Suatu sore di SMP Nankatsu—di sebuah prefektur bernama Shizuoka, terlihat sesosok pemuda kecil sedang bermain bola sendiri di tengah lapangan. Tampangnya kusut bin bete. Tampak sedang memainkan benda bundar yang setia memantul-mantul manja di kakinya. Sebutlah juggling dalam bahasa olahraga populer.

"Sial! Pertandingan bola antar daerah tinggal seminggu lagi, tapi aku belom punya pasukan sama sekali. SAMA SEKALI!" dongkolnya sambil terus menyiksa bola itu tiga puluh senti di atas pijakan. Terus mengomel tanpa menyadari sosok lain sudah berdiri di belakang, "Rugi gue masuk Nankatsu, ternyata klub sepak bolanya nggak serius. Tau gitu dulu masuk Tohou aja."

"Woiii, Tsubasa!" sapa sosok misterius tersebut.

"EBUSET!" pemilik nama yang kaget kehilangan konsentrasi, bola di kakinya jatuh ke tanah.

"Izawa! Pa'an sih? Nggak liat orang lagi serius latian?" omel Tsubasa yang tampangnya sekarang makin keruh.

"Latian apa ngelenong? Dimana-mana main sepak bola tuh bersebelas! Dua grup pulak! Ini sih namanya bukan latian."

"Ngelenong juga nggak cuma sendirian. Loe nggak pernah nonton srimulat ya?" balas Tsubasa tidak mau kalah.

"Monyong! Mana ada srimulat di tivi lokal Jepang?! Btw, gimana? Dah dapet anggota belon? Pertandingan bolanya asaan tinggal seminggu deh." pemuda yang dipanggil Izawa itu mendapati wajah lawan bicaranya menekuk-nekuk seperti ayam salah urat dan itu membuatnya cemas.

"Tau! Tau! Gua juga lagi mikir nih! Lagian kayaknya loe juga anggota sepak bola Nankatsu, kok bisa-bisanya nolak ikut pertandingan?" tanya Tsubasa heran.

"Soalnya gue, Taki, kisugi plus Takasugi udah janji ke Ishizaki mau bantuin kerjaan bonyoknya di Anyer. Lagian kan asik bisa main-main deket pantai."

"Sebetulnya seting fic ini di Jepang apa Indonesia sih? Kok Anyer dibawa-bawa?"

"Nggak urus! Yang penting kami liburan mau seneng-seneng, bukan latian sama ikut pertandingan yang isinya cowo semua." putus Izawa egois.

"Tapi loe kudu tetep tanggung jawab! Loe bagian dari klub ini juga! Seenggaknya kasih gua rekomendasi pemain ato ideee!" Tsubasa narik kerah sang karib lalu mengguncang-guncangnya keras sampai yang bersangkutan hampir ilang keseimbangan.

"Sabar, meen! Sabar! Loe tau kan orang sabar tuh—"

"Bodo amattt! Kasih gua jalan keluar atau gua sumpahin anu loe disengat ubur-ubur pas liburan nanti!" Tsubasa yakin doa orang teraniaya pasti terkabul. Yakin banget.

"Ada! GUA ADA IDE! Tapi loe kudu usaha sendiri, gimana?" mendengar itu, Tsubasa sontak menghentikan aksi anarkisnya dan tersenyum lebar.

"Boleh deh, ide apaan emangnya?"


TEAM UP!

Captain Tsubasa (c) Takahashi Youichi
Warning
: OOC. Penistaan penyiksaan penindasan penghinaan character. AU. Typo(s). Keju.

.
by Ratu Obeng (id: 1658345)

01


"YAAAAAAAAAY! BERHASIIIIL!"

Disaat yang sama, seorang pemuda berparas lumayan dan bergingsul tajam sibuk teriak-teriak sembari melempar tangannya berkali-kali ke udara. Membuat suasana istirahat kelas 2-C yang biasanya ribut menjadi lebih semarak. Tak ayal sekaleng soda kosong dari banjar belakang mendarat mulus di kepalanya.

