh bukan aku saja tetapi semua orang termasuk pemuda di sebelahku yang mulai melemparkan tatapan mengejek.

Ah, sangat sassy. Apa dia tidak takut akan ditatar tiga orang di sini?

"Kau?" Matanya membulat sempurna. Terlihat lucu sekali karena matanya sangat kecil. Jari telunjuknya yang kurus terarah padaku. Aku? Aku kenapa?

"Kau satu garis denganku? Kukira lebih mu-WADUH!"

"Buwodoh!" Hanbin-lah pelaku di balik kesakitan yang pemuda berkacamata itu rasakan, itu semua berkat jitakkan tepat di ubun-ubunnya.

"BIN! AKU INI KAN LEBIH TUA DARIMU!"

Oh? Mataku mengerjap. Jadi hanbin benar-benar lebih muda?

"Malah Yunhyeong hyung lebih tua darimu," dengusnya sebelum menekan kuat-kuat ujung dahi pemuda berkacamata dengan telunjuknya.

"Duh," keluh sang korban lalu tangan kanannya tiba-tiba terulurkan di hadapanku. Eh?

"Ayo salaman! Bukankah itu yang dilakukan orang-orang kalau sedang berkenalan? Kita ini sama-sama 95lines jadi ayo bersahabat dan jangan kaku sama lain!" serunya ceria, tak lupa dengan senyum ala pasta giginya.

Ah, rupanya orang yang sangat ceria.

"Ayo balas jabatan tanganku! Yang hip-" Wajahnya langsung berkerut begitu aku membalas jabatan tangannya seperti yang sudah-sudah alias normal.

"Bukan seperti itu! Seperti ini, nih," Pemuda berwajah sengak itu terkejut saat tangan kanannya ditarik secara paksa dan digunakan untuk...high five?

"Hai! Namaku Kim Jiwon. Lahir di hari ibu karena itu aku sayang ibuku, tapi jangan salah aku adalah rapper hard disini berbeda dengan gaya rapp Hanbin. Kau?"

"Goo Junhoe. Aku termuda disini, 97lines. Basicku dance, aku pernah muncul di Star King sebagai Michael Jackson kecil tapi aku ingin menikmatkan kualitas vocalku, belajar dari awal. Mohon bantuannya."

(Singkat dan jelas, seperti biasanya haha~)

Suaranya bass sekali. Boleh saja dia bilang memulai menyanyi dari awal tapi sudah ada skill yang terlihat. Posisinya pasti vocal utama

Aku yang dulu mengangguk mengerti. Pantas saja dia mencemooh favoriteku, karena aku dan dia berbe-

Tunggu, bagaimana kita bisa menyatu dan debut di bawah nama grup yang sama? Bahkan Hanbin dan siapa namanya tadi? Jiwon? Terlihat berbeda sekali. Suaraku, pemuda berkulit seputih susu, dan...Junhoe? juga berbeda.

Jiwon seperti lebih cocok bersama grup hiphop, Bigbang sunbaenim, atau rapper underground sementara Hanbin mengingatkanku pada Tablo Epik High. Pemuda berkulit seputih susu (dan agak berwajah bayi) juga memiliki suara seperti milik Taeyang Bigbang dan juga Junhoe...Kim Jaebum sunbaenim?

"Nah sekarang giliranmu, hyung!" Aku tersentak kaget begitu tanganku diajak hi-5 juga.

"Hai, Yunhyeong hyung! Namaku Kim Jiwon, seperti perempuan memang jadi stage nameku Bobby. Aku berasal dari Amerika jadi yah maaf agak seperti ini, kita harus dekat karena hanya kau yang satu garis denganku! Salam...kenal?"

Saat itulah pertama kalinya aku merasakan tangan hangat lain yang tak kalah seperti milik ayah.

Dan senyumnya yang juga khas akan selalu terekam jelas di dalam ingatanku.

.

.

.

"Hah," Aku nyaris menitikkan air mata begitu mendengar helaan nafas yang terdengar untuk kesekian kalinya.

"Sudahlah, Jiwon-ah. Sabar," Jinhwan hyung –pemuda berkulit seputih susu dan bermuka bayi mengusap pelan bahu Jiwon yang menegang sampai membuat ia yang awalnya duduk menjadi berdiri.

"Tapi hyung! Tsk!" Jiwon menyingkirkan kedua lengan Jinhwan di bahunya sebelum kembali duduk. Dia mengacak kasar rambutnya yang sebelumnya tersembunyi di dalam topi.

"Ya Tuhan," bisiknya yang masih dapat kudengar. "Bagaimana Hanbin bisa sesabar ini padamu?"

