Ice, Ice, Baby!
Author : myflowerlady3
Cast : Main!Jung Yunho x Kim Jaejoong, Shim Changmin, Choi Siwon and others ( mengikuti jalan cerita )
Genre : fluff~ romance (?)
Rating : T
Warning : Typo(s), OOC, EYD tidak beraturan dll
Disclaimer : This story is purely MINE! Jika ada kesamaan dalam jalan cerita, well itu karena ketidaksengajaan ^^
A/N : Ini remake dari fanfic-ku sendiri yang di post di WP, dan bukan fanfic yaoi ._.v So I want to make it as YunJae version. Hope you like it ^^
Enjoy ~
Author POV
Suara denting lonceng gereja terdengar nyaring, burung - burung yang hinggap di lonceng gereja tua itu terbang berhamburan. Hari ini adalah hari yang paling ditunggu - tunggu oleh seorang namja berlesung pipit itu, senyum seakan tidak mau meninggalkan wajah tampan nya. Ia berjalan menuju altar dengan wajah yang semua orang seakan tahu bahwa ia sedang sangat bahagia. Ya, memang hari ini adalah hari yang paling istimewa untuk namja tampan itu, tetapi tidak untuk namja cantik yang sedang berjalan menyusul sang calon suami yang sudah berdiri di depan altar. Ia terus menundukkan wajahnya, tidak ada senyuman, tidak nampak sedikit pun kebahagiaan di wajahnya. Jelas, karena pernikahan ini bukanlah keinginan sang namja cantik itu. Kim Jaejoong, harus menjadi korban keegoisan orangtuanya, demi nama perusahaan sang ayah ia harus rela menikah dengan seorang Presiden Direktur Choi Corp. yang usianya terpaut 12 tahun darinya. Mengapa tidak menolak? Jika ada yang bertanya seperti itu padanya, maka ia akan berteriak di depan wajah orang tersebut sambil berkata " SUDAH! ".
.
"Kau sangat cantik Jaejoong-ah ~" sang Presdir tersenyum manis saat Jaejoong sudah berdiri di sampingnya. Jaejoong hanya bisa tersenyum kecil, tidak bisa atau lebih tepatnya tidak mau menjawab pernyataan tersebut.
"Baiklah, kita mulai saja." ucap sang pendeta yang sudah berdiri di depan mereka sejak tadi. Tangan Jaejoong terasa dingin, jelas ia tidak menginginkan ini. Kepalanya terasa berputar, rasanya ingin pingsan sekarang juga.
"Saudara Choi Siwon, apakah kau bersedia menerima Kim Jaejoong menjadi istrimu, menemaninya dalam suka maupun duka, sakit atau senang dan selalu berada disisinya hingga maut memisahkan?"
"Saya bersedia" jawab namja bernama Siwon itu dengan mantap.
"Saudara Kim Jaejoong, apakah kau bersedia menerima Choi Siwon menjadi suamimu, menemaninya dalam suka maupun duka, sakit atau senang dan selalu berada disisinya hingga maut memisahkan?"
"Saya... saya... maaf saya tidak bisa." sontak seluruh tamu yang berada di gereja pun terkejut dengan pernyataan Jaejoong. Tanpa pikir panjang Jaejoong berlari meninggalkan altar, Siwon sempat mencegahnya tetapi tidak berhasil. Jaejoong terus berlari tanpa mempedulikan orang -orang yang meneriaki namanya. Mengapa rasanya jauh sekali untuk mencapai pintu gerbang gereja.
"YAH! KIM JAEJOONG. Argh! Kepalaku."
"UMMA!"
Ny. Kim terjatuh lemas, dia tidak habis pikir dengan anak sulungnya itu. Tuan Kim dan adik Jaejoong-Changmin, mencoba untuk membantu Ny. Kim dan menenangkannya. Sedangkan keluarga Choi hanya bisa terduduk lemas melihat kejadian itu.
"Hyung," ujar Changmin pelan sambil menatap ke luar gereja.
.
.
Jaejoong berlari tanpa arah, sudah bisa keluar dari gereja saja ia sudah bersyukur. Ia seakan tidak peduli dengan tatapan orang - orang yang memandangnya aneh, bagaimana tidak, seorang namja dengan tuxedo putih mewahnya berlari di pinggir jalan seakan sedang dikejar – kejar sesuatu yang menakutkan. Dengan nafas terengah, ia menangis. Ia merasa bersalah pada orangtuanya, pada namja tampan yang sudah ia anggap seperti hyungnya sendiri itu, dan juga pada keluarga Choi. Tetapi ia ingin sekali saja hidup sebagaimana yang ia inginkan. Selama ini yang bisa mengerti keinginannya hanya sang adik, Kim Changmin. Itulah alasan mengapa Jaejoong sangat menyayangi adiknya.
.
.
" Aku harus ke mana? " lirih Jaejoong, satu tangannya menjinjing jas yang sudah ia buka daritadi. Ia terus berjalan tak tentu arah, daerah ini sangat asing baginya. Rumah - rumah di segala sudut, namun jalanan di sini sangatlah sepi. Hanya beberapa mobil dan motor yang lewat, itu pun sangat jarang. Jaejoong melihat tangga yang menghubungkan ke sebuah rumah, ia melihat ke atas, rumah sederhana itu terlihat sepi, sepertinya tidak ada orang. Ia pun mendudukkan dirinya di tangga tersebut, kakinya terasa kelu, ia tidak tahu sudah seberapa lama dan seberapa jauh ia berjalan.
.
PUK
Jaejoong memegang rambutnya, ada sesuatu yang jatuh ke rambutnya. Ia mengambil 'benda' tersebut, ternyata sebuah kulit kacang tanah, tetapi siapa yang membuangnya.