"BERISIIIIK NITTAAAA! TONK TRIAK-TRIAK, GANDEEEENK!" semprot salah satu murid pindahan dari tataran Sunda yang kontan disetujui penghuni kelas karena tidak lama kemudian berpuluh-puluh kaleng kosong ikut beterbangan ke satu arah.

"Gyaaaaa!" masnya cuma bisa menutup matanya erat, pasrah menanti kaleng-kaleng tersebut mendarat mulus di tubuhnya. Herannya, bahkan setelah beberapa saat berlalu dia tidak merasakan sakit apa-apa, malahan ruang kelasnya mendadak sunyi. Perlahan kelopaknya membuka, melihat sosok yang dikenalnya berada di atas tubuhnya bak perisai. So swit gitulah kayak adegan penyelamatan di film-film Korea.

"Senior Urabe? Ngapain di sini?" jelas saja kelas langsung sepi, mana berani mereka macam-macam di depan kakak kelas. Tanpa basa-basi Urabe segera menarik tangan Nitta, membuat sosok mereka berdua menghilang dari pandangan seluruh murid kelas. Setelah berada di ujung lorong nan sepi, tangan sang junior malang baru akhirnya dilepas.

"Sorry, tadi senior gapapa? Sakit nggak?" Nitta memandang wajah Urabe khawatir.

"Nggak masalah."

"Tapi sampe ada codetnya gitu…" ujarnya semakin cemas.

"Ngawur! Dari dulu bekas luka ini emang udah ada. Betewe, gimana hasil audisinya?"

"Aku berhasil! Aku lolos! Tadi pagi mereka ngirimin suratnya dan nanti sore aku harus dateng ke tempat ini!" seru Nitta riang sembari mengeluarkan kertas dari saku. Menunjuk detail-detail isinya bersemangat.

Angguk paham, "Wajar kamu lulus, suaramu bagus dan kamu manis sih…"

"Hah?"

"Bu-Bukan…" ehem. Dehem dibuat-buat, "Bukan apa-apa. Selamat ya!"

"Akhirnya cita-citaku menjadi penyanyi bakal terkabul. Aku harus berusaha lebih keras lagi sekarang, siapa tau suatu saat bisa kerja bareng Misa."

"Super Idol itu? Kamu fans juga?" pertanyaan Urabe disambut anggukan super mantap.

"Iya donk! Dia kan cantik banget! Aku juga ikut audisi ini karena yang lolos katanya berkesempatan debut pertama dengan Misa sebagai model video klipnya."

"SERIUS!? Kalo gitu ntar sore aku mau ikut nemenin! Aku juga pengen liat Misa dari dekeeet." Urabe mulai menunjukkan sisi fanboy.

"Boleh. Aku juga takut pergi sendirian." nadanya malu-malu najong, "Kalau gitu pulang sekolah kita ketemu di gerbang, deh. Sekarang aku harus balik ke kelas dulu."

Setelah berpamitan, Nitta berlari menuju kelas. Namun senyum di wajahnya berhenti total ketika puluhan kaleng kembali menyerang sesaat kakinya baru touch down ruangan kelas.

.

.

.

Setelah salah naik bus dan nyasar beberapa kali, akhirnya mereka berdua sampai dengan selamat di tempat tujuan. Keduanya melawati beberapa penjagaan sekuriti yang lumayan ketat untuk kemudian tiba di area auditorium besar, lengkap dengan setting kamera dan panggungnya.

"Gilak! Besar amat! Beneran aku bakal nyanyi di atas situ!? BENERAN!?" pekik Nitta kagum. Urabe pun tidak kalah syok. Dia juga hanya mampu bengong mematung melihat beberapa model berkaki jenjang mondar-mandir di sekitar mereka.