"Hanbin boleh saja tampak lebih tua dan mengerikan di kesan pertama tapi aku lebih menyeramkan darinya karena tidak sabar. Siapapun ajari aku untuk marah-marah," sambungnya lagi, kali ini lebih keras sehingga mengundang tatapan tak suka dari pemuda berkaki panjang, Goo Junhoe yang menyelesaikan challenge tarian untuk kami berdua dengan sempurna.

Tentu saja, itu benar-benar tantangan. Melakukan beberapa aksi material art, tak semua orang bisa bukan? Ditambah lagi aku sama sekali tak memiliki basic untuk menari.

Awal aku masuk sini juga bukan untuk penyanyi kok. Obsesiku aktor tapi Yang Sajangnim berhendak lain.

Ingin rasanya aku meneriakkan itu semua tapi aku memilih diam saja.

Akan sangat tak lucu kalau tangisku pecah saat aku mengutarakan perasaan yang menekan ini.

"Kurasa kau terlalu berlebihan," Suara beratnya keluar dan itu cukup mengerikan untuk di dengar karena suaranya beradu dengan milik Jiwon yang tak kalah beratnya (sampai sekarang aku juga ngeri dan menghindari pertengkaran mereka berdua mesipun itu hanya sebuah candaan).

Jiwon mendongak, masih dalam posisi memegangi rambutnya. Matanya sudah menatap nyalang ke arah yang lebih muda. "Apa yang barusan kau katakan?"

"Aku bilang kau berlebihan," kali ini berteriak. "Itu level tinggi dan sejak awal Yunhyeong bilang kalau dia tidak punya basic untuk menari. Tidak semua orang bisa melakukannya, bahkan aku sangsi kalau kau bisa."

Beruntungnya Jiwon bukan tipe orang yang mudah tersulut api karena ekspresinya menjadi 'lempeng' kembali.

"Kau pikir aku tidak tau kalau suaranya juga tidak mumpuni? Dia tidak tau banyak teknik, suaranya stabil tapi tidak digunakan dengan baik."

...Tapi bukan berarti Jiwon tidak langsung memadamkan api.

Jinhwan hyung tampak terkejut saat itu dan langsung mendorong pelan bahu Jiwon. "Ya! Aku lah yang mengetest-nya tadi, kau meragukan kemampuanku huh? Teknik bisa didalami selama punya basic tidak masalah! Kalau kau menyuruhku mengujinya dengan lagu hard tentunya tidak mungkin, saat awal disini aku juga tidak langsung hebat bukan? Biarkan Yunhyeong menyanyikan lagu yang dia sukai, suaranya enak kok!"

Jiwon menghela nafas kembali sebelum keluar dari ruang latihan.

Brak!

"Huh, anak itu," gerutu Jinhwan sebelum beralih ke arahku dan ikut duduk di lantai bersamaku dengan senyum hangatnya.

"Hey, tenanglah. Jiwon memang suka begitu kalau tidak ada Hanbin, karena dia merasa tanggung jawab terberat ada di bahuku jadi yah suka begitu deh, hehe~" Aku mengangguk pelan sebagai respon tetapi kepalaku masih tertunduk lesu.

Aku masih berusaha menahan tangis.

Jinhwan hyung mengusap punggungku namun kepalanya mendongak untuk mendapati Junhoe masih berdiri disana dengan tatapan kesehariannya yang seperti tengah menghakimi seseorang.

"Kenapa berdiri diam terus? Duduk saja sudah tidak ada yang melarang! Begini-gini aku kan lebih tua dari mereka berdua hehe," Jinhwan hyung terkekeh pelan, seirama dengan tepukkan di punggungku. Manis, manis sekali. Bagaimana bisa Hanbin tidak kerap kali tertangkap basah menatap kagum ke arah tetua disini? Semua orang tentu mengaguminya.

"Oh? Ya ya, hyung," Junhoe menjatuhkan bokongnya di sebelah Jinhwan, terapit olehku dan Junhoe. Sepertinya dia suka sekali berada di tengah-tengah.

Sebelah tangannya yang lain, tangan kanan Jinhwan hyung ia gunakan untuk mengusap pelan puncak kepala Junhoe. Junhoe tampak terkejut namun pada akhirnya ia memilih untuk menikmatinya; seperti anak anjing yang tidak akan menggigitmu.

Junhoe bahkan sedang tersenyum, dan demi apapun ia terlihat sangat bersahabat dan hangat dengan senyuman seperti itu. Sama sekali tidak ada sisa jejak menakutkan terpatri di wajahnya.

