Atas usulan (jebakan) wali kelasnya, Yuuma resmi bergabung dengan kelompok orang gila berlabelkan klub misteri. / "Ketua, itu cuma fotoku, bukan aibku."/ / "He, siapa bilang Fukase tak bisa menyantet orang hanya dengan media foto?"/
Disclaimer : Yamaha Corp., Internet Co., etc.
Warning : Abal, garing, typo bertebaran, dll.
My first fanfic. Enjoy!
Misteri I : anggota baru
Yuuma sial. Entah ada apakah gerangan, sepertinya hari ini Dewa Kemiskinan menaruh atensi khusus kepadanya. Sungguh, ia bahkan tak tau apa dosanya hingga harus dihadapkan pada penghakiman seenak jidat oleh wali kelas sendiri.
"Bisa diulangi, Meiko-sensei?" tanyanya pelan. Masih menyimpan harapan kalau barusan telinganya kemasukan kaum insecta sampai ucapan Meiko jadi salah ia tafsirkan.
"Masuklah ke klub misteri," jawab Meiko santai. Meski lawan bicara sudah keringetan dan korek-korek telinga pakai kelingking seolah masih tak percaya pendengaran sendiri. Benar-benar tak bisa dikategorikan 'santai' meski dilihat dari sudut pandang anak TK dengan imajinasi ketinggian.
Yuuma berani sumpah, barusan wali kelasnya itu diam-diam setengah menyeringai. Yuuma jadi curiga, skenario jahanam macam apa yang dibawakan oleh Meiko padanya?
"Atau kau lebih memilih kalau rahasiamu kusebar, Sakaki Yuuma-kun?" Meiko tersenyum manis, tolong abaikan saja sinar netranya yang berubah merah dan efek tanduk iblis bersama sumpah serapah Yuuma yang diucapkan selirih mungkin.
Siapapun, tolong ingatkan Yuuma untuk mencatat kalau wali kelasnya, Sakine Meiko, itu titisan iblis neraka jahanam.
Yuuma bahkan tak mau ingat mengapa ia bisa berakhir seperti ini. Berjalan melewati petak demi petak ubin dengan background lorong gelap dan equipment para tukang kebun semacam sekop dan sabit yang telah disebar sedemikian rupa macam gudang kerampokan. Oh, jangan lupakan backsong jangkrik nyasar dan teriakan yang sesekali terdengar dari arah ujung lorong dengan efek gema. Yuuma tutup kuping, mencoba tak peduli dengan fakta bahwa ruangan di ujung sana itu adalah tujuan kakinya melangkah.
-jangan ingatkan Yuuma dengan fakta itu, tolong. Ia ingin melarikan diri dari realita.
Sial. Sial. Sial. Demi apa aku harus bergabung dengan kelompok absurd macam klub misteri?
Yuuma tak menyangka ternyata wali kelasnya yang cantik jelita dan –kelihatannya- penyayang punya kepribadian asli seperti setan. Yuuma lelah hayati dan rohani. Lelah membatin kutukan selevel neraka yang ditujukan pada sang guru tapi sampai sekarang belum terealisasikan juga.
Karena, siapa sih yang tak tau klub misteri? Yang katanya isinya chunibyou semua, orang gila nyasar sekolah, atau diduga punya gangguan jiwa? Yang katanya juga ruang klubnya sudah seperti tempat rehab rumah sakit jiwa?
Yuuma masih cukup waras. Paling tidak cukup waras untuk menjauh dalam radius sepuluh meter dari ruang klub yang anggotanya sudah setaraf para pasien gangguan jiwa. Dan terima kasih pada sang wali kelas, sekarang ruang itu akan jadi tempat bernaungnya selepas jam belajar sekolah. Belum juga ia berhenti misuh-misuh dalam hati, aura ambigu nan ajaib sudah terasa dari arah samping kanannya.
Ruang klub misteri.
Dewi Fortuna lagi dendam sama dia kayaknya.
.
.
Oke, Yum, tarik nafas, orang tjakep tujuh turunan emang banyak cobaannya –Yuuma menyemangati diri sendiri. Abaikan kalimat narsis memuji diri sendiri yang rasanya membuat mata iritasi.
Ruang klub misteri. Entah sengaja menyendiri atau diisolasi, terletak di bagian sekolah yang sudah tak pernah digunakan lagi. Bentuknya pun tak bisa dikata normal. Yah, jika ruang klub dengan rambatan poison ivy dan lumut hati yang sengaja dibiakkan disana sini itu normal untukmu, silakan periksa otak ke psikiater terdekat.