"Kayaknya aku udah mulai sirik sama kamu, Nit..." jujur Urabe sambil terus mengamati kaki para model tanpa berkedip.

"Selamat datang di Scramble Egg. Saya Matsumoto Kaori, manajer di sini." Urabe dan Nitta yang terkejut berbalik cepat ke arah sumber suara. Wanita itu berambut ikal pendek, memakai gaun modis berhias syal panjang menutup bagian leher.

"Selamat sore, ngg… nama saya—"

"Nitta Shun, kan?" Nitta mengangguk gugup. Menjulurkan surat bukti bak pengendara motor korban razia memperlihatkan STNK.

"Tidak usah terlalu formal, santai saja." Nitta mengangguk grogi untuk membalas senyum mabushii clink-clink Kaori, "Selamat ya, sekarang kamu sudah menjadi bagian dari Scrumble Idol. Aku akan memandu sedikit agar setidaknya kamu terbiasa dengan studio."

"Senior, aku tinggal dulu sebentar ya!" tapi Urabe tidak menjawab, malah semakin sibuk melotot ketika model-model itu melakukan performa di atas panggung. Nitta hanya mengangkat bahu kemudian mengikuti Kaori yang mulai menjelaskan macam-macam hal padanya.

"Sampai di sini, kira-kira ada yang kurang mengerti?" tanya Kaori sambil memberikan beberapa lembar kertas pada Nitta. Tiap lembarnya dibubuhi dengan tinta merah; hapalkan atau MATI.

"Ahahaha... haha... sudah jelas kok. Lalu kapan shooting dimulai?" tanya Nitta bersemangat.

"Dua hari lagi. Gunakan waktumu dengan baik ya. Kamu punya potensi besar, suatu saat pasti bisa menjadi idola penting di agensi ini."

"Makasih, Nona Kaori." Nitta memeluk kertas-kertas penting itu sebelum memasukkannya dengan sangat hati-hati ke dalam tas. Ketika hendak kembali ke auditorium, tiba-tiba seorang gadis berambut panjang menghentikan langkah mereka. Pijakannya seperti tidak terpengaruh gravitasi, kulitnya pun cerah sekali. Nitta harus mencubit pipi untuk memastikan sosok di depannya bukan properti mimpi basahnya setiap hari.

"Kaori!" bentak gadis itu galak.

"—Apa-apaan scene ini? Kenapa aku harus melakukannya bersama Hyuuga?" tangannya menjulurkan kertas naskah lurus-lurus.

"Aduh, Misa. Ini keputusan semua pihak dan hasil dari polling fans terhadap kalian. Aku kira kamu sudah setuju"

"Jangan ber-can-da." dia merenggut, "Tidak dengan Hyuuga! Tidak dengan cowo manapun! Lagipula aku yakin Hyuuga juga akan protes!"

"Anu…" wajah Nitta berbinar-binar melihat sosok pujaannya hadir di depan mata walaupun dalam keadaan cemberut, "Nona Misa ya?"

"Terus kenapa!?" hardikan tajam.

"Aku fans b-beratmu! Boleh mi-minta tanda ta-tanga...n...h?" Nitta yang tremor mengeluarkan sebuah buku merk sidu dan pulpen pilot. Misa melontarkan tatapan heran.

"Kaori, siapa dia? Kenapa bisa ada di dalam gedung?"

"Nitta Shun. Dia yang akan menyanyi untuk video klip kalian lusa." Kaori menepuk pundak Nitta bangga.

"Maaf aku lupa memperkenalkan diri, Aku Ni-Nitta S-Shun. A-aku senang sekali bisa bekerja sama denganmu. Mo-mohon bantuannya." sekarang Nitta merasakan kakinya seperti jeli, entah karena grogi atau bahagia karena wujud idolanya—yang selama ini hanya berupa poster yang menghias dinding kamarnya—sekarang hanya tinggal selangkah di depan mata.

"Oh..." sang gadis mengangguk mengerti, tapi tetap saja mimiknya tidak berangsur senang.