Waktu itu adalah pertama kalinya aku melihat senyum Junhoe, sampai sekarang dan seterusnya tidak akan kulupakan.

"Loh, Yunhyeong?" Aku terkesiap begitu buliran airmata yang sempat lolos diusap lembut oleh ibu jari Jinhwan hyung. Ah...

"Kamu menangis?"

"Tidak kok hehe," Aku menepis lembut tangan Jinhwan hyung di wajahku sebelum menggosok pelan kedua mataku yang masih berair. Tak lupa juga kuselipkan kekehan di dalamnya agar aku tak terlihat memalukkan.

Aku memang payah. Lemah sekali.

"U-uwah, hoksi uri Yunhyeongie..."

Aku menoleh dengan mataku yang membulat terkejut. Waeyo? Kenapa mereka berdua terlihat seperti takjub?

"Kau akan menjadi visual kami!" pekik Jinhwan girang seraya memelukku seerat mungkin. Aku agak sedikit kewalahan karenanya tetapi begitu melihat Junhoe masih tersenyum –dan senyumannya sampai ke mata, ohgod sambil mengusap pelan puncak kepalanya –bekas tepukkan Jinhwan hyung disana, tiba-tiba aku merasa tenang dan agak bisa bernafas.

Atau justru aku kehilangan separuh nafasku?

"Aku baru tau kalau satu tepukkan saja sudah bisa menghangatkan perasaan seseorang," gumuam Junhoe masih sibuk dengan kesenangannya pada tepukkan di kepala sampai ia mengulanginya berkali-kali.

Dengan susah payah dan bercampur kegugupan, aku menelan air ludahku.

"Goo Jun-"

"Yunhyeong hyung," Junhoe mengalihkan tangan kanannya dari kepalanya ke kepalaku lalu mulai menepuknya perlahan. Terlihat seperti maknae kurang ajar tetapi...

...Aku menyukainya.

"Hyung menangis karena sakit hati bukan? Apa peasaan hyung sudah hangat sekarang?"

Apa Jinhwan hyung yakin kalau Junhoe bukan visual of group? Sampai sekarang aku masih menganggap kalau Junhoelah visual disini.

Lalu setelah itu, Junhoe tertawa. Untuk pertama kalinya seorang Goo Junhoe tertawa. Lepas tanpa beban. Sangat bahagia. Sangat...

Ya Tuhan, telan aku saja sekarang.

Pelukkan hangat Jinhwan hyung dan usapan di punggungku serta tawa Junhoe.

Aku membalas tawa Junhoe dengan senyumku, senyum sebahagia mungkin. Lalu kedua mataku terpejam.

Pelukkan Jinhwan hyung mulai kubalas dan tangan besar Junhoe di atas kepalaku sudah kugenggam erat.

Hangat. Nyaman.

Aku ingin merasakannya lagi. Sekali lagi.

Perasaan ini...akan terus kusimpan.

Tapi rasanya tidak mungkin.

Tuhan, bisakah kau menghentikkan waktu untuk sebentar saja?

.

.

.

"Jadi...kita akan berhenti sampai disini?"

Suasana kali ini berbeda dengan suasana saat kedatanganku pertama kali disini.

Begitu mencekam.

Begitu tegang.

Usaha keras kami rasanya sia-sia, masa-masa kebahagiaan dan kebersamaan kami sudah terlewat jauh, masa keemasaan kami sudah mulai redup untuk diambil ahli oleh beberapa junior, dan cobaan lain mulai berdatangan.

Seperti saat ini.

Aku menahan nafasku cukup lama seraya memegangi leherku yang rasanya tercekik.

Aku tidak bisa bernafas dengan baik disini.

Jinhwan hyung pun juga merasakan hal yang sama. Dia mulai menggigit bibir atas dan bawahnya secara bergantian.

"Tidak, tidak. Bukan begitu," Suara Hanbin memecahkan keheningan dan menghentikkan pikiran berkecamuk kita semua.

Tapi tidak cukup untuk menghilangan rasa gundah gulana yang melanda, apalagi menjawab rasa penasaran kami atas jawaban leader yang sebelumnya menghadap petinggi di agensi yang sudah menaungi mereka selama ini.

"Lalu apa?" Pertanyaan Chanwoo, sang maknae yang sudah tak sepenuhnya maknae lagi kembali terdengar dengan nada yang sama seperti sebelumnya. Memang hanya dia yang berani mengeluarkan suaranya disaat-saat seperti ini.