Yuuma masih berdiri kaku di depan pintu. Masih sibuk menyiapkan diri lahir batin, siapa tau di balik sana berisi para hybrid antara iblis sama dedemit. Ia tak lupa fakta bahwa ia terpaksa berada disini dikarenakan seorang manusia biadab titisan setan berkedok wali kelas serta guru sejarah.
Dan setelah satu helaan nafas, Yuuma memutar knop pintu.
Krieet
"Elohim Essaim Elohim Essaim,"
Brak
Dan langsung ia tutup kembali lima detik kemudian.
Netra topaz Yuuma kedip-kedip macam notifikasi android, masih mencoba mencerna kejadian absurd di dalam ruang yang hanya sempat ia lihat sekilas selama beberapa detik. Apa tadi ia tak salah melihat lingkaran dengan pentagram terbalik?
Dan apa-apaan maksud lilin-lilin serta tengkorak imitasi itu?
Krieet
Didasari pada rasa penasaran –bukan maso- Yuuma kembali membuka pintu. Hanya untuk mendapati sepasang –eh, ralat sebelah mata merah menyala mengarah lurus ke arahnya.
Brak
Dan berakhir seperti sebelumnya, pintu ditutup dengan rekor baru, tiga detik.
Ini beneran klub misteri, kan? Bukan klub okult? Yuuma masih menautkan alis tak paham, terlalu sibuk berpikir sampai tak sadar sesosok figur lain telah berdiri tepat di balik punggungnya. Lalu, sang sosok tak dikenal buka suara,
"Apa yang kau lakukan?"
Yuuma menjerit. Kaget setengah mati.
.
.
"Jadi namamu Sakaki Yuuma?"
Yuuma hanya mengangguk sebagai jawaban. Masih agak sebel gara-gara dikira penyusup atau anak nyasar. Yang benar saja deh, masa ganteng-ganteng hobinya stalker orang? Nggak elit. Bisa-bisa gantengnya ilang.
"Anggota baru?" seorang pemuda berambut putih yang entah bagaimana didapuk sebagai sosok pengintrogasi Yuuma menatap penuh selidik. Sedangkan sosok pemuda lain dengan rambut merah menyala masih sibuk menggambar lingkaran ritual di pojokan yang entah gunanya apa.
"Meski aku tak mau, tapi begitulah." Jawab Yuuma setengah tak ikhlas. Ekor matanya curi-curi pandang ke arah si pemuda yang masih setia di pojokan. Sekarang dia sedang menabur abu sambil komat-kamit entah ngedumel apa –sumpah, Yuuma beneran gagal paham itu orang lagi ngapain
"Begitu.." si rambut putih manggut-manggut. Lalu ia memusatkan atensi pada sang kawan berambut merah.
"Fukase," si rambut merah –Fukase- langsung berhenti dengan kegiatannya. Menoleh ke arah si pemanggil kelewat cepat. Pandangannya menyiratkan rasa tak suka ritualnya diganggu di tengah jalan.
"Apa?" singkat. Banget. Seolah Fukase tak ada niatan sama sekali untuk menjawab.
"Kau dengar dia, kan? Kita kedatangan anggota baru." Lalu Fukase menoleh cepat ke arah Yuuma. Menyelidiki dari ujung kepala sampai kaki, sampai tiga kali untuk memastikan bahwa ia tak melewatkan apapun meski hanya satu mili.
"Kenapa ada orang normal yang mau masuk kemari?" Fukase mengucapkan kenyataan yang menyakitkan, kalau klub mereka memang sudah terkenal aneh dari sananya. Agak heran pula mengapa ada siswa tipe populer macam Yuuma yang mau-maunya masuk ke klub buangan seperti mereka.
"Dia diancam Meiko-sensei," si pemuda rambut putih meng-iya-kan dalam hati. Mana ada orang waras menapak dalam radius sepuluh meter dari ruang mereka?
"Oh ya, namaku Dell Honne dari kelas 1-D, aku ketua klub ini." Dell tersenyum bisnis. Jelas ada niat laknat di baliknya, tapi belum diutarakan. Yuuma yakin betul dengan itu. Ia sudah curiga dengan Dell yang kelihatan normal di luar. Cuma kelihatannya, oke?!
"Aku Satoshi Fukase dari kelas 1-C,"
"Ah, aku-"
"Tak usah, aku sudah tau semuanya tentangmu." Yuuma melotot horor ke arah Dell. Agak-agak curiga kalau si ketua ternyata masih satu spesies dengan wali kelasnya. Lagian Dell memangnya nguntit Yuuma? Dia emang ganteng sih, tapi tak disangka ternyata fans dia ada yang cowok juga.
