HOW COME?!
Des: Konomi sensei...
Charac: sanayuki
Rat: ??
Cerita selingan yang time line na sama yang kayak bilanggakbilanggak.. ^^
Sana; apa-apaan ini?!
Aoi: sabar ^^ *make up-in*
Sana: lepaskan?!
Yuki: genichirou.. jangan banyak melawan.. tak baik untuk kesehatanmu dan...
Sana: aoi! Lepaskan! Tarundoru!
Aoi: aah.. memang punya abang seperti ini, memang menyusahkan... *sigh*
Part 1
Hari ini adalah hari pertama aku dan kekasihku memulai kehidupan yang baru. Kami bukan pasangan pengantin, tetapi hari ini adalah hari pertama kekasihku mendapat pekerjaan pertamanya setelah sekian lama kami bersama. Dia mendapatkan kepercayaan atas sebuah perkebunan yang letaknya tidak jauh dari tempat tinggal kami.
Hari kebahagian itu dimulai saat dia baru saja pulang kemarin malam. Wajahnya terlihat bahagia dan entah bagaimana menjelaskannya. Tubuhnya memang sudah lusuh dan tergambarkan kelelahan atas aktivitasnya. Tapi raut wajahnya tidak menunjukan demikian.
Untuk hari ini aku menyambutnya pulang setelah wawancara dengan pemilik perkebunan. Dengan tangan gemetar, dia menunjukan wajah bangganya padaku, dan berkata, "Aku berhasil. Aku berhasil!"
Tanpa basa-basi, aku memeluk tubuhnya yang mungil itu, mengelus rambut biru ikalnya, memegang wajahnya dan mendekatkan wajah kami hingga terasa nafasnya yang hangat. "Selamat" ucapku saat menjauhkan jarak antara wajah kami. "Selamat atas keberhasilanmu, Yukimura"
Dia tersenyum kembali dan memelukku dengan erat. Rasa bangga dan bahagia yang bercampur menjadi satu. Detak jantung yang bergerak cepat, nafas yang memburu, dan tubuh yang melebur menjadi satupun menjadi suatu perayaan kecil dalam merayakan kebahagian ini. Aku hanya berharap bahwa kebahagiaan diantara kami akan terus berlanjut.
Ternyata permohonankupun terkabulkan. Satu bulan sejak Yukimura bekerja, tidak lama kemudian akupun mendapatkan suatu kebahagiaan sendiri. Jabatan yang sudah aku pegang selama 5 tahun ini mengalami kenaikan. Dari kepala inspektur menjadi anggota mavia, sehingga aku mempunyai wewenang pada suatu daerah. Rasa bahagia ini tidak mungkin aku diamkan saja. Aku juga membagikannya kepada orang yang aku cintai, Yukimura.
"Genichirou... Okaeri..." sapa Yukimura didepan pintu sambil aku melepaskan sepatu yang aku pakai.
"Tadaima..." kutarik tangan Yukimura dan kupeluk dengan erat. Tiba-tiba saja Yukimura memegang wajahku dengan kedua tangannya dan bibir kamipun bersentuhan dalam waktu yang lama. "Yu-Yukimura?"
Tanpa bicara apa-apa, dia tersenyum manis dan berkata, "Selamat..."
"Selamat?" kataku mengulangi perkataannya.
Dia mengangguk pelan dan bersandar pada dadaku, "Selamat atas kenaikan jabatanmu..." dia tahu dari mana? Pikirku. "Maaf, aku tidak sempat masak makanan kesukaanmu" sahutnya lagi.
Aku menggeleng dan semakin merapatkan pelukan kami hingga tidak aku sadari bahwa aku sudah mendorongnya kearah tembok. Aku kembali merapatkan wajah kami, dan kecepatan nafasnyapun semakin memburu.
"Ge...Genichirou..." wajah manjanya membuatku tidak tahan ingin melakukan lebih. Tanpa persetujuan darinya, aku memeluknya semakin dalam. "Hari ini... izinkan aku yang melayanimu"
"A-apa?" terkejutku ditengah-tengah aku sedang menghirup aroma tubuhnya.