"Jadi? Boleh aku minta tanda—"

"Nanti." sela itu datang dari sosok pemuda tinggi berkulit coklat. Kalau bukan karena tampangnya yang ganteng maut, pasti dia sudah disangka kuli bangunan. Celananya rumbai-rumbai norak, tapi dunia pasti memaafkan karena dia ganteng. Jangan lupakan juga sendal jepit beda warna yang sangat tidak nyambung, tapi sekali lagi—dia ganteng.

"Hyuuga?!" Misa menggeram rendah.

"Maaf Kaori, aku pinjam anak ini sebentar." Hyuuga merangkul Misa, membawanya dengan kasar, "Misa, ayo ikut!"

"Lepas, Hyuuga! Siapa yang mau ikut sama kamu!?" Misa mencoba kabur namun rangkulan di pundaknya terlalu kencang.

"Aku mau bicara soal adegan yang harus kita mainkan lusa." mendengar itu, sang idola berhenti meronta.

"Kaori, kita akan bicara lagi nanti. Dan kamu," Niita buru-buru tunjuk hidung, "Kamu boleh minta tanda tangan berapa pun saat kita bertemu lagi lusa. Maaf untuk hari ini."

Helai coklat mengangguk, ceritanya pura-pura tegar. Padahal gara-gara melihat adegan skinship dua pablik figur yang tergolong romantis tadi kokoro-nya auto kecewa berat. Ternyata gosip di majalah-majalah memang benar adanya. Misa mungkin menjalin hubungan spesial dengan Hyuuga, salah satu aktor terkenal Scramble Egg.

"Kenapa mendesah panjang begitu? Kamu capek?" Kaori cemas melihat cara jalan artis barunya yang mendadak selelet penyu.

"Hmm… sedikit…" bohong Nitta sambil manyun.

"Kalau begitu hari ini kita sudahi saja dulu, jadi kamu dan temanmu bisa pulang lalu beristirahat. Tolong tepati semua jadwal yang sudah disepakati."

"Terima kasih, Nona Kaori. Kami pamit dulu." Nitta membungkuk dalam lalu bergegas menyusul Urabe yang ternyata masih diam mematung dengan mulut menganga di depan panggung.

"Ya 'elah, buset dah! Masih nongkrong aja di sini? Senior, aku udah mo balik nih!" tangan yang bergeming disambar kemudian diseret ke pintu keluar.

"Eh? Kok udah beres aja? Misa mana?"

Mendengar nama Misa disebut, pasang tungkai Nitta spontan berhenti. Urabe refleks ikut-ikutan berhenti. Tiba-tiba yang junior meraung-raung gaje. Urabe jadi takut bercampur malu karena pejalan kaki yang berlalu-lalang kini menatap mereka dengan pandangan menghakimi.

"Huwaaaaaaaaaaaaaaa! Aku nggak terimaaaaaaaaaaaaaa~~~!"

.

.

.

Keesokan harinya Nitta ambruk total setelah latihan karate yang menjadi salah satu agenda rutinnya. Namun sikap profesional mengajaknya untuk mempelajari kembali kertas-kertas yang diberikan Kaori meski sebentar. Walau sudah latihan berulang-ulang, dia tetap saja grogi, takut melakukan kesalahan bodoh. Bagaimanapun besok adalah hari yang besar. Debut yang sangat diidam-idamkan.

Belum mengulang satu bait, ponsel pintar di dekat bantal berdering heboh. Nitta mengangkat ogah-ogahan.

"Halo…" sahutnya lemas.

"Weheheiii! Nitta ya? Nitta bukan? Kenalin, nama aku Tsubasa! Mau nggak ikutan tanding sepak bola bareng minggu depan? Nggak susah kok, cuma latian tiap hari aja. Habis itu tanding deh. Kalo menang... hmm, bolehlah minta traktir asal jangan mahal-mahal. Mau, ya! Ya! YA!?"

