MAMA
Author : TheLost13
Disclaimed : I own everything, except the humble casts, are the God's. J
Title : MAMA – Realizing (1/?)
Genre : Hurt/comfort, fluff, crime, adventure, friendship, romance, action, (WARNING!) BL.
Rating : (Masih) T
Casts : EXO members, also other casts~
Pair : Official pair of EXO (KrisTao, HunHan, ChanBaek, XiuChen, SuLay, KaiSoo).
Summary : "This is a story about The God, and the victims."
Note~ : Ini fanfict EXO pertama dari saya. Lagi sok ikin-bikin fanfict yang ber-genre action nih! ._.V Dui bu qi everbodeh, saya ga ngerti alamat-alamatan di Korea, apalagi China. Jadi saya memutuskan untuk menggabung tempat hidup para karakter, yaitu, Korea. Tentu saja dengan latar belakang masing-masing karakter.
*Big hug before start*
Lit'Lethal © Enjoy~
Tell me, dear God,
Why did the people change?
EXO is Here
~ Normal Point of View ~
Sore itu tentram, damai, tenang, sunyi, dan― segala kata yang mencerminkan keadaan 'sepi' suatu tempat. Tak terlihat kekacauan, berisik pun tidak. Hanya satu yang kurang bagi Oh Sehoon yang tengah memandang bintang terbesar di galaksi, matahari, terbenam.
Kenyamanan.
Ada kegelisahan merayapi pemuda yang menguasai angin baik dalam bentuk elemen maupun cuaca itu. Berdiri di balkon memang ide buruk dalam cuaca begini. Angin yang menerpa kulitnya bisa dibilang tidak menyenangkan. Bukan angin hangat maupun kering, justru angin basah yang menciptakan titik-titik air di wajahnya. Kalau orang bilang, sepertinya akan hujan. Namun, sebagai Sehoon yang tak punya jemuran untuk diangkat, angin berarti lain.
Sehoon mengangkat tangannya, mengikat kumpulan angin pada telapak tangan. Ia coba merasakan apa kira-kira yang membuatnya gundah. Angin menciptakan badai kecil, berputar-putar di telapak tangan Sehoon. Sedikit menggelitik kulit Sehoon sebelum akhirnya memudar dari satu titik tersebut.
Whuuuuusshhh~
Lagi-lagi angin berhembus ke arahnya. Sepeti membisikkan 'Sesuatu sedang dalam perjalanan menujunya', menambah kecemasan akan sesuatu itu. "…Angin menyebalkan." dan Sehoon tahu, tidak hanya sekali dua kali ia mengumpat seperti itu.
EXO is Here
"HYAAAAA!"
Malangnya Park Chanyeol, si pekerja sambilan yang sedang membakar sampah. Seharusnya itu pekerjaan mudah mengingat kita hanya perlu menumpuk sampah ditengah kobaran api. Bermain dengan gundukan sampah yang terbakar menjadi kesenangan tersendiri bagi Chanyeol.
Tapi―entahlah...
Tak tahu kenapa, api selalu terlihat menyukai Chanyeol. Tanpa perantara, api dapat menjangkau dirinya. Misalnya, tiba-tiba api menjalar ke arah Chanyeol yang tengah berjongkok memperhatikan bakaran sampah. Seketika itu Chanyeol berdiri tegap, dan buru-buru ngacir karena takut.
Kejadian aneh yang sering menimpanya itu, membuat Chanyel penasaran. Sampai suatu ketika pemuda itu berhenti lari dan justru mendekatkan tangan ke api tersebut. Ajaibnya, sang api bukannya membakar. Melainkan melingkupi tangan Chanyeol, menyelimuti tanpa membuatnya kesakitan seolah sudah bersahabat sejak lama.
Iya, itu hanya terjadi sekali. Karena kali-kali beikutnya, lagi-lagi Chanyeol terbirit ketakutan tiap api mendekat padanya-_-.