Tiba-tiba saja dia mendorongku hingga tubuhku berada dibawahnya. "Yu-yukimura?"
Aku mencoba menghentikannya, tetapi ditahan olehnya. Entah mengapa, tenagaku tidak bisa aku keluarkan hari ini, mungkinkah akibat pekerjaan hari ini. 'Yu-yuki..."
"...Seiichi..." senyumnya dan kembali meraparkan wajah kami. "Selalu saja kamu memanggilku dengan nama itu. Bukankah kita sudah hidup bersama selama 4 tahun?" aku mengangguk. "Selama ini kamu yang selalu membantuku dan menyenangkanku. Untuk hari ini saja, ya..."
"Tapi..." kata-kataku terhenti ketika dia terlihat semakin ingin melakukan lebih dari ini. "Se-Seiichi, tubuhmu..."
"Tenang saja... aku tidak akan apa-apa" jawabnya hingga tanpa aku sadari bahwa dia benar-benar serius melakukannya.
Rasa lelah bercampur bahagia melebur menjadi satu. Tubuhku memang sudah lelah, tetapi perasaanku sangat terkejut bercampur senang. Banyak hal menyenangkan yang aku alami hari ini. Pekerjaan yang meningkat, melihat wajah manis Seiichi yang berbeda dari biasanya dan juga perlakuannya yang tidak pernah aku lihat sebelumnya. Hari ini aku merasa kalah olehnya.
Setelah beberapa lama kemudian, aku dan Seiichi mulai terlihat kesibukan masing-masing dari kami. Aku dan dia mulai jarang bertemu. Sebenarnya ini dari kesalahanku juga. Jam pulang dia adalah jam 7 malam, sedangkan aku bisa-bisa jam 9 ataupun tidak pulang sama sekali. Sering kali aku meminta izin padanya bahwa aku tidak bisa pulang dan memintanya untuk tidur terlebih dahulu. Dan setiap aku mengatakan demikian, ketika aku pulang, kulihat dia sedang tertidur disofa ruang tengah dan terdapat juga makan malam yang sudah dia siapkan untukku. Melihat itu semua, aku merasa sedih pada diriku sendiri.
Dia terlihat lelah sekali. Kesibukannya di perkebunan dan mengurus rumah membuatnya banyak menghabiskan tenaga. Selain itu, banyak juga beberapa aktivitas lainnya yang membuat dia mengeluarkan tenaga lebih. Dengan perlahan aku menyelimutinya dan membawanya kekamar. Wajahnya yang lugu itu membuatku merasa bersyukur bahwa dia sudah menjadi milikku.
Setelah menghabiskan makan malam yang dibuat olehnya, dengan cepat aku merapikan semua peralatan, menuju kamarku dan mengganti pakaianku. Sebelum aku memasuki alam lain, aku menatap sejenak kekasihku yang dari tadi sudah berada dialam lain. Kulitnya yang halus dan wajahnya yang manis. Aku benar-benar merasa bahwa aku beruntung bisa memilikinya. Bagaimana dengan dia sendiri? Bahagiakah dia hidup bersama denganku? Sambil memikirkan itu, tanpa disadari aku sudah mulai memasuki alam lain.
"... Genichirou... Genichirou..." panggil seseorang yang aku kenal sekali. Perlahan aku mulai membuka mataku dan kulihat orang yang aku sayangi itu sedang membuka penutup jendela kamar ini. Mau tidak mau cahaya yang memasuki ruangan ini membuat mataku kembali menutup dan kupendamkan wajahku kedalam bantal. "Genichirou...! Sudah jam setengah 7. Kamu mau telat masuk kantor?" serunya sambil menarik selimut yang aku pakai.
Dengan setengah tidur, aku mencoba bangun dan berjalan perlahan menuju kamar mandi. Entah mengapa, tiba-tiba saja aku kehilangan keseimbangan dan hampir saja terjatuh. Refleks, aku menahan berat tubuhku dengan bersandar pada pinggir tembok dan memegang kepalaku. "Genichirou? Kamu tidak apa-apa?" tanyanya khawatir sambil memegang tubuhku.
