Mata Aoko membulat.
Dihadapannya berdiri seorang lelaki yang sangat dikenalinya atau lebih tepatnya, sangat dicintainya dengan balutan kostum sang pencuri.
Jubah putih dan dasi merahnya berkibar.
Rambut hitam berantakannya bergerak liar seolah mengikuti irama angin.
Topi putih tinggi dan kacamata monoclenya telah dilepaskan, membuat Aoko semakin tak mempercayai penglihatannya.
"Ka—Kaito?"
"Akulah, Kaitou KID"
Miu Hirohata present
A KaitoAoko fic
"When We Meet Again"
Meitantei Conan © Gosho Aoyama
Genre: Romence
Rated: (maybe) K+
Warning: OOC, Typo, diksi berantakan , dll.
Don't Like Don't Read
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Uh…"
Aoko memegangi kepalanya yang mendadak terasa pening.
Berkat 'mimpi indah' semalam, Aoko sama sekali tidak bisa tidur. Dan hasilnya?
Kantung mata yang menebal, wajah kusut dan rambut yang berantakan—oh, ini memang stylenya—membuatnya semakin terlihat 'cantik'—Ouch, kenapa memukulku, Aoko?.
"Kaito itu—" gumam Aoko,"—Kaitou KID?"
Aoko…
"Mana mungkin…"
Aoko…
"Kaito nggak mungkin seorang Kaitou KID."
'Aoko…'
"Tapi, mimpi semalam seperti benar-benar terja—"
"AOKOO!"
Aoko terlonjak. Teriakan tadi membuat dirinya kembali sepenuhnya ke dalam kehidupan nyata.
"Keh, sepertinya kau memang harus diperiksakan ke THT, ahoko," sindir Kaito.
"Urusai!" bentak Aoko kemudian menelungkupkan kepalanya ke atas meja. Ia sedang malas berdebat dengan Kaito hari ini.
SRAK
Bagian depan rok lipit biru Aoko berkibar. Yah, siapapun yang membaca ini pasti tahu dengan tangan—setan—penuh—kenistaan yang telah melakukannya.
"Putih, eh?"
"Ba—BAKAITOOO! AWAS KAU!"
Aoko's POV
Kurang ajar! KURANG AJUAR!
Lagi-lagi, seenaknya saja mengintip pakaian dalam milikku. Kaito sialan.
"Berhenti, bakaito! Kali ini, aku akan benar-benar memukulmu!" Aku membentak Kaito yang semakin menjauh. Sial, cepat juga larinya.
"Oh, ya? Coba saja kalau kau bisa! Hahaha…," sindir Kaito sambil tertawa. Sialan.
Ah, kurasa aku lupa memperkenalkan diri…
Aku Nakamori Aoko, anak dari Nakamori Ginzou atau Nakamori-keibu.
Yang paling kubenci itu oh, kalian pasti sudah tahu.
Ya, maling sialan yang sok keren, sok gentle, sok cool, sok hebat, sok pintar, dll, dsb aka Kaitou KID!
Cih, mengingat namanya saja membuatku ingin muntah.
Aku bingung kenapa banyak gadis yang tergila-gila padanya.
Eh, kenapa malah ngomongin si maling itu, ya?
Ah, sudahlah.
Yang sedang kukejar saat ini namanya Kuroba Kaito. Temanku sejak kecil.
Sangat baik dan pandai sebenarnya. Masalahnya adalah dia itu MESUM.
Kalau kalian ingin warna pakaian dalam kalian selamat, kusarankan agar kalian jauh-jauh darinya. Kecuali, jika kalian dengan sukarela membiarkannya mengintip.
Hmph, kurasa aku harus membawa ikan sebagai 'hadiah' untuknya.
Sial, cepat banget larinya. Kalau soal olahraga, Kaito jagonya. Tapi, pengecualian untuk ice skating.
Walaupun begitu, aku tetap menyu—Ah, apa yang kubicarakan, sih?
"Ohayou, Akako-san."
Sontak, aku berhenti berlari untuk melihat 'subyek' utama dari 'koor' siswa-siswa di kelas.
Oh, Akako-chan rupanya.
Ng? Kaito mana?
Argh, dia pasti memanfaatkan kesempatan tadi untuk kabur.
Tunggu saja, lain kali dia nggak akan lolos dari jurus 'pukulan mop maut Aoko'(?) milikku.
End Aoko's POV
~.~.Magician in Love.~.~
"Huuff… Panas..," keluh Aoko sambil mengibas-ngibaskan tangan di depan wajahnya.
Hari itu, cuaca cukup cerah. Sang raja siang terus-menerus memancarkan kekuatannya, membuat Aoko semakin merasa gerah.
Perjalanan pulangpun, terasa lambat bagi Aoko.
"Ah, toko es krim," Aoko bersorak begitu melihat toko es krim seperti sedang melihat sumber air di padang gurun.
Aoko segera berlari menuju ke dalam toko tersebut, kemudian keluar dengan menggenggam sebuah es krim ditangannya.