PUK
"YAH!" saat Jaejoong menengok, ia melihat seorang namja sedang duduk di tangga paling atas yang sedang sibuk mengunyah makanan yang digenggamnya.
"Wae?" namja itu bertanya dengan wajah datarnya, sedangkan mulutnya tak berhenti mengunyah.
"Ka-kau! Memangnya tidak melihat di bawah sini ada orang huh?!" Jaejoong berdiri sambil menunjuk wajah namja tersebut.
PUK
"Yah!" bukannya berhenti, namja itu malah melempar lagi kulit kacangnya yang langsung terkena telak pada wajah Jaejoong.
"Kau! Dasar namja tidak tahu sopan santun!"
"Kau juga, Namja tidak tahu sopan santun. Dengan seenaknya duduk di tangga rumah orang." ujar namja tersebut dengan ekspresi yang tidak berubah sejak tadi.
"Mi-mian. Aku kelelahan, aku hanya ingin duduk untuk beristirahat sebentar. Hanya rumahmu yang memiliki tangga di depannya." namja berwajah dingin itu tidak menjawab, ia lalu berdiri dan membersihkan celana bagian bokongnya yang kotor.
"Jja! Masuklah ke dalam, mungkin kau butuh minum."
"Kau serius?" namja itu tidak menjawab, ia langsung saja masuk ke dalam rumahnya tanpa menunggu Jaejoong.
.
"Sebenarnya aku bisa saja menawarkan minuman lain padamu, tapi aku malas." ucap namja berwajah dingin itu sambil memberikan Jaejoong segelas air putih.
"Tidak apa-apa. Gomaweo,"
"Hmm.." setelah meneguk habis airnya, Jaejoong menaruh gelas itu ke atas meja di depannya. "Siapa namamu?" Tanya Jaejoong langsung.
"Mengapa kau ingin tahu?"
"Mengapa balik bertanya? Aku hanya ingin tahu." Jaejoong memajukan bibirnya lucu.
"Jung Yunho." Jaejoong menolehkan wajahnya pada namja di sebelahnya.
"Siapa dia?" tanya Jaejoong polos.
"Tentu saja namaku, bodoh! Tadi kau bertanya kan?!" namja bernama Yunho itu memberikan tatapan tajam kepada Namja yang masih memasang wajah polosnya.
"Ah~ hahaha. Aku Kim Jaejoong" Jaejoong menjulurkan tangannya berharap mendapat balasan. "Aku tidak bertanya." jawab Yunho tak acuh.
"Yah!" Jaejoong langsung menarik kembali tangannya.
"Wae? Aku memang tidak bertanya bukan? Yasudah, sekarang pulanglah!"
Jaejoong membelalakan matanya. Namja ini mengusirnya?
"Aku tidak mau pulang!"
"Kalau begitu pergilah ke mana pun kau suka." Jaejoong memajukan bibirnya sambil melipat kedua tangannya di dada. "Tapi aku tidak tahu mau ke mana~" rajuk Jaejoong.
"Aish. Lalu aku harus bagaimana huh?" Yunho sudah mulai kesal pada Namja berwajah imut itu.
"Aku ingin istirahat di sini. Emm, bolehkah aku meminjam bajumu?"
Yunho tidak habis pikir pada Namja ini, kenal saja tidak. Ia jadi menyesal berbuat baik pada Namja ini.
"Aish, baiklah. Tunggu di sini!"
Jaejoong tersenyum, akhirnya ia bisa beristirahat dan mengganti pakaian yang sangat tidak nyaman ini.
Srak
"Yah! Bisakah kau memberikannya dengan baik – baik? Tidak usah dilempar begitu!"
"Jangan mengeluh! Seharusnya kau bersyukur aku mau meminjamkan baju."
Yunho memandang Jaejoong yang sedang sibuk membolak - balikan bajunya. "Kenapa? Ada yang aneh?" tanya Yunho.
"Ini baju siapa?" Jaejoong balas bertanya.
"Itu baju kakekku, beliau meninggalkan beberapa pakaian di sini. Wae? Kau berharap aku meminjamkan kemejaku, lalu kau memakainya tanpa celana, dan kau seakan terlihat seperti habis bercinta denganku?"
"Mwo?! Mengapa kau berpikiran sejauh itu?! Lagipula, kita kan sama – sama namja- setidaknya pinjamkan celana dan bajumu itu sudah cukup."
Yunho hanya tertawa kecil melihat ekspresi Jaejoong. "Aku tidak mau meminjamkan bajuku ke orang asing. Sudah, cepatlah ganti pakaianmu. Di sana, itu kamar mandinya." Yunho menunjuk sebuah pintu berwarna coklat.
"Ish! Baiklah." Jaejoong melangkahkan kakinya meninggalkan Yunho.
Hari ini adalah hari yang aneh bagi Yunho, seorang Namja yang menggunakan tuxedo yang jelas tidak murah harganya itu duduk di tangga depan rumahnya, dan anehnya mengapa Yunho menyuruhnya masuk ke dalam rumah? Yunho tertawa kecil, ia merasa bodoh. Bagaimana jika Namja itu sebenarnya orang jahat, atau hanya seorang Namja dengan gangguan jiwa. Lagipula, apa yang dilakukan Namja itu di tangga rumahnya? Dan yang membuatnya penasaran, mengapa Namja itu menggunakan pakaian resmi nan mahal itu? Mungkin Yunho akan mendengar banyak hal dari Namja itu.
To Be Continued ~
A/N : Yosh ~ 1st Chapter, done \o/ semoga gak membosankan kekeke. Maaf kalau jelek. Ini fanfic keduaku, semoga suka. Kritik dan saran sangat diterima dengan lapang dada -_- teehee. So, want to give me your thoughts?