Chanyeol bukannya senang dengan acara 'kabur-kaburan' ini. Soalnya, selain terkadang orang-orang men-stare aneh dirinya yang sedang menjerit, dia uga tak bisa terus-terusan lari. Karena jejak yang ia lalui akan terbakar si api. Belum lagi, semakin Chanyeol berusaha melarikan diri, semakin besar pula kobaran api yang mengejarnya. Ujung-jungnya, sebelum api menghanguskan sekitar, Chanyeol harus menyiram atau memukulkan karung supaya apinya padam.
Back to our main 'idiot' character.
"Hiiiiiyy, jangan kejar ak―!"
BUGH!
.
.
.
Ups, hati-hati, Chanyeol-ah.
"Auwww..."
Baik yang menabrak maupun yang ditabrak merintih. Sama-sama jatuh bukan hal yang aneh, mengingat kerasnya tubrukan yang mereka alami. Tapi, sedetik berikutnya Chanyeol berdiri tanpa meakukan apapun ―minimal bantu berdiri― untuk orang yang ditabraknya. Segera ia lari lagi, takut orang lain kena imbas api yang mengejarnya.
"Iiiiikkhhh! Padamlah kau api sialan!"
Dan, si korban tabrak lari pun melongo ngelihatin Chanyeol ―plus api di belakang pemuda itu yang setia mengikutinya―. Tidak butuh waktu lama baginya untuk mengerti situasi Chanyeol. Sepertinya tokoh yang baru muncul ini mengetahui sesuatu tentang penabraknya. Ia berdiri, menepuk-nepuk pantat agar debu yang menempel berjatuhan. Lalu, menjentikkan jarinya di udara kosong.
Tahukah kalian apa yang terjadi? (Reader: Ga Thor, belom dikasih tau! │ Author: Oke, saya kasih tau sekarang nihh. O.o)
Hujan terjadi di Tempat Kejadian Perkara(TKP). Rintik-rintik, dan tiba-tiba, namun bukan itu yang membuat Chanyeol terkicep-kicep memandangi air yang mengguyur dirinya. Dia sih pasrah saja kalau kehujanan.
Terus kenapa Chanyeol cengo?
Karena hujan cuma turun di sekelilingnya!
Lihat, bahkan lelaki yang menjadi korban tabraknya, tidak kebasahan sama sekali. Diskriminasi alam macam apa ini?, pikir Chanyeol.
Mana ada diskriminasi yang melibatkan alam semesta, Park Chanyeol. Kau hanya tidak tahu saja, bahwa orang itu, Kim Joonmyun, menguasai elemen air. Air adalah kekuasaannya, eksistensi yang tidak mampu membantah dirinya. Ia bilang hujan, maka terjadilah hujan itu. Ketika ia menitahkan pada air agar menjauhi dirinya, air akan menuruti.
"Kau harus menghadapinya. Jangan terus-terusan lari. Api takkan menyakitimu, itu 'melindungi'mu, Flame." Rintik-rintik hujan berhenti, dan Joonmyun melangkah pergi. Di belakangnya, Chanyeol menatap bingung dengan tanda tanya tertera di iris matanya.
"What the―?"
EXO is Here
"Apakah masih sakit?"
Kim Minseok menggeleng. Memang sih tadi sedikit nyeri, tapi sekarang udah plong. Tiap hari mendapat warna biru kehijauan di kulitnya bukan hal baru. Mungkin pori-porinya sudah kebas atau memang dia sudah terbiasa sampai tak merasa sakit lagi. Apapun itu, jangan dipikirkan, deh. Memang yang nanya saja berlebih―
POK!
―an.
"Aih!? Appo, Yixing-ah.. Main pukul saja." Minseok mendumel sementara lelaki di depannya, mengusap-usap sisi miring telapak tangan yang digunakan untuk menggetok kepala batunya Minseok.
"Aku takkan memukul kalau kau tidak memaksakan diri, ge! Tidak bosan mendapat memar yang sama tiap hari, huh?"
