Chapter 1
This Is So Unfair
winter and bunnytofu
T for this chapter
EXO Crack Couple
Warn; boys love
"Jong-ah,"
"Jongin-ah!"
Pria itu menoleh, ia memicingkan matanya. "Oh, Junhee? Ada apa?" Jongin-pria itu- menghampiri sosok yang memanggilnya. "Ketua memanggilmu, ia berkata bahwa naskah yang akan kau perankan sudah dicetak. Sebaiknya kau ambil naskah tersebut dan mulai latihan bersama yang lainnya." jelas Junhee, teman satu club-nya. Jongin mengangguk pelan, "Baiklah, aku akan ke sana sekarang 'Ju-ni-el~'" ucapnya dengan nada candaan. "Namaku Junhee, bukan Juniel, Tuan Kim." sesal Junhee ketika Jongin sudah pergi.
.
.
Jongin mengetuk pintu yang menjadi tujuannya. Untuk mengambil naskah tentunya."Ketua, boleh aku masuk?". Yang di dalam pun menyahut, "Masuklah, Jongin." Jongin menuruti perintah tersebut kemudian masuk dan membungkuk hormat. "Ah, tidak perlu sesopan itu Jongin. Ini naskahmu, kuharap kau dapat segara mempelajarinya." Jongin menerima naskahnya dan di saat melihat judul naskah tersebut Jongin mengerinyit bingung 'Drama musikal?'.
"Ketua aku-"
"Aku tau, pada drama ini kau hanya memainkan peran dan tidak menyanyi. Ada seseorang yang akan mengisi suaramu saat peran berlangsung."
Jongin tersenyum, "Kau tau diriku sekali, Junmyeon hyung." ucapnya. "Oh tentu, kau sudah seperti adik kesayanganku Kim." balas sang ketua, Kim Junmyeon.
.
.
Jongin berjalan menuju hall. Sambil sesekali membaca naskahnya dan menirukan gaya cerita tersebut. Menurutnya drama kali ini cukup mudah, biasanya ia akan berdialog saat peran berlangsung. Tapi kali ini tidak, ia cukup bergerak mengikuti naskah tersebut tanpa berceloteh.
Sesampainya di hall, Jongin langsung berbaur dengan teman-teman se-club-nya. Mulai dari pemanasan sampai ke inti latihan. Jongin sangat menikmatinya. Latihan terhenti karena suara sang ketua menginstrupsi, "Kita mempunyai waktu 1 bulan untuk latihan. Dan dengan waktu itu kuharap kalian dapat memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya." Semua berseru 'fighting' dan bertepuk tangan. Pada detik itu juga latihan pertama Jongin dengan teman-temannya berakhir.
.
.
"Ah! Auu..." pria itu mengusap pelan jarinya yang baru saja tersengat listrik beraliran statis. "Pfft... kau tersengat lagi? Sudah kukatakan, angkat kakimu di saat kau bersentuhan dengan lempengan besi itu." Yang di ceramahi hanya mendengus karena ditertawakan, tapi ia tetap mengikuti himbauan tersebut. "Bagaimana Hun-ah? Masih tersengat?" Sehun-atau lebih tepatnya Oh Sehun- menggeleng pelan dan tetap melanjutkan kegiatan yang sebenarnya tak ia inginkan ini. Tapi, temannya itu menawarkan pekerjaan ini dengan mengiming-imingkan uang-jika benda elektronik ini berhasil diperbaiki- jadi Sehun langsung saja menerima tawaran ini. Ia sangat membutuhkan uang.
"Hei kawan, setelah memperbaiki komputer ini aku mendapatkan tawaran untuk pementasan drama-"
"Hyung pindah fakultas?" potong Sehun.
"Dengarkan aku dulu bodoh!" temannya itu menyentil dahi Sehun. Dan si korban hanya mengaduh kesakitan."Yang pertama, aku tidak pindah fakultas. Yang kedua, aku menawarimu untuk ikut bersamaku melakukan pekerjaan sampingan. Ya meski hanya satu hari." ucap temannya. "Pekerjaan apa itu? Jika berhubungan dengan listrik aku menolak." jawab Sehun to the point. Temannya berdecak kesal kemudian menatap Sehun datar. "Kau berada di fakultas yang salah jika tidak mau berhubungan dengan listrik. Aku malas mengajakmu, padahal bayarannya lumayan mahal." Sehun menatap temannya yang hendak membereskan peralatan mereka. Disaat pria itu benar-benar selesai membereskan peralatannya Sehun mencegat pria itu untuk pergi.
"Apa?"