Es krim rasa cokelat yang benar-benar menggugah selera.
Dengan taburan choco chips, krim cokelat yang melapisi permukaan es krim, dan ditambah dengan potongan brownies didalamnya, membuatnya semakin mengundang selera makan.
Uap-uap dingin menguar dari permukaan es krim—seakan menunjukkan bahwa es krim itu sangat pas jika dimakan setelah berpanas-panasan.
Aoko menjilatnya sedikit, membuat sensasi dingin menjalar dengan leluasa didalam rongga mulutnya.
SLURP
"Bagi, dong."
Aoko terpaku. Wajah Kaito begitu dekat dengannya. Yang membatasi hanyalah es krim tadi.
"K—KYAAAA!"
"WAAA! APA YANG KAU LAKUKAN, AHOKO?"
Rupanya, es krim tadi terlepas dari tangan Aoko dan jatuh ke seragam Kaito. Membuat seragam yang semula polos, menjadi memiliki motif.
"Ah, go—gomen. Habisnya, kamu mengagetkan, sih," Aoko segera mengambil sapu tangannya dan mencoba menghilangkan noda es krim yang melekat di baju Kaito.
"Tapi, kagetnya kira-kira, dong. Jadi kotor, 'kan?"
"Iya, iya. Aku 'kan sudah minta maaf. Makanya, lain kali itu jangan muncul tiba-tiba, dong," kata Aoko sambil menggerutu,"kukira aku bisa mati jantungan," lanjutnya dengan menggumam.
"Hah? Kau bilang apa barusan?"
"Nggak. Nggak apa-apa."
Hening melanda mereka berdua. Kaito lama-lama merasa canggung juga.
"Hei, Aoko. Sudah selesai, belum?" tanya Kaito memecahkan keheningan. Ia menunduk ke bawah, melihat Aoko yang memang lebih pendek darinya.
"Ah, sudah sele—," Seakan membalas tatapan Kaito, Aoko menengadah ke atas. Dan sedetik kemudian, ia membisu.
Sapphire bertemu violet. Mata mereka berdua bertumbukan satu sama lain.
Jantung Aoko bedegup kencang. Wajah Aoko memanas dan ia mengetahui bahwa wajahnya pasti sudah sangat merah sekarang.
Oh, jangan salahkan Aoko. Melihat wajah orang yang disukai dengan jarak yang bahkan kurang dari 10 senti, pasti membuat siapa saja memerah, bukan?
Kaito sendiri terlihat tidak ingin melepaskan pandangannya dari Aoko. Gadis yang membuatnya jatuh hati.
Kaito menyukai apapun yang ada di dalam diri Aoko.
Wajahnya…
Matanya…
Senyumnya…
Cara bicaranya…
Wajahnya yang sedang marah…
Bahkan, umpatan-umpatan yang dikeluarkan Aoko untuknya…
Dan sejurus kemudian, ia merasa bersalah.
Ia merasa bersalah telah membohongi Aoko dengan segala sandiwaranya.
Dan ia takut. Takut jika memikirkan bahwa mungkin saja Aoko tidak akan memaafkannya ketika Aoko mengetahui kebenaran bahwa sang pencuri yang sangat ia benci adalah Kaito sendiri.
Ia sangat takut bila Aoko membencinya. Sangat. Sangat. Takut.
Tapi, Kaito harus melakukannya. Ini semua demi sang ayah.
"—to, Kaito?"
Kaito terlonjak. Ia baru sadar telah berlama-lama dalam lamunannya.
"Y—Ya? Ada apa?"
"Kamu kenapa? Dari tadi kupanggil-panggil, kamu sama sekali tidak menyahut," tanya Aoko heran.
"Nggak apa. Ayo pulang," Kaito berjalan cepat-cepat. Mencoba menutupi kecanggungannya.
"Aaah, chotto matte," pinta Aoko sambil berlari menyusul Kaito.
"Ayo cepat dasar lelet," ejek Kaito sambil menyeringai.
"Hei, jangan bilang aku begitu, bakaito! Jalanmu itu yang terlalu cepat," balas Aoko marah. Kaito tertawa.
Namun sedetik kemudian, ekspresinya berubah.
Kaito menatap sendu Aoko yang masih memarahinya. Kemudian, ia mendesah.
'Maafkan aku, Aoko…'
~.~.~.~
Chapter 1 selesai
~.~.~.~
Pendek ya? Hahahaha… ^^a
Hai semuanya, perkenalkan… Watashi no namae wa Hirohata Miu desu—bukan nama asli, lho.
Ini fic pertama saya di fandom ini. Saya nulis KaiAo, karena selain saya ngefans banget ama nih pair, saya juga pengen ngeramein fic KaiAo di FDCI. Tapi, kayaknya fic KaiAo udah makin banyak. Hehehehe...(malah curcol)
Akako disini cuma selingan doang. HakubaAkako entar. Hehehehe…
Pokoknya, yang udah baca tolong review fic aneh bin abal ini, ya~ Onegai~
Sign.
Miu H.