Daripada: Lebih bosan melihatmu tiap hari, Minseok memilih: "Mau bagaimana lagi," karena takut dihajar lebih lanjut oleh hoobae-nya itu. "Namanya juga Taekwondo,' ia mengerucutkan bibirnya.
"Taekwondo lalu Kendo. Yeah, lakukan semuanya. Setelah ini tolong katakan kau akan belajar Martial Arts. Ohya, tak tertarik kursus Beatbox?"
'Mulai deh...'
Minseok sedang sial. Berturut-turut dihajar senior dalam tarung Taekwondo, dan sekarang ceramah orang yang dikenalnya sebagai Zhang Yi Xing menyambut. Seperti tidak ada derita lain saja.
Hari sudah sore, yang diinginkan Minseok bukan khotbah panjang, tapi istirahat. Padahal jika melihat waktu, jam pulang klub Taekwondo adalah 19 menit yang lalu. Makanya saat ini Minseok cuma berdua sama sahabatnya, di halaman belakang sekolah. Setelah sebelumnya Minseok mengaduh sakit ke Yi Xing, yang setia menunggunya sampai pulang, dan mengoleskan Counterpain di atas kulit yang membiru. (Oke, jadi Counterpain di Korea itu ada, 'kan? ._.)
"Lemah! Kau itu lemah!" Yi Xing menghardik dengan jari telunjuk terarah pada Minseok.
"Apa kau bilang!?"
"Kau tidak berbakat dalam pertarungan! Berhenti saja!"
"YA! ZHANG YI XING! TARIK KEMBALI KATA-KATAMU!"
"Itu kenyataan! Kau bahkan tak mampu melawan senior-senior ga becus itu!"
Lihatlah kepalan tangan Minseok yang melayang penuh tenaga. Sayangnya, sebelum menjangkau wajah manly-nya Yi Xing, tinju diblokir dan diarahkan ke udara kosong oleh si pemilik wajah. Yi Xing menggunakan lengannya untuk mengalihkan tinju Minseok. Yi Xing memelintir pergelangan Minseok yang rapuh. Tidak kencang, hanya supaya lelaki itu berhenti memakai tangannya sebagai media pemukul.
Lalu, karena kebetulan Minseok berdiri dengan tembok menjadi penyangga bahunya, Yi Xing mendorong pemuda itu agar terhimpit olehnya dan tembok. Tolong jangan remehkan hoobae-nya Minseok yang mantan kapten dan pelatiha Taekwondo ini, bisa? Minseok boleh saja lumayan jago dalam hal Taekwondo ataupun Kendo. Tapi soal pengalaman, ilmu, tenaga, dengan tubuh mungilnya, Minseok kalah jauh dari Yi Xing.
Menahan bahu Minseok karena Yi Xing tidak menerima pemberontakan, ia berkata lambat-lambat, "Aku tidak ingin kau terluka lagi, ge. Kumohon..."
". . ."
"Ayah mati di arena pertarungan. Gegeku dipukuli hingga ringsek dan meninggal dengan memar di tubuhnya. Aku berhenti menjadi pelatih, karena―kau tahu, aku―"
Sekuat yang ia mampu, Minseok menarik tubuh hoobae-nya. Hingga Yi Xing yang faktanya lebih tinggi darinya, mendaratkan dagu di bahu Miseok. Ya, mereka berpelukan. Kini saling mengeratkan tubuh meski awalnya Yi Xing terkejut.
.
.
.
.
.
"Gwaenchana, Yi Xing. Gwaenchana. Masih ada aku disini." biarkan rerumputan menjadi saksi terbisu akan kejadian ini.
EXO is Here
BYUUUURR!
"Gyahahahahahah!"
'Ya Tuhan...'
"Lihat, lihat! Ternyata benar dia tidak melawan!"
Di Smile High School, ada satu orang yang menjadi pusat kerumunan, bukan karena kejeniusan atau bakatnya. Huang Zi Tao namanya. Merupakan korban tindas yang, sungguh, terkenalnya melebihi artis-artis Korea zaman sekarang.
"Dasar sampah!" beraninya menginjak sekolah ini lagi!"
