Kara no Kyoukai by Nasu Kinoko
[Saya tidak mengambil keuntungan materiil dari fanfiksi ini]
Story by me_dhelineeTan
Untuk event #FlashFicFest
...
..
.
Januari kali ini lebih dingin dari tahun-tahun sebelumnya. Ada banyak salju di beberapa sudut; trotoar, jalanan, ranting beku pepohonan dan atap bangunan.
Dia; Ryougi Shiki, mencengkram jaket merah yang membungkus kimono khasnya, merapatkannya guna memperoleh secuil kehangatan lebih. Ia membelah kerumunan manusia, tatapan matanya lurus, langkahnya mantap dan cepat, lalu berhenti di halte dan menaiki bus. Tidak sabar.
Sesekali Shiki akan memandang ke luar jendela. Telunjuknya bergerak gelisah, udara kian terasa beku. Padahal, jika ia mengingatnya, salju dan musim dingin bukanlah hal yang baru untuknya. Terkecuali hari ini, sensasinya jauh berbeda. Kulitnya bahkan memproduksi keringat.
Shiki tahu, Mikiya terlalu baik dengan semua orang. Dia juga pria kepo yang selalu ingin tahu banyak hal. Mikiya akan membantu siapa pun, siapa pun; yang jika menurutnya dia harus melakukannya. Bahkan meskipun hal itu mengancam kahidupannya sendiri. Mikiya adalah orang yang (terlampau) nekat.
Kebaikannya adalah kelebihannya tapi di sisi yang bersamaan juga kelemahan terbesarnya.
Seperti hari ini, saat ini, ketika 20 menit yang lalu ponselnya berdering dan membawa kabar tidak sedap. Mikiya mengalami kecelakaan setelah menolong anak kecil yang bermain sembarangan di tengah jalan. Mikiya menjadi korban tabrak lari. Anak itu baik-baik saja tapi tubuh pria itu terhempas hingga sejauh 10 meter dan sekarang一dia koma. Tidak hidup tapi juga tidak mati.
Kamar nomor 207
Klik
Dua perawat membungkuk dan undur diri. Raut wajah mereka suram, prihatin. Meninggalkannya bersama satu-satunya tubuh yang terbaring di ranjang pasien. Shiki berjalan mendekat tapi detik berikutnya一ia berhenti. Napasya tercekat, terhenti pada pangkal tenggorokan.
Shiki tidak pernah menginginkan hal ini; saat di mana ia melihatnya dalam sosok Mikiya Kokutou.
Matanya bereaksi. Warna itu一percampuran antara merah dan kelabu, bergerak seperti kilatan petir abstrak, memecah bayangan Mikiya. Sesuatu yang biasa ia lihat pada mereka yang terbunuh di tangannya; warna kematian.
"Kokutou ..." Suaranya bergetar. Ironi.
Mikiya tidak bereaksi, tentu saja.
Tapi dalam visual lain di kepalanya. Shiki melihat pria itu tersenyum, senyum yang biasa dia tunjukkan untuknya. Dan ketika terdengar bunyi tuut tanpa satu pun jeda, matanya memanas.
Ia sudah terlambat.
End
SAYA KEKURANGAN ASUPANN/lalutepar/
Jujur sebenarnya, alur KnK udah blur di ingatanku. Jadi nulis seadanya aja. Ahhh aku ngerasa jahadd dgn OTP /diinjek