Aku menggeleng. "Tidak apa-apa. Mungkin karena aku masih mengantuk" jawabku dan segera menanjutkan ritualku dipagi hari. Ternyata dugaanku sepertinya salah. Setelah aku selesai dengan urusanku dikamar mandi, rasa mualku masih belum berkurang. Begitu juga setelah sarapan yang sudah disiapkan oleh Seiichi. Setelah menghabiskan semuanya, aku masih merasa mual dan tidak enak badan. Tapi yang namanya kekantor tetap saja harus aku lakukan. Tanpa sepengetahuannya, aku tetap melanjutkan aktivitasku dengan berjalan menuju stasiun yang biasa aku gunakan sehari-harinya.
"...da...Sanada?Sanada!" suara panggilan Niou membuyarkan lamunanku. "Sanada, ada apa denganmu? Tidak biasanya kamu melamun ditengah pekerjaan seperti ini? Ada masalah?"
Aku melamun? Ada apa denganku ini, pikirku. "Ah, maaf. Tadi kamu barusan menjelaskan apa, ya?" tanyaku terburu-buru.
Niou hanya menghela nafas, menepuk pundakku dan duduk disebelahku. "Sanada, tumben sekali kamu tidak konsen dengan pekerjaanmu. Apa lagi ada masalah?" tanyanya dengan sedikit raut serius. Aku hanya menggeleng. "Aku tidak ingin terlalu mengusik kehidupanmu, tetapi kalau memang ada masalah aku siap mendengarnya..."
Aku mengangguk lagi sebagai ganti jawaban. Sesaat aku tersadar bahwa Niou sedang merapikan mejanya, padahal jam pulang masih 2 jam lagi. "Niou? Kamu mau kemana?" tanyaku penasaran.
"Maaf" pintanya yang masih sibuk merapikan beberapa berkas diatas mejanya. "Hari ini aku mau kerumah sakit..." Aku diam sejenak dan menatapnya. "Hey, Sanada... jangan menatap curiga seperti itu!" keluhnya. "Hari ini aku mau mengantar Hiroshi untuk cek..."
"Ah,ya... kalau tidak salah dia sudah..." aku diam sejenak karena aku sudah lama tidak mendengar kabarnya.
"7 bulan... sudah 7 bulan. Tidak mungkin-kan aku membiarkan dia untuk pergi sendiri?" aku dan dia sama-sama tertawa. Wajar saja. Anak yang dikandung Hiroshi adalah anak pertama. Pasti Niou akan menjaganya dengan sangat hati-hati. Sebelum dia keluar, berkata, "Sanada... kalau memang sudah tidak ada pekerjaan, lebih baik kamu cepat pulang dan istirahat. Lagipula hari ini tidak ada pekerjaan yang harus serius dikerjakan, kan?"
Sesuai dengan saran Niou, setelah jarum jam tepat berada diangka 12, dengan cepat merapikan berkas-berkas yang masih terlantar diatas meja kerjaku, memasukan beberapa arsip didalam tasku. Setelah yakin dengan semuanya, kututup pintu ruang kerjaku dan berjalan menuju lift gedung ini. Tiba-tiba saja pandanganku kabur dan keseimbanganku kembali hilang.
"Pak?!" seru salah satu karyawan yang kebetulan berada disampingku dan memegang badanku. "Anda tidak apa-apa?"
"Ah, maaf" jawabku. "Aku tidak apa-apa"
"Tapi anda tampak pucat. Sepertinya pekerjaan bapak kali ini cukup berat, ya?"
Aku tertawa kecil. "Ya, begitulah. Banyak masalah yang harus dihadapi"
Karyawan itu ikut tertawa dan mengeluarkan sesuatu dari saku kemejanya. "Ini ada suplement yang biasa aku minum sebelum pulang. Mungkin bapak bisa cocok meminum ini. Hitung-hitung menambah tenaga untuk pulang kerumah" sarannya.
"Ah, terima kasih" jawabku sambil menerima pemberiannya itu.
Apa yang disarankan olehnya memang benar. Tetapi setelah sampai dirumah, aku merasa ngantuk dan akhirnya aku merebahkan tubuhku diatas tempat tidur.