"Aku terima tawaranmu, Donghae hyung."
"Oh, aku tau kalau kau akan menyetujuinya." Senyum pria itu.
.
.
Penat. Itulah yang dirasakan Jongin hari ini. Ini adalah satu hari sebelum pementasan dan Jongin benar-benar berlatih keras untuk pementasan drama besok. Tentu, ia juga ingin membanggakan ketua sekaligus seniornya itu.
Jongin mulai menaiki tangga menuju flat-nya. Dan dia sudah sangat tidak sabar untuk merebahkan diri di ranjang empuk miliknya.
"Hyung, kau sudah pulang?" sahut seseorang dari dalam saat Jongin membuka pintu. Jongin menghela nafas, ia menutup pintu dan langsung melesat menuju sofa. "Hyuung~" ucap anak itu manja. Anak muda itu bergelayutan manja di samping Jongin. "Taeoh-ya, sudah berapa kali kukatakan, jika kau bermain ke tempat ini jangan nyalakan semua lampu. Kau tau kan uangku pas-pasan." Anak muda itu melihat ke seluruh arah kemudian mengerucutkan mulutnya, "Hyung kan tau kalau aku takut pada kegelapan... Lagi pula ayah juga ikut andil dalam membayar flat ini." Jongin hanya tersenyum kecil lalu mengusak kepala adik kesayangannya, ia benar-benar tidak bisa marah pada adiknya itu. "Aku tau itu. Kau kan bisa datang ke kampusku. Lain kali jangan seperti ini lagi, oke? Kasihan ayah karena membayar listrik dua kali lipat karenamu." Taeoh mengangguk, kemudian ia bangun dari duduknya untuk mematikan beberapa lampu.
"Jongin hyung, ayah dan ibu berkata bahwa besok mereka tidak dapat hadir. Dan tebak apa gantinya?!"
"Kau menginap disini dan besok kau menggantikan ayah dan ibu untuk hadir di tempat pementasan dramaku, benar kan?"
Si adik menggerutu kecil, 'Hyung selalu bisa menebak pertanyaanku'. "Aku tidak menebak, hanya memperkirakan." sahut Jongin sambil merebahkan diri di sofa dan di lanjutkan dengan memejamkan matanya. "Ya!? Hyung membaca pikiranku lagi!" lagi lagi, Taeoh menggerutu kepada kakak kesayangannya itu.
"Berhentilah menggerutu dan pergi tidur. ini sudah larut. Telat sedikit kau akan kutinggal dengan keadaan semua listrik mati dan pintu terkunci!" ancam Jongin. Taeoh yang mendengar ancaman tersebut langsung menarik lengan kakaknya, "Hyungku yang baik, ayo temani Taeoh tidur~". Jongin terkikik pelan kemudian ia menggendong adiknya ke kamar dan tidur bersama. Mereka adik-kakak yang sangat lucu bukan?
.
.
Hari ini adalah hari terpenting bagi Jongin. Meskipun kedua orangtuanya tidak datang, tapi setidaknya adik Jongin, Taeoh, datang untuk menghadiri pementasan dramanya. Ini memang bukan drama pertama Jongin, tapi Jongin sangat senang ketika salah satu keluarganya melihat pementasan dirinya.
Jongin dan teman-temannya tengah bersiap untuk tampil. 'Hyung semangat!' ucap Taeoh tanpa suara dari bangku penonton. Jongin tersenyum dan terus saja memperhatikan adiknya yang terlihat antusisas dengan pementasan ini.
"Itu adikmu?" Jongin menoleh, mencari asal suara tersebut. Dan ternyata itu Junhee. "Ya itu adikku" jawabnya. "Jongin, Junhee, kita harus bersiap siap sekarang." Jongin dan Junhee segera menuruti perintah ketuanya.
Semua telah siap, para pemain sudah pada tempatnya masing-masing. Para penonton juga sudah mulai tenang karena acara akan dimulai sekarang juga.
"Hey kau!" panggil Junmyeon dari kejauhan. Yang dipanggil pun hanya menoleh dengan tampang muka bertanya-tanya. "Kau orang suruhan dari fakultas IT bukan? Acara akan dimulai, sebaiknya kau segera menuju ruang sound system, dan ruangannya ada di sebelah sana." Sehun, pria yang disuruh itu mengangguk dan langsung melesat ke ruangan yang dituju.
.
.
Pertunjukan Jongin dan teman-temannya hari ini sangatlah memukau, para penonton juga bertepuk tangan dengan meriah. Saat ini, Jongin sedang mengganti bajunya. Rencananya hari ini ia akan merayakan keberhasilan dramanya di sebuah restoran sederhana.