"Aku dan Hanbin akan mencoba melakukan apa yang dilakukan Tablo hyung," Jiwon membuka suara. Jiwon yang dulu dan sekarang juga mulai berubah, sekarang dia mulai terlihat dapat hidup sendiri karena kedewasaannya, setidaknya jika jalan kita sebagai iKON harus berhenti sampai disini, Jiwon tidak akan membuatku mengkhawatirkannya.

"Maksudmu?" Suara Jinhwan hyung terbawa angin. Tentu saja, saat ini adalah musim dingin di akhir tahun. Kita semua berada di atap gedung YG.

Tapi kita tidak bodoh untuk tidak menyadari ada ketakutan di dalam suaranya.

Aku semakin mengeratkan pelukkanku di bahu Jinhwan hyung.

Jiwon menghela nafas sebelum mengusap wajahnya kasar. "Membuat label sendiri yang nanti akan menaungi kita semua jadi sampai keinginanku dan Hanbin selama ini terwujud, kita akan hiatus dan mungkin melakukan aktivitas individual? Dan selama itu pula kita masih di bawah label HIGHRND atau YG, tinggal kalian yang memilih."

"Mau sampai kapan?" Donghyuk jelas sudah menahan tangis. Aku menatap Donghyuk yang berada di sebelah Jinhwan hyung dengan tatapan nanar, uri maknae yang tidak mudah menangis...

"Yunhyeong hyung bisa melakukan debut aktingnya bersama Chanwoo atau menjadi model. Jinhwan hyung akan ikut pada kalian atau YG bersama Youngbae hyung, kalian berdua bisa solo menjadi rapper atau sekedar model NONA9ON. Junhoe bahkan bisa menjadi apapun yang ia ma-"

"Siapa bilang?" Semua orang menaruh atensi pada Junhoe yang sudah mendengus keras di ujung bangku melingkar.

Kita duduk melingkar seperti saat perpisahan Mix & Match dulu. Dan kita berpisah dan terpecah disini juga. Menyedihkan sekali.

"Sudah sejak awal kubilang tak akan ada acara solo untukku, apapun itu. Project tak masalah, duet pun tidak tapi solo? Tidak akan," Junhoe merapatkan kembali jaket yang menyelimuti dirinya. Junhoe tumbuh dan berubah menjadi pria dewasa juga, dan tentunya semakin sassy yang agak tau aturan serta makin memanjangkan kakinya.

"Kenapa kau terlihat khawatir sekali, Kim Donghyuk? Tidak akan ada yang pergi dari sini, tidak akan ada yang terpecah seperti ketakutanmu saat WIN dan Mix & Match dulu. Kita iKON, mana mungkin terpecah?"

"Jika yang kau khawatirkan adalah tentang bagaimana nasibmu, aku bersumpah tidak akan terabaikan," sahut Hanbin, satu-satunya yang berdiri sejak kedatangannya untuk tetap bersandar pada tiang pembatas dan masih memandangan keindahan kota Seoul di tengah malam.

"Jika kalian masih takut, maka aku akan bertanggung jawab atas kalian semua. Kita akan tetap tinggal di tempat yang sama, aku jan-"

"Bukankah bebanmu terlalu berat?" Hanbin tampak terkejut mendengar suaraku saking jarangnya aku bersuara untuk memberikan pendapat sepatah dua kata.

Aku menggigit bibir bawahku kuat-kuat. Tidak, tidak ada acara menangis lagi. Ini bukan perpisahan, oke?

"Mari hilangkan sejenak keegoisan kita semua. Hanbin sudah terlalu lama menanggung beban dan kita semua sudah dewasa. Kita semua bisa menghidupi diri kita sendiri, tak apa jika kita masih memiliki apartement untuk tinggal bersama tapi bagaimana dengan keluarga masing-masing? Tentu kita-"

"Aku akan berada di sisi Hanbinie," Jinhwan hyung meringkuk lemah di belakang punggungku. Tentu saja mereka akan bersama, bahkan aku berharap iKON bubar saja agar mereka bisa cepat mengesahkan hubungan mereka tanpa takut dibayang-bayangi entertainment.

iKON hanya nama bukan? Karena kebersamaan akan selalu ada di hati kita semua.

Donghyuk dan Chanwoo sama-sama terbelak kaget. Sebagai maknae pastinya mereka-

"Jadi kita akan tinggal berpisah? Kalian semua akan meninggalkanku?" –akan mengatakan hal itu. Kupikir tidak akan bersamaan.

"Aku akan bersamamu, Kim Donghyuk," secepat respon para maknae, Jiwon juga menjawab dengan cepat pula tapi sedetik kemudian, dia terlihat seperti...terkejut?