"Genichirou... genichirou..." suara itu membuatku membuka mataku dengan perlahan. Kekasihku, Yukimura berada disebelahku denang memegang kepalaku. "Kamu tidak apa-apa?"
"Ah, Seiichi..." jawabku sambil mencoba untuk bangun.
"Sudah. Tidak usah bangun dulu..." cegahnya sambil mendorongku kembali ketempat tidur. "Akan aku bawakan makan malam... Hmm.. mungkin sebaiknya kamu makan bubur..."
"Yukimura.. aku tidak ap..." tiba-tiba saja aku merasa mual dan dengan cepat langsung aku berlari menuju kamar mandi yang berada didalam kamar ini. Dengan seketika, segala isi didalam perutku ini terasa keluar semua. Perutku yang sudah hampir kosong, dipaksa dikosongkan lagi terasa perih. Begitu juga dengan tenggorokanku. Tetapi untuk beberapa saat kemudian aku berasa mual kembali, tetapi tidak ada yang bisa aku keluarkan.
"Genichirou!!" paniknya dan segera memegang leherku. "Tunggu sebentar, akan aku ambilkan air hangat" dengan cepat dia keluar untuk mengambil air tersebut. Aku sendiri masih berada didalam kamar mandi, rasa mual yang masih menetap dalam tubuhku. "Kamu tidak apa-apa?" tanyanya khawatir.
Aku mengangguk dan meminum air pemberiannya. "Tidak apa-apa. Mungkin hanya masuk angin..." jawabku.
"Mungkin kamu memang harus istirahat" sarannya dan membantuku untuk kembali ketempat tidur.
Aku mengikuti beberapa saran darinya dan mencoba kembali untuk beristirahat. Berharap bahwa rasa mual pada diriku ini akan segera hilang, sehingga aku bisa melanjutkan aktivitasku dengan lancar.
Ternyata keberuntunganku memang sedang kacau! Rasa mual pada diriku masih terus berlanjut. Sudah hampir 1 minggu rasanya, rasa mual terus saja ada. Sesekali aku menyembunyikan rasa mual itu dihadapan Yukimura. Tetapi jika tidak ada dia, aku hanya bisa merebahkan diriku pada tempat tidur ataupun bersandar pada sofa diruanganku. Hingga akhirnya keadaanku diketahui oleh teman seruanganku, Niou.
"Sanada, sepertinya sudah seminggu ini kamu sakit?"
"Sepertinya..." jawabku perlahan sambil menutup mulutku dengan tangan kiriku, berharap rasa mual akan berkurang. Niou diam sejenak dan memperhatikanku. "Ada apa?" tanyaku mulai penasaran dengan sikapnya itu.
Kali ini dia terlihat serius. "Boleh aku tahu. Sudah berapa lama kamu seperti ini?"
"Maksudmu?"
"Ya..." dia menghela nafas sejenak. "Aku memang masih ragu dengan perasaanku. Tetapi sikap mu itu mirip seperti... ya, aku sulit untuk mempercayainya. Sanada, apakah kamu... hamil?"
"APA?!" teriakku hingga aku berdiri dari tempat tidurku. "Tidak mungkin!"
"Tenang...tenang" sahutnya sambil tersenyum padaku. "Makanya... aku masih merasa aneh. Kelakuanmu itu sama seperti Hiroshi ketika kehamilannya masih berumur 3 sampai 4 bulan. Dan selain itu..." kali ini dia menatapku kearah yang lain. "Apa kamu akhir-akhir ini makan banyak?"
"Hm..." aku berfikir sejenak. "Mungkin... selama ini banyak yang mengajakku makan siang ataupun Seiichi yang masak makanan kesukaanku dalam jumlah yang banyak...Kenapa?"
"Tidak sadarkah bahwa tubuhmu, terutama bentuk tubuhmu yang bagian depan sedikit membesar?" reflek, aku langsung memegang perutku. "Sanada, ini memang masih dugaanku. Tapi, bagaimana kalau kamu mengeceknya... Tidak salah kan?"