"Jongin, sebaiknya kau susul yang lainnya. Aku mau mengucapkan terima kasih pada kru sound system di sana." ucap sang ketua yang akan bergegas ke ruangan sound system. Jongin mencegatnya tiba tiba, "Boleh aku ikut hyung? Aku juga ingin mengucapkan terima kasih pada mereka." Junmyeon tersenyum, ia mengerti kenapa Jongin ingin berterima kasih pada semua orang yang bersangakutan pada pementasan drama hari ini. Ia pun langsung mengajak Jongin pergi ke ruangan tersebut.
"Permisi, Lee Donghae dan Oh Sehun ada?" sang ketua mencari orang yang memang sebelumnya terlibat dalam pengaturan sound system dalam ruangan tersebut. Kemudian terlihat seseorang yang mendekat ke arah ketua.
"Maaf, Lee Donghae sedang keluar. Aku Oh Sehun, ada perlu apa?"
"Ini uang yang ku janjikan, cukup 'kan?" ucap Junmyeon pada orang tersebut. "Terima kasih juga telah terlibat dengan pementasan ini." Lanjutnya. Sehun mengangguk, "Ini sudah melebihi cukup, terima kasih banyak." Sehun membungkuk hormat cukup lama sampai ia mendapati dua pasang sepatu lainnya di belakang orang yang sedang berbicara dengannya. 'Kurasa itu bukan sepatu milik Donghae hyung' batin Sehun.
"Umh... bangun lah, aku juga ingin mengucapkan terima kasih." Sehun bangun dari bungkuknya, ia mendapati seseorang yang -mungkin- tingginya setara dengan tubuhnya.
"Terima kasih telah membantu acara kami ng..."
"Oh Sehun, kau bisa memanggilku Sehun."
"Oh ya, Sehun-ssi. Aku Kim Jongin. Mungkin tanpamu dan temanmu itu, acara kami tidak berjalan dengan lancar." Ucap Jongin, ia juga menarik tangan Sehun dan menjabatnya. Sehun yang di perlakukan seperti itu hanya diam sambil memandangin pesona Jongin. Sehun terus saja menatap Jongin.
"Sehun-ssi? Oh Sehun?"
"Ya ada apa?"
"Bisa lepaskan tanganku...? Aku harus pergi sekarang."
Sehun termenung sejenak sampai ia mendapati tangannya yang masih menggenggam erat tangan milik Jongin. Sehun pun salah tingkah, "O-oh ya? Maafkan aku." Dan Sehun benar-benar gugup. Jongin tersenyum kaku, "Sebaiknya aku pergi sekarang, teman se-club-ku sudah menunggu. Sampai jumpa!" Sehun tidak membalas, ia hanya menatap punggung Jongin yang perlahan mulai menghilang.
"Lihat siapa yang baru saja terpesona pada pemeran utama drama itu, heum?" ledek Donghae yang baru saja kembali dari kamar kecil. Sehun menatap kakak kesayangannya-sebenarnya Donghae hanya temannya- dengan pandangan ingin membunuh, "Diam, atau uang ini untukku semuanya?" Donghae tersenyum kecil, kemudian ia membereskan tasnya, "Uang itu memang untukmu semua, tidak perlu repot repot mengancamku Hun-ah."
.
.
"Mari Bersulang!"
Suara sorakan terdengar dari dalam restoran. Terlihat sangat meriah dan semua bersenang-senang malam ini. Jongin duduk di tengah tengah mereka yang sedang bersenda gurau. Sedikit tertawa karna candaan teman-temannya. Dan lebih banyak memikirkan hari esok yang akan ia hadapi nanti. 'Besok hari terakhir, apa yang harus kulakukan?'. Tanpa Jongin sadari Junmyeon sedang memperhatikannya. Ketuanya memandangi Jongin. Ya, Junmyeon tau kalau esok adalah hari terakhir Jongin berada di club dan universitas ini. Jongin juga merahasiakannya dari teman-teman, hanya Junmyeon lah yang tau.
Jongin yang baru menyadari kalau dirinya di pandangi pun menoleh. Junmyeon terlihat seperti mengisyaratkan Jongin untuk berbicara berdua saja diluar. Jongin mengagguk kecil kemudian ia keluar dari kumpulan tersebut.
"Hyung memanggilku?" Pria itu mengangguk, "Ya Jongin, ada yang ingin ku katakan," ia menjeda sebentar, "kau tidak mengucapkan salam perpisahan? Kau tau, teman-teman pasti akan merindukanmu nanti." Jongin sudah menduga, 'ya salam perpisahan...' "Aku belum menyiakannya, kurasa malam ini akan ku persiakan." balas Jongin.