Aku menoleh dan melihat sepasang manik mata milik Kim Donghyuk sudah berkaca-kaca disana.

Bisa kurasakan Jiwon melempar tatapan ke arahku yang berusaha kuabaikan begitu saja.

Jadi ini keputusan finalmu, Kim Jiwon? Aku tersenyum lemah. Pada akhirnya, kau akan tetap memilih bersama Donghyuk bukan?

Jinhwan hyung yang sudah menggunakan bahuku untuk tempatnya menangis mulai mengangkat kepalanya dan membisikkan sesuatu di telingaku.

Tidak apa, hyung. Tidak apa. Aku mengulas senyum lebih lebar lagi. Tangan kiri yang kosong kugunakan untuk menarik lengan Donghyuk agar dia sedikit mendekat, sekaligus menawarkan bahuku yang masih kosong untuk tempatnya menangis.

Ketika mataku mulai terasa panas kembali, aku menahan nafas selama mungkin. Tidak apa, Song Yunhyeong. Jangan egois. Jangan pentingkan dirimu sendiri. Setidaknya Donghyuk sudah aman dan tak merasa ditinggalkan.

"Lalu bagaimana dengan-"

"Kau akan tinggal bersamaku, Jung Chanwoo," Aku terkekeh pelan seraya menepuk kedua bahu kedua orang yang amat kusayangi ini. "Eommaku akan sangat bahagia mempunyai bantuan tambahan chef di restoran dan akan sangat menyenangkan melihat dua orang kem-"

"Kau akan jadi tanggung jawabku, Song Yunhyeong," Aku memandang terkejut ke arah Junhoe yang sudah berdiri. Kedua tangannya terkepal namun aku tidak dapat membaca pikirannya meskipun sepasang mata kelamnya sudah kudalami begitu lama.

Dari dulu sampai sekarang, aku tidak bisa memahami pemuda Goo ini.

"Jadi ini sudah keputusan final?" kekehnya rendah namun penuh sarat akan sarkasme di dalamnya. Jangan lupakan tatapan sinisnya yang terarah kepada –ah– Jiwon yang enggan sekali kutatap.

Semuanya mengatup rahang mereka rapat-rapat lalu suara tawa Junhoe terdengar kembali.

"Baiklah kalau begitu. Jika Hanbin hyung dan Jiwon hyung akan membuka label agensi mereka sendiri maka aku..." Matanya berkilat tertimpa cahaya bulan. "...Akan membangun perusahaan. Entah dalam bidang apapun itu, selama Yunhyeong hyung disampingku tidak masalah."

Junhoe saat ini berbeda dengan Junhoe dulu. Meskipun JunBob terkenal akan ke-awkwardnya, terselip sisa-sisa rasa persaingan di antaranya sejak sebelum debut.

Dan kali ini terpancar kembali rasa-rasa persaingan tersebut.

Junhoe yang sekarang masih suka tertawa dan tersenyum namun hanya satu yang tidak kusukai.

Tatapannya yang mengandung banyak arti.

Antara 'aku satu langkah di depanmu' dan 'yang selalu ada akan mengalahkan yang dicintai'

Dan itu tertuju padaku serta Jiwon.

/

/

-yotbcyo

/

/

WOI APAAN NIH /SLAP /LEMPARMEJAALARIRI

Cari ribut banget sih HAHA tolong aq gakuku saya. Next POV siapa ya? um...umm...gak tau:") gak kepikiran karena alurnya bisa maju mundur cantik. Disini mah mundur di ending normal cuma untuk pemeran asique macam Donghyuk dan Chanwoo bakalan maju-mundur-maju-mundur manis (dan enakkan maju mundur btw HAHA sapatau kerasafeel yagak)

Harus 7 chap gak sih? Wajib sebenarnya aduhai:" doain aja lebih dan semuanya kebagian pov masing-masing (karena saya miris dan mengiris bawang kalo mikiran beneran bikin jinhwan, hanbin pov. Have no idea apalagi nanti June pov, otak dibalik cerita ribet ini. tau deh bakalan seambruadul apa dan sebelibet gimana:")

Udah nih? Udah ya, mau liburan dulu;_; ai wrote this dalam satu hari, no edit jadi gurih aja ya bacanya:" selamat menikmati: (good news; there's will be fanfic update on weekend ofc, i dunno new fanfic or this fanfic, still wait nah) JANGAN LUPA BACA FF NAMJOONKU DI WATTPAD /MWAHFORALLOFYOU #TEAMJUNHYEONG #TEAMJUNBOB –tertanda, innochanuwku