"Set 'dah. Sapa nih? Ngemengnya ngebut amat kayak roket. Situ sapa ya? Ekeu kenal sama situ?" balas Nitta jutek. Walaupun Latihan di Wakado Ryu cuma berlangsung dua kali seminggu, tapi sekali latihan lemasnya bisa sampai dua hari, jadi tolong maklumi kalau sekarang dia capek berat. Belum lagi efek bete karena idola pujaannya sukses diembat, sama sesama model pula. Ya jelas Nitta kalah KO.

"Belom donk, makanya tadi aku bilang 'kenalin', masa nggak kedengeran sih? Ayo donk, ini darurattt! DENJERRR!" suara di seberang volumenya maksimal.

"Bisa nggak sih suaranya dikecilin dikit? Aku tuh lagi capek... pek… pek! Ini siapa sih? Tau dari mana nomor aku?" Nitta balik sewot.

"Aku Ozora Tsubasa. Yang ngasih nomormu tuh Izawa. Sebelum pindah ke Nankatsu katanya dia sekampung ama ente."

"Enak aja kampung, kompleks kali! Izawa mana nih? Yang rambutnya panjang ya?" Lama-lama Nitta mulai terbiasa dengan suara toa yang mampir di telinga. Lagipula aslinya dia memang lagi pengen ngobrol random supaya aura negatifnya terluapkan.

"Bet-hul! Katanya kamu jago maen bola, makanya aku mau minta tolong."

"Hah? Kata siapa aku jago? Aku cuma bisa juggling ama dribble ama shoot ama ngoper doank." jawab Nitta bingung.

"Itu namanya jago, O'on! Gimana? Mau Bantu nggak?" tanya Tsubasa lagi.

"Nggak." dijawab ketus.

"Ouch. Jawabannya nyakitin hati banget. Kan cuma bantuin bentar aja! Please donk ah!"

"Nggak bisa uy... aku udah bakal sibuk mulai besok. Belum tentu bisa latian karate dan masuk sekolah tiap hari juga. Hampura, bener-bener nggak bisa!" Nitta mencoba sehalus mungkin untuk menolak, tapi tentu saja Tsubasa tidak menyerah secepat cara bicaranya.

"Haduh! Masa nggak bisa sih? Emang ente artis kayak Nakata ato Kawaguchi apa? Mereka aja bisa nyempetin main bola."

"Mereka Emang pemain bola, bego! Aku ini penyanyi. Udah ah! Sekali nggak bisa ya nggak bisa. Indonesia juga skali merdeka tetep merdeka! Punten pisan!" jari Nitta sudah tidak sabar ingin memencet tombol off.

"Jadi kamu beneran artis? No tipu? Yaah… susah deh kalo artis diajak ngeluangin waktu. Mana ada dua lagi, dasar Izawa kampret."

Kalimat misuh-misuh itu tidak luput dari pendengaran, "Dua? Satu lagi siapa?"

"Itu tuh, Hyuuga Kojirou yang sekarang jadi top model Sembeleg." Tsubasa ngasal.

"Scramble Egg!" pemuda itu semakin berapi-api mendengar nama rivalnya disebut, "Emangnya dia jago main bola?"

"Auk deh. Tapi aku dikasih nama dan telpon dia juga sih, masa Izawa bo'ong?"

Nitta menjentik-jentikkan jari lentiknya di daerah dagu dan berpikir, mungkin saja ini kesempatan bagus untuk menunjukkan pada Misa bahwa dia lebih hebat dari Hyuuga.

"Boleh deh. Tapi syaratnya si Hyuuga itu harus ikut."

"SUMPEH LOE? Asiik! Stuju! Stuju! Kalo si Hyuuga itu udah Ok, nanti kutelpon lagi. Thank's banget yah! Muach! Ahahahahahaha…" tawa Tsubasa terdengar membahana sampai nada sambung terputus. Nitta melihat layar hape-nya yang sudah menghitam dengan tampang cengok.