"Sakaki Yuuma, kelas 1-A, baru pindah kemari musim gugur ini. Tinggal berdua dengan kakaknya, Mizki. Menyetel tiga alarm kalau mau tidur. Pernah dijuluki raja tega karena omongan pedes tapi nggak peka, hobinya-"
"Oke, cukup!" fix, Dell emang kelihatannya aja normal diluar, dalemnya sama kayak dedemit.
"Darimana kau tau semua itu?" Dell kembali tersenyum, senyuman bisnis berubah jadi seringaian iblis.
"Aku hacker," jawaban singkat yang sukses membuat Yuuma tersedak ludah sendiri.
"Aku juga tau berapa jumlah kolormu lho Yuuma," Yuuma keselek season dua. Emang hacker bisa tau segalanya? Termasuk apa saja isi lemarinya? Bisa tolong jelaskan pada Yuuma kenapa hacker jaman now sudah bisa menyaingi dukun desa tetangga? –bukan semua hacker, Yum, hanya saja Dell memang sedikit 'spesial'. Ingatlah fakta bahwa tak ada orang normal masuk ke klub ini.
"Ketua," Fukase memanggil Dell kalem, tak peduli kalau sang ketua baru saja membuka privasi anak orang yang bisa termasuk dalam tindakan sekuhara.
"Hm?"
"Kokone mana?" Dell kedip-kedip sebentar, lalu mengetukkan kepalan tangan ke telapak yang lain bersama dengan efek suara 'ting'. Alay mode : on.
"Aku memberinya tugas penting," seringai iblis dipasang lagi, membuat Yuuma punya firasat buruk dengan si dedemit rambut putih.
"Tugas apa-"
Krieet
Panjang umur. Baru aja diomongin, si anggota klub misteri yang terakhir –Haruna Kokone- datang dengan wajah sumringah dan selembar kertas di genggaman. Setelah pose mengibas rambut –mungkin pengen jadi bintang iklan sampo tapi nggak kesampaian- dia berlutut di hadapan Dell bak pangeran. Lupakan fakta bahwa gender mereka sebenarnya kebalik.
"Ini dia Yang Mulia Kanjeng Dell Honne." Selembar kertas antah berantah disodorkan. Dell menyeringai lagi setelah si kertas berpindah tangan. Dan setelah melirik Yuuma, dia dengan baik hati (meski diragukan) menunjukkan si kertas misterius pada Yuuma.
Itu bukan kertas, itu foto Yuuma yang diambil diam-diam saat ia sedang tidur-tiduran setelah jam pelajaran olahraga.
Bagaimana ceritanya Kokone bisa memilikinya?
Dilirik sekilas Kokone memang terlihat seperti gadis cantik yang normal. Tapi memangnya harus dijelaskan kembali kalau klub ini sudah kehilangan kata 'normal' sejak sananya?
"Terima kasih sudah mencetaknya Kokone. Aku butuh waktu untuk mencari foto ini." Oh, ternyata masih kelakuan si ketua. Tapi, tetap saja, itu foto mau digunain buat apa?
"Yuuma, karena setelah mencari kesana kemari dari ujung pulau honshu sampai ke ujung lagi," –jelas ngibulnya- "Aku tak menemukan aibmu, jadi, bisa kugunakan foto ini sebagai ancaman kalau kau lari dari klub ini, kan?" seringai iblis bertambah lebar, Dell bertransformasi jadi macam dedemit beneran.
"Ketua, itu cuma fotoku, bukan aibku." Tapi si dedemit ubanan masih nyengir, titisan setan sedang beraksi mengancam iman tokoh utama.
"He, siapa bilang Fukase tak bisa menyantet orang hanya dengan media foto?"
Dell cengar-cengir nista. Fukase tak mengubah ekspresi wajahnya yang memang sejak awal datar, tapi tangannya setia memegang boneka voodo di kanan dan paku karatan di kiri. Kokone hanya memandang tak peduli seraya bermain-main dengan ujung rambutnya. Ketiganya membentuk barisan iblis penyambut Yuuma di neraka berkedok ruang klub misteri.
"Jadi," Dell mengulurkan tangan ke arah Yuuma dengan aura cerah dan ceria, "Selamat datang di klub misteri, Sakaki Yuuma-kun."
Tuhan, dosa Yuuma apa sih?
Omake
"Yum, kau ngapain?" Mizki, kakak Yuuma, hanya bertanya penasaran melihat sang adik mondar-mandir tak karuan dengan tampang nelangsa di dapur rumah mereka.
"Nyari sumbu kompor,"
"Buat apa?" mereka pakai kompor gas, mau nyari sampai kecoak melahirkan pun nggak akan pernah ketemu. Kayaknya adiknya itu pinter, kenapa tiba-tiba dia jadi oon gini?
"Gantung diri."
