Spirited Away by Hayao Miyazaki
[Spirited Away selalu dan akan selalu menjadi milik Miyazaki-sensei, saya hanya meminjam karakternya tanpa mendapat keuntungan materiil dari fanfiksi ini]
But, this story purely mine
Untuk event #FlashFicFest
...
..
.
Chihiro telah kembali ke dunianya, pun dengan Haku yang telah bebas dari jeratan Yubaba di mana Sang Naga berhasil mengingat kembali identitasnya sebagai roh sungai atas bantuan sang gadis manusia.
Dan di sinilah Rin sekarang, tetap terkurung dalam sangkar berkedok pemandian air panas.
Sudah berapa lama dia bekerja di sini?
100 tahun?
Mungkin, lebih dari itu.
Seperti biasanya; di pagi hari Rin akan tertidur, lalu bangun pada pukul dua belas. Kemudian ia akan membantu memilah bahan makanan, membersihkan kandang kawanan babi menjijikkan, membantu menggosok bak besar walaupun dengan gerutuan dan umpatan. Terkadang juga ikut menyambut para tamu hingga memberi makan makhluk jelaga di ruang boiler. Jika moodnya sedang baik, Rin juga akan mengobrol dengan Kamaji. Seringnya, mengeluhkan tentang rutinitas membosankan di pemandian sementara Kamaji tetap melaksanakan tugasnya dengan ribuan rak herbal.
Akhir-akhir ini Rin selalu berpikir. Ia selalu bertanya-tanya pada dirinya sendiri.
Tentang siapakah dirinya?
Siapa namanya yang sesungguhnya?
Apa nama yang ia lupakan selama ini? Pun alasannya menemui Yubaba dan meminta sebuah pekerjaan.
Apa yang mendorongnya melakukan hal itu?
Membiarkan Yubaba mencuri namanya dan membuatnya lupa dengan dirinya sendiri. Sampai saat ini Rin belum menemukan jawabannya, terkecuali sebuah fakta jika dirinya bukanlah manusia seperti Chihiro.
Apakah di luar sana ia memiliki keluarga?Atau bahkan一ia sudah menikah dan melahirkan seorang anak. Rin tidak tahu, ia tidak mengingatnya.
Ia tidak bisa mengingatnya.
Dua minggu setelah kepergian Chihiro, di setiap tidurnya, Rin selalu menangis.
Ada satu mimpi abstrak; Rin ada di sana bersama sosok lain yang ternyata anonim. Sesosok pria dewasa dan dua anak kecil. Mereka berteriak kepadanya, memohon agar ia kembali, merengek dan menangis. Wajah ketiganya tidak bagitu jelas, hanya berupa bayangan blur tapi suara yang Rin dengar terlalu familier. Dan di saat Rin mencoba untuk menyentuhnya, mereka menghilang bak fatamorgana.
Di tidurnya kali ini pun, Rin menangis dalam diam.
END