.

.

.

"Nitta, kamu kurang ke tengah sedikit. Yak! Di situ! Pas! Bravo!" terlihat sutradara alay separuh baya sibuk mengatur beberapa orang di atas panggung termasuk Nitta. Awalnya terlihat lancar, tapi pria ini terlihat stres ketika dihadapi dengan dua top idol agensinya.

"Misaaa! Hyuugaaa! Kalian harusnya merapatttt!" teriaknya parau lewat alat pengeras suara—sambil menatap tajam pada Hyuuga dan Misa yang berdiri di paling pojok kanan dan paling pojok kiri panggung.

Dengan enggan, dua model itu mendekat pelan-pelan diiringi lempar pandangan tajam. Temanya cinta di musim panas. Misa terlihat sangat imut dengan topi lebar dan gaun putih panjang yang jatuh hingga lutut. Sedangkan Hyuuga memakai kacamata hitam dipadu kemeja longgar dengan kancing terbuka sampai dada meski masih saja ada sendal capit menghiasi kakinya. Mereka terlihat serasi 100% seperti Romeo dan Juliet. Seperti Soekarno dan bung Hatta. Nitta yang melihatnya hanya mampu cemburu buta.

"Kalau kalian tidak mau melakukan adegan ciuman nanti berulang kali, cobalah menjadi anak baik!"

"HAH? CIUMAAAN?" Nitta memekik tidak percaya. Misa harus melakukan adegan bibir bertemu bibir bersama Hyuuga? Di video klip perdananya? Oh, sungguh kenyataan yang sangat pahit.

"Cukup! Kita take ulang khusus bagian ini sejam lagi." pasrah sang pria sutradara sambil berlalu, diikuti oleh para kru.

"Terima kasih, ini minum untukmu." ujar salah seorang di sana sambil memberikan kaleng minuman pada Nitta yang baru kelar turun panggung.

"Makasih… anu…"

"Panggil saja aku Takeshi. Aku asisten pribadinya Hyuuga." jabarnya sopan. Setelahnya, bocah hampir botak itu berjalan ke arah Hyuuga untuk memberikan sekaleng Cola. Nitta menenggak cendol kalengan dengan beringas. Antara haus dan dendam kesumat. Berkali-kali pandangan bengis dia arahkan namun tak pernah kesampaian karena Hyuuga setia dengan kacamata hitamnya.

"Nitta, kemari sebentar. Rambutmu harus ditata ulang."

Kaori yang memanggil. Tampaknya dari tadi wanita itu melihat prosesi pembuatan video klip entah darimana. Mereka berdua kemudian masuk ke dalam sebuah kamar yang cukup besar, lengkap dengan meja rias, lemari baju, sofa, bahkan kulkas dan tempat tidur. Persis kamar hotel tipe presiden.

"—Mulai sekarang ini kamar gantimu. Kalau ada shooting atau kegiatan yang berhubungan dengan agensi, kamu bisa pakai kamar ini kapan saja. Soda, tolong bantu dia." laki-laki sebayanya yang ada di samping Kaori mengangguk, memberi jalan wanita itu untuk berjalan keluar kamar meninggalkan mereka.

"Terus aku sekarang ngapain?" Nitta tablo. Terlebih karena tiba-tiba dia mendapatkan fasilitas luar biasa lengkap kurang dari satu jam.

"Duduk saja, aku akan memperbaiki rambutmu."

"Mau dipotong?" tanya Nitta gugup sambil meraih salah satu kursi putar dan mencoba untuk santai.

"Cuma sedikit kok, biar rapih aja."

"Namamu Soda ya? Udah lama kerja di sini?" basa-basi dikit.

"Aku cuma freelance. Rumahku buka semacam salon, aku terpaksa harus cari ilmu di sana-sini biar jago dan bisa ngewarisin tokonya. Biasa'lah… bisnis keluarga." Soda menjelaskan panjang lebar sambil menyisir rambut Nitta kemudian perlahan menggunting ujung-ujungnya.