"Ya kau harus mempersiapkannya, teman-teman akan marah besar jika kau pergi begitu saja, Jongin."
.
.
Jongin dan Taeoh berjalan berdampingan menuju flat-nya Jongin. Tapi saat mereka medekati flat-nya, Jongin menyuruh Taeoh untuk pulang terlebih dahulu, "Ingat, saat sampai di flat nanti jangan nyalakan semua lampu. Aku mau membeli bahan makanan sebentar." Taeoh terlihat sedikit kesal karena kakaknya tidak menijinkan ia ikut bersama membeli bahan makanan dengan alasan takut bahan yang dibeli bertambah karenanya.
Di tengah perjalanan menuju mini market, ponsel miliknya bergetar. Ia berhenti sebentar untuk memeriksa ponselnya. Pesan masuk tertanda pada layar ponsel tersebut. Jongin mendapatkan pesan dari seseorang yang tidak ia ketahui, karena memang hanya nomor yang tertera di samping tulisan 'pengirim'. Jongin pun membacanya.
'Apa kau tidak menyadarinya? Aku menyukaimu sejak lama, dan kau masih tidak menyadarinya? Aku juga selalu berinteraksi denganmu. Mengapa kau tidak begitu peka dengan lingkungan sekitarmu dan perasaanmu?'
Jongin menggidikkan bahu, 'mungkin salah mengirim' batinnya. Dan ia langsung melanjutkan perjalanannya menuju mini market.
Sesampainya Jongin di mini market terdekat, ia segera mengambil keranjang belanjaan dan mulai memlih apa saja yang akan ia beli.
Hitung dan hitung, pilah dan pilih, sepertinya barang keperluan Jongin sudah terpenuhi, ia pun segera pergi menuju kasir. Jongin mengeluarkan barangnya satu persatu.
"Kim Jongin?"
"Ya," Jongin menoleh, "Oh, Luhan-ssi? Ada apa?"
Sehun diam karena respon Jongin 'ingatannya lumayan rendah ya...' lalu ia tersenyum kaku. "I-ini aku Sehun, bukan Luhan." Jongin melongo. Mungkin ini sudah kesekian kalinya ia salah memangil orang. Sepertinya Jongin harus menyiapkan buku catatan untuk mencatat nama-nama orang yang ia temui. "Maafkan aku Sehun-ssi, sungguh maafkan aku." ucap Jongin sambil terus membungkukkan badannya berulang kali. "Tapi Sehun-ssi, apa kita pernah bertemu sebelumnya?" Tanya Jongin. Sehun yang melihatnya tersenyum kecil, padahal baru saja tadi siang mereka mengobrol tapi sekarang Jongin sudah lupa.
Sehun menepuk pundak Jongin pelan "Tidak apa, aku juga pernah melakukan hal yang sama denganmu. Dan aku adalah orang yang tadi siang mengobrol denganku, kau juga menucapkan terima kasih padaku." ucap Sehun. "Dan apa kau tinggal dekat sini?" tanyanya kembali. Jongin mengangguk pelan, "Ya aku tinggal di dekat sini. Kau tau darimana?". "Melihatmu yang berbelanja beberapa bahan kebutuhan sehari-hari, terlihat kau memang tinggal di dekat sini." Benar kata Sehun, Jongin memang terlihat hanya membeli beberapa keperluanya saja.
Setelah membayar barang belanjaannya dan mengobrol sebentar, Jongin memutuskan untuk kembali ke tempat tinggalnya, dengan Sehun yang mengikutinya. Sebelumnya tadi Sehun bersikeras untuk mengantar Jongin karena barang bawaan Jongin terlihat sangat banyak. Padahal Jongin hanya membawa tiga kantung belanjaan. Jongin juga mau tak mau menyetujui bantuan Sehun.
Sesampainya di depan pintu flat-nya, Jongin menawarkan Sehun untuk masuk terlebih dahulu. Sekalian menucapkan terima kasih untuk mengantarkan Jongin sampai di depan flat-nya tapi Sehun menolak.
Sehun sedikit menahan Jongin untuk kembali masuk kedalam flat-nya. "Ada yang ingin kusampaikan padamu, aku minta waktumu sebentar tidak apa kan?" Jongin berbalik, "Ya tentu saja," lalu ia tersenyum "katakanlah." Sehun tampak berfikir sebentar sampai ia mengatakan.
"Kim Jongin, jadilah kekasihku."
.
To be continued.