'Ini cobaan atau hukuman?'
"Kau tidak berguna! Menghilang saja dari dunia ini!"
Salahkan para pelajar Smile High School yang menjadikan Tao bahan candaan, pada awalnya. Candaan itu lama-kelamaan mengganas. Kekerasan fisik pun diterima tanpa perlawanan oleh Tao.
"Air kotor tampak cocok untukmu, bodoh!"
'Kalau ini cobaan, berikan kesabaran yang lebih padaku...'
"Namjadeul jangan dekat-dekat! Dia 'kan gay!"
Cercaan itu rasanya sudah sering didengar Tao, deh. Peduli setan kalau ia gay atau semacamnya. Toh menjadi gay bukan murni keinginan Tao. Untuk soal ini, salahkan saja Xi Luhan , yang notabenene adalah kakak angkanya, si penjerumus adik sematawayangnya ke jalan yang dianggap 'menyimpang' itu.
"Eh? Bukannya yang gay itu kakaknya, Xi Luhan?"
'Seandainya ini hukuman, apakah dosaku melebihi batas?'
"Kakaknya gay, berarti adiknya juga!"
Tao bahkan tidak tahu apakah hubungannya dengan Luhan, dapat disebut sebagai 'adik-kakak'.
"Kakak adik sama saja! Yang muda sampah yang lebih tua kot―"
NGIIING!
.
.
.
.
.
Siing~
.
.
.
.
.
Dead silence yang tidak wajar. Terjadi saat, Tao menatap beringas orang yang hendak berbicara buruk tentang kakaknya. Pemuda itu bangun dari posisinya yang terduduk dengan tidak elit. Mengepalkan tangan sekencang mungkin, melampiaskan kemarahan pada kuku jari yang menancap pada telapak tangannya.
Tenang, Tao. Kuasai dirimu. Jangan hajar mereka dengan ilmu beladiri China-mu.
Tao tidak bermaksud menggunakan kemampuannya. Tao tidak bermaksud dan kepikiran untuk menghentikan waktu ketika seorang dari penindasnya akan mencerca kakaknya. Sungguh, Tao bukannya berkeinginan untuk memberi pelajaran dengan menendang satu-satu para penindas itu selagi waktu terhenti. Tao bahkan tak ada niatan kabur dari lokasi penindasan saat waktu ia berhentikan.
Tao hanya tak ingin siapapun menghina kakaknya, itu saja.
"Kalian bebas menghinaku sebejat mungkin, tapi jangan coba-coba menyandingkan nama 'Luhan' dengan 'kotoran'."
Tao beranjak dari tempat itu.
Author sih bilangnya, Tao ngga bermaksud untuk melarikan diri selagi ia memegang kendali waktu. Tapi akhir-akhirnya, ntu cowok pergi juga 'kan.
Badmood, sepertinya.
Dengan polosnya, Tao berpikir seluruh isi semesta terkena efek kekuatannya. Tanpa mengetahui seseorang, sedaritadi, memperhatikannya dari balik tembok penghalang. Tidak melepaskan pandangan sedikitpun dari objek pandangannya, memendam tanda tanya besar di kepalanya.
'Kenapa hanya aku dan dia yang bergerak? Kenapa waktu terasa berhenti?'
EXO is Here
"Demi Tuhan, Sandara Park! Tutup jendelanya atau aku akan membunuhmu!"
Byun Baekhyun menjerit terpaksa demi kelangsungan(?) tidurnya yang damai. Ia tak suka cahaya, kurang bisa beradaptasi dengan benda bersinar. Cara ampuh untuk membangunkan pemuda ini adalah dengan membuka lebar-lebar tirai biru kelamnya, dan membiarkan cahaya matahari melingkupi kamar Baekhyun.
Gadis itu, yang dipanggil Sandara Park, mengernyit dan buru-buru menutup kembali jendela kamar. Tirainya pun ia lebarkan kemabli agar menghalangi jendela. "Baekhyun-ssi, sudah pagi."
". . ."
"Baekhyun-ssi."