"Weits, nyari ilmunya udah kayak pendekar silat aja." kelakar itu bersambut, tawa mereka pecah, "Oh… mongomong kamu ngerapihin rambut semua idola Scramble Egg? Hyuuga sama Misa juga?"

"Hyuuga sih jarang. Dia benci dandan seperti artis lain. Apalagi Misa. Aku nggak pernah nyentuh rambut dia, keindahan mereka berdua benar-benar natural."

"Apa mungkin mereka punya penata rias sendiri tapi kita nggak tahu?"

"Mungkin. Soalnya kalau istirahat, Misa dan Hyuuga jarang keluar dari kamar. Nah! Selesai!" tepuk-tepuk sedikit agar bebas sisa guntingan, "Aku tinggal dulu. Permisi."

Setelah tukang tata rambutnya pergi, Nitta cuma duduk diam sambil berputar-putar di atas kursi. Kiri, kanan. Naik, turun. Membosankan, pikirnya.

Memutuskan untuk jalan-jalan, tidak jauh dia melihat sebuah pintu dari tempatnya berdiri bertuliskan nama Tsuruno Misa. Karena diliputi rasa penasaran, Nitta perlahan membuka pintu tersebut untuk mengintip ke dalam.

"Wow! Prikitiw! Bagus amat!? Kamar model top emang beda!" bisiknya supaya tidak ketahuan. Tanpa sadar, kaki nakal itu melangkah masuk ke dalam sambil mengagumi interior kamar.

"Kamu tuh model senior, jadi lakuin dengan profesional donk!" terdengar suara Hyuuga dari dalam kamar ganti Misa yang membuat Nitta terperanjat.

'Apa yang dilakukan Hyuuga di kamar Misa? Ah… begog! Kalo mereka memang ada hubungan, tentu saja hal seperti ini tidak aneh', batin Nitta hancur. Dia hanya berharap tidak memergoki kedua idola itu bermesraan di hadapannya atau hatinya akan semakin terluka.

"Siapa juga yang mau jadi model? Aku ini terpaksa tau!" suara Misa terdengar kasar dan berat, beda dari biasanya. Didengar dari jenis kalimat dan pemakaian nada, sepertinya kedua model itu bukan sedang bermesraan tapi tengah bertengkar.

"Ya udah, cepetan pake baju! Shooting kita mulai sebentar lagi." wajah Nitta memerah mendengar kata-kata Hyuuga dan secepatnya ingin beranjak keluar dari kamar itu. Apapun yang sedang mereka lakukan, kalau ada hubungannya dengan baju yang tidak terpakai, pasti mereka habis melakukan anuanu yang Nitta sendiri tidak bisa menjabarkannya karena belum ada pengalaman. Sialnya, di tengah perjalanan ujung kakinya terantuk meja. Menjatuhkan vas bunga malang hingga berkeping di lantai.

"Siapa?!" terdengar Hyuuga berlari ke arah pintu, mencari sumber suara yang mencurigakan tersebut.

"Hiii!" bulu kuduknya merinding, seperti hendak diterkam harimau, "Ma-maaf, plis dengerin dulu—"

"Nitta? Misa ikut kaget melihat sosok yang menginvasi kamarnya tanpa ijin, "A-apa aja yang udah kamu liat dan kamu dengar?"

Nitta tidak kalah syok ketika melihat sosok polos Misa, namun sebelum sempat berkata apa-apa Hyuuga menghantam kedua tangannya ke dinding melewati sisi-sisi kepalanya sehingga pemuda itu terjebak. Menurut kamus wibu, ini namanya kabedon.

"Nitta Shun. Kita harus bicara." desis Hyuuga dengan suaranya yang dingin dan berbahaya.


.

.

.

.

.