"Tapi... aku...aku kan...laki-laki... Mungkin kalau Seiichi... aku masih bisa menerimanya. Tetapi aku..." aku terpuruk dengan perkataanku sendiri. Berbagai macam hal memasuki ruang pikiranku. Aku benar-benar sudah tidak bisa berfikir apa-apa.
Dengan sedikit terpaksa, Niou akhirnya memaksaku untuk menuju salah satu apotik yang tidak terlalu jauh dari tempat kami kerja setelah jam kerja berakhir. Setelah membelinya, Niou langsung memaksaku untuk memakai alat tersebut. "Niou, kamu jangan bercanda. Masa aku pakai ini!" mukaku memerah sambil memegang alat tes ini.
"Aku serius, Sanada! Mungkin biasanya aku selalu bercanda, tetapi dalam hal ini aku juga bisa serius. Sebagai teman, aku juga tidak ingin melihatmu selalu dalam kondisi tidak fit! Bisa-bisa pekerjaanku bertambah banyak..." acuhnya. Ternyata masih menyangkut pekerjaan rupanya.
Akhirnya aku langsung membuka bungkus alat itu dan mencoba memakainya. Didus alat tersebut tertuliskan bahwa harus menunggu beberapa saat. "Bagaimana?" tanya Niou yang menunggu didepan wastafel.
"Nih... masih nunggu" cuekku sambil menghampirinya. Niou yang penasaran mendekatiku dan menatap alat yang aku pegang. Setelah beberapa saat, pada alat tersebut mulai keluar sebuah tanda yang membuatku terkejut. Tanpa aku sadari, aku menjatuhkan alat itu.
"Po-Positif?!" seru Niou. "Sanada, sepertinya dugaanku benar... Sanada?" panggilannya sudah tidak bisa membuatku hilang dari imajinasiku sendiri.
Bagaimana ini... mengapa ini bisa terjadi semua? Apa yang harus aku lakukan? Terlebih lagi apa yang harus aku katakan pada Seiichi setelah pulang nanti... aku benar-benar bingung...
"Sanada? Kamu baik-baik saja?" Niou menepuk pundakku.
"Ah, bagaimana ini..." panikku. "Apa yang harus aku lakukan?"
"Bagaimana kalau kamu bicarakan dengan Yukimura..."
"Tapi... bagaimana mungkin aku bisa HAMIL?!" aku terpuruk dengan keadaanku sendiri hingga terjatuh kelantai.
"Sanada..." panggilnya dan membantuku untuk bangkit. "Cobalah untuk mengatakan pada Yukimura tentang masalah ini. Aku rasa dia akan bisa menerimanya dan memikirkan masa depan kalian kedepannya ini..."
Aku hanya diam saja. Sepanjang perjalanan tidak ada perbincangan sama sekali. Kamipun berpisah setelah pemberhentian ke 3. Aku melanjutkan perjalananku dengan lemas. Tubuh dan tenaga yang sudah lelah dengan pekerjaan ditambah dengan beban pikiran yang harus ditanggung. "Haruskah aku jujur dengan Yukimura tentang ini?" keraguaanku atas apa yang harus aku lakukan dengan kenyataan yang berada didalam tas kerjaku yang berukuran kotak ditangan kananku ini. Beban kecil yang terasa berat sekali.
Aoi: ah.. akhir na kelar ^^
Sana: aoi?! GILA!! Ide u gila banget?! GA SALAH!!!! WOI!!!
Yuki: aoi, beneran tu??
Aoi: ^^ hehehe.. ya begitulah...
Yuki: tapi, itu anak sapa?
Sana: yukimura.. aku mohon.. jangan tambah beban pikiranku... percayakah kamu padanya?
Yuki: sepertinya anak darinya akan imuth ^^ (tidak mendengarkan sanada)
Aoi: tentu saja ^^
Yuki: jadi, anak siapakah itu?
Aoi: aku! Hahaha...
Yuki: ... *buak*-tendang keluar-
Aoi: hueee.... yuki_chanz jahat.. padahal hanya bercanda.. ok...ok..
Sekian dulu degh TT
Sana: TARUNDORU!!!!
Please ur review n ur comment ^^