". . ."
"Baekhyun-ssi."
". . ."
"Baekhyun-ssi!"
". . ."
"Baekhyun-ssi, Tuan dan Nyonya Byun sudah pulang."
Kalimat Sandara yang terakhir berhasil membuat Baekhyun terlonjak dari tidurnya. Oh Tuhan, betapa kangennya Behyun dengan kedua orangtuanya yang terlalu sering bepergian ke luar Korea itu. Alasannya ya kalau tidak dinas, studi banding, perwakilan, penugasan, de-el-el. Sampai bosan Baekhyun mendengar jawaban yang sama tiap ia bertanya mau kemana.
Sandara tersenyum jahil sebelum menambahkan, "Bercanda."
Wajah Baekhyun kembali muram―
Yeah, candaan yang lucu. Terlalu lucu untuk menjadi awal hari suram-mu.
Mata Baekhyun menilik tajam pada orbs Sandara yang terlihat innocent. "Kau tahu apa itu PHP?"
Sandara menggeleng.
"Di Indonesia, artinya pemberi harapan palsu!"
―dan ia melanjutkan aktifitasnya, bermanja-manja dengan kasur empuk.
Sandara menggeleng-gelengkan kepala. Kasihan juga sih, membohongi anak dari majikannya yang sibuk itu. Tapi mau apa lagi, Baekhyun yang kurang kasih sayang dan perhatian, hanya akan bangun bila mendengar sesuatu mengenai orangtuanya.
Sandara mulai mengambil nafas panjang, "YA! BYUN BAEKHYUN-SSI! ANDA HARUS SEKOLAH! CEPAT BANGUUUUUUN!"
'Cepatlah kau mati, Sandara Park.'
EXO is Here
"Kris hyung, awaaaas!"
Yang dipanggil menoleh. Sedetik kemudian matanya menangkap pergerakan gumpalan tanah besar yang mengarah padanya. Refleks, badan pemuda jangkung itu melompat ke atas― ke udara, lebih tepatnya. Bukan sekedar melompat, namun disertai pengendalian tubuh di udara karena ia tengah menerbangkan diri.
Tidak yakin?
Kalau begitu, kuperjelas. MENERBANGKAN DIRI.
Oh, tidak-tidak. Jangan langsung membayangkan seorang Kris yang bernama lengkap Wu Yi Fan, memakai jet dibalik punggungnya, dong. Tidak ada jet, roket, sayap, dan lain sebagainya. Hanya kemampuan yang disebut flight oleh pemiliknya. Terbang bebas di udara, langit, maupun atmosfer, mudah bagi Kris. Soal luar angkasa, asal bawa tabung oksigen, tak jadi masalah.
Gumpalan tanah kasar yang dilempar Do Kyungsoo, nyalang membentur sebatang pohon di belakang Kris. Untung saja tidak kena partner sparring-nya. Kalau kena, bisa mampus Kyungsoo, dirajam Kris yang kalau sudah marah seperti Wewe Gombel. (Kris' shipper tolong jangan bunuh saya!)
Kesempatan terlihat ketika Kyungsoo mendecih sebal, dan kehilangan fokus. Kim Jong Dae, sesegera mungkin menyambar kesempatan itu. Menyambitkan petir andalannya ―yang dengan bodohnya dari arah depan― pada Kyungsoo. Gagal.
'Sial!'
.
"Mengangkat dirimu sendiri memangnya tidak berat, Lu?"
Xi Luhan, merasa tersindir pun tidak. Tapi sedikit ia akui, mengangkat tubuh sendiri bukan hal mudah meski dengan telekinesis. Di udara, Luhan bukan tandingan pemuda di hadapannya yang menyilangkan tangan dengan sombongnya.
Kris memindahkan tubuhnya tepat ke belakang Luhan yang terengah. Barusan bukan kecepatan penuhnya dalam hal 'melayangkan diri'. Walau begitu, tetap saja mata Luhan tak mampu mengikuti pergerakan badan Kris.
"Menyerahlah, Nona manis."
"!?"
DAKK!
Jong Dae hampir kalah. Nyaris. Sebelum ia ingat bahwa pagar pembatas tempatnya dan Kyungsoo sparring, adalah bahan konduktor. Jong Dae baru sadar ketika menjejakkan kaki di pagar yang sama dengan Kyunsoo. Dengan keletihan mendominasi dirinya, Jong Dae mengirimkan petir sekali lagi dari kakinya, yang merambat dan menjalari pagar. Hingga pada akhirnya, Kyungsoo yang lengah menjerit keras saat merasakan listrik menyengat tubuhnya.
"Gotcha!" seringaian Jong Dae menandakan bahwa ia bangga menjadi pemenang.
Tapi―
"Bagaimana?"
―Luhan?
Kyungsoo yang baru saja akan rebahan di tanah, berjengit mendengar suara Kris. Wajah Kris selalu tampak dingin dan datar, sehingga Kyungsoo ragu untuk mengumumkan kekalahannya. Tapi, tak perlu bagi Kyungsoo menjawab pertanyaan itu. Dengan senang hati, Jong Dae menginformasikan pada lelaki yang menggendong Luhan ala pengantin ―Kris melakukannya demi memastikan Luhan turun kembali menjejak tanah dengan selamat―.
"Seri," senyum sumringah diberikan Luhan pada Kris.
"M-maaf Kris hyung... aku― aku lengah.."
Tanpa diduga, Kris menyunggingkan senyum. "Tidak masalah, Kyungso," katanya.
'Kyungsoo?'
Uh-oh.
Sepertinya Kris yang temperamen ini ngambek padamu, Kyungsoo. Biasanya 'Dio', tapi sekarang kok...? Oh tidak! Lebih baik kau cepat pulang ke rumah, mandi, dan tidur karena ini sudah diatas jam matahari tenggelam. Jangan lupa berdoa pada Tuhanmu untuk meredakan kemarahan Kris, mungkin doa dapat menyelamatkanmu dari bakaran api Long.
"Ehm, bisa kau turunkan aku sekarang, Kris?"
EXO is Here
"Eh?"
Kim Jong In membatu seketika itu juga.
Tunggu tunggu, rasanya tadi dia masih di sekolah, deh. Mendengarkan penjelasan guru tentang segala tetek bengek electricity. Dan, mendumel kesal karena jam sekolah belum usai. Padahal dia harus mendapatkan album terbaru Super Junior yang dirilis seminggu lalu. Bisa dipastikan album Sexy, Free & Single itu laris manis, karena merupakan comeback-nya Super Junior setelah setahun vakum. Dengan adanya Kangin, pula!
Jong In galau antara melarikan diri dari kelas atau tetap diam di kursi ―karena tidak berani kabur―. Kemudian ketika ia berada di puncak ke-galau-an, yaitu membayangkan dirinya ada di toko musik yang sering ia kunjungi, menyambit album Super Junior dan membayarnya, lalu pulang; tiba-tiba dari kepala sampai kakinya merasa panas.
Baru saja Jong In berpikir, ia demam. Baru saja ia ingin meminta tolong pada pengurus ruang kesehatan untuk membawanya kesana. Baru saja mengacungkan tangan hendak meminta izin pergi ke ruang kesehatan pada gurunya, Jong In keburu dibuat kaget oleh pemandangan di hadapannya. Leeteuk, sang bias, yang sedang berpose ala teaser 6Jib!
EH RALAT RALAT!
Itu cuma foto!
Ya, foto Leeteuk di cover depan sebuah album full feature-nya Super Junior! ALBUM SEXY, FREE & SINGLE!
"TUHANKU!" Kai memekik setengah mati. Alhasil, penjaga CDay―tempatnya biasa membeli disc lagu, melompat kaget dari kursinya.
Dan disitulah, Chanyeol yang lagi anteng-antengnya me-review disc album tebaru Super Junior, menghampiri pemuda tak tahu diri yang barusan teriak, dengan langkah tergesa. "Astaga Jong In! kukira kenapa! Ah, aniyo! Kukira siapa! Darimana kau masuk?!"
Jelas Chanyeol bingung. Hey, pintu masuk itu cuma ada satu, yaitu di samping meja kasir PERSIS. Meski sedang menonton DVD album Super Junior, Chanyeol tak mungkin melewatkan sosok pengunjung yang masuk ke toko jagaannya. Terlebih, ia menonton menghadap pintu, yang terekspos jelas memamerkan orang-orang lalu lalang.
Lantas, darimana Jong In masuk, kalau Chanyeol saja tidak melihat tanda-tanda kehadiran pengunjung di pintu masuk? Ah, dia musthail terlalu fokus dengan tontonannya hingga luput perhatiannya dari pintu. Refleks Chanyeol terlalu bagus dan cepat. Terbukti karena sehari-harinya ia mampu menghindari api yang mengejar.
'Apa Jong In punya kemampuan ninja?' hellooo, Park Chanyeol! Ini abad 20, kau tahu?
"Chanyeol-ah!"
"Ne!?"
"Aku beli ini!"
Jong In berseru mutlak. Chanyeol dibuat sweatdropped dengan kelakuannya yang seperti gadis-gadis remaja E.L.F. Menodongkan album keluaran Super Junior terbaru, mata berbinar dan senyum merekah seperti orang tolol. Menunggu penjaga toko mengcode-scan belanjaan mereka dan segera membayarnya. Setalah itu pulang ke rumah secepatnya untuk menikmati apa yang mereka beli.
Dan, jujur saja. Chanyeol malah mual-jijik-pengin muntah melihat Jong In yang manly bertingkah 'engga banget' begitu.
"Ne..."
Kembali ke meja kasir diikuti Jong In, Chanyeol mencatat secara elektronik barang rampas―eh, salah, barang 'belanjaan' Jong In.
"23.000 won." (Berarti 230.000 rupiah di Indonesia. o.o)
Jong In memberikan uang tunainya, masih dengan mata berbinar.
"Jong In," Chanyeol memanggil.
"Ne?"
"Apa kau melewati pintu masuk, tadi?"
"Tidak."
"Lalu? Ada pintu rahasia yang kau ketahui?"
"Tidak."
"Kau masuk dari cerobong asap?"
"Memangnya ada cerobong asap disini?"
Chanyeol meringis menyadari pertanyaan bodohnya. "Lalu kau kau masuk dari pintu mana?"
"Aku tidak masuk dari pintu manapun, Chanyeol-ah."
"Oke, tidak dari pintu. Jadi?"
"Mwollayo. Tadi masih di kelas, tiba-tiba saat berkesip sudah disini. Teleportasi, kali ya."
"MWO?"
Keduanya hanyut dalam pembicaraan mengenai pengalaman aneh masing-masing. Chanyeol dengan 'api'nya dan Jong In dengan 'teleportasi'nya. Tanpa menyadari aura seseorang yang tengah memperhatikan mereka dari luar toko, sejak tadi.
Kim Joonmyun.
The story's ending isn't here...
"The reunion between twelve forces should be done in order to stabilize the world's society."
"Pilih mati, atau berhenti?"
"Legenda itu tujuan hidup kita."
"Legenda itu sebuah kesalahan!"
"―Selamat datang 'kembali'."
Messing with Author
Annyeong, everybodeeeeehh!
Saya Author baru disini, salam kenal. Kalian boleh panggil saya EL atau siapa aja yang Readers mau. Saya ga mempermasalahkan, asal sebutan itu mencerminkan diri saya. ._.
Saya termasuk orang yang pelit ngebales review, tapi selalu menghargai review yang Readers tercinta buatkan. Jadi mohon jangan sakit hati kalau-kalau ada review yang ga saya bales. Cukup Readers tau kalau saya mencintai kalian, sepaket dengan review kalian juga. :*
Ada pertanyaan? PM aja yaaa~
Salam hangat,
TheLost13 (28 Oktober, 2012 / 12:41)