KRIIIIING

"Ya, Tsubasa?" sahut Nitta kalem.

"Eh? Kok tahu sih kalo aku yang nelpon? WAW! Yang artis tuh aku atau kamu sih?" si penerima telepon hanya tertawa kecil mendengar suara heboh tanpa titik koma jeda di seberang untuk kedua kali.

"Pernah nyimpen nomor di hape nggak sih? Anak jaman sekarang tapi kok gaptek amat?"

"Eh, aku udah liat video klip kamu. Keren, choy!" rasa-rasanya Tsubasa berusaha banting topik, "Mirip sama klip Andra en de bekbon gitulah! Kalau ketemu minta tanda tangannya donk, mau dipajang di toilet pribadi!"

"Iya. boleh. Makasih." Nitta belum menghentikan tawanya. Tawa miris.

"Jadi gini, Nit… tentang sepak bola itu—"

"Boleh. Aku setuju." pungkas bernada yakin.

Ada jeda, "Aku kan belum bilang apa-apa?"

"Iya, aku setuju. Lagian cuma pertanding kecil kan?"

"Nggak juga sih. Kalo beruntung katanya kamu bisa terpilih jadi anggota tim sepak bola Jepang dan bisa tanding dengan negara lain. Kedengerannya bullshit emang, tapi yang penting sekarang; KAMU BENERAN MAU IKUT?"

"IYA BENERAAAN! Jangan sampe aku berubah pikiran lagi nih!" sembur Nitta tidak sabaran.

"Asik! Kalian emang baik hati dan nggak sombong! Pasti bakal terus-terusan ngetop! Cihuy!" Tsubasa teriak-teriak syahdu mendengar jawaban calon anggota kesebelasannya itu.

"Eh, kalian? Emangnya siapa aja?"

"Ya Hyuuga'lah. Dia juga bilangnya mau ikut."

Nitta sakit jantung, "HAH? DIA JADI IKUTAN?"

"Loh!? Kan kamu yang minta supaya dia ikut, gimana seeh?" gantian di seberang yang jadi bingung.

"O-oh... Nggak, hanya… hanya... nggak nyangka aja." Nitta garuk-garuk pangkal pipi, "Oke! Kapan mulai latihan?"

"Besok ya, di lapangan Nankatsu. Ntar alamatnya ku-SMS, oceh? Makasih banget!"

"Iya sama-sama." pip. Setelah itu Nitta memutuskan nada sambung dan menaruh hapenya kembali di saku celana.

"Dari siapa?" sosok mungil yang memakai kaos berwarna pastel bertanya curiga.

"Tsubasa. Katanya Kita bakal latihan intensif mulai besok." tarikan napas, "Hyuuga juga katanya bakal ikut."

"Serius? Tadi baru kutanya, dia katanya nggak mau."

"Kurang tahu deh. Ntar aja habis beres shooting kita tanya dia lagi." ajakan itu diiringi senyum ramah.

Dan kedua sosok itu sekarang berjalan menuju pusat auditorium.


Bersamboenk...

.

.

.

A/N:

Selamat datang di OOC-ness Captain Tsubasa versi Ratu Obeng. Untuk smua fans, maap ya Tsubasa-nya OOC pisan #nyunda
Nggak hanya Tsubasa, pemain2 yang belum kelihatan batang idungnya juga bakal dibikin OOC. Harap sabar menunggu ƪ(˘⌣˘)ʃ

Khusus Nitta; gak tau kenapa selalu punya headcanon kalau bukan jadi pemain bola, masnya bakalan jadi penyanyi (mungkin efek seiyuu-nya jago nyanyi?) dan syukurlah... kesampean juga do'i ngejar cita-citanya di fanfik ini (LOL). Btw, kalo ada ngerasa 'kok ceritanya agak2 menjurus?' berarti firasatnya tepat. Author kan fujoushi, apa yang kalian harapkan? #angkatdagu

R&R maybe? C: