SELLING KISS
JAESON/IM JAEBUM|WANG JACKSON, MARK TUAN
GOT7/ROMANCE/T/BL/OOC
ALL CAST BELONGS TO GOD AND THEMSELF
WARNING!
IF YOU DON'T LIKE BOYS LOVE/SHOUNEN AI/YAOI, PLEASE JUST IGNORE IT.
.
.
Chapter 1
Hmmpp.. Hhmmpckk.. Euhh..
Suara kecapan terdengar dari sudut sebuah ruangan. Tercipta dari dua insan yang saling bertaut saling menjamah alat pengecap mereka. Saling menghantarkan rasa hasrat mereka.
"Ani, aniya.. Aku bilang jangan sentuh daerah tubuhku yang lain." Ujar salah seorang pria di sela ciuman mereka.
"Hmm.." Jawab pria lainnya singkat dan kembali menyerang bibir manis lawan mainnya. Tidak membiarkan sedikit pun waktu menginterupsi aktivitasnya mencumbu pria yang kini dalam rengkuhannya.
"Jackson-shi!" Panggil salah seorang pria yang entah dari mana keberadaannya dengan cukup lantang. Panggilannya yang sontak menghentikan aktivitas panas dua orang pria lainnya.
"Ya! Tidak bisa kah kau datang dengan tenang tanpa mengagetkanku? Ada apa?" Tanya seorang pria yang merasa namanya dipanggil.
"Siapa dia? Mengganggu saja." Tanya pria lainnya yang merasa terganggu akan kedatangan pria yang ada di hadapannya, namun tidak menghentikan aksi mesumnya.
"Anda dipanggil ayah anda, Jackson-shi." Jawab pria yang baru datang tersebut, mengabaikan pria yang lainnya.
"Ah maaf tuan, ku rasa cukup sampai di sini saja dan aku akan mengambil hadiahnya." Ujar Jackson pada pria yang masih merengkuhnya.
"Tapi kita baru sebentar Jackson-ah." Rajuk pria tersebut.
"Ck.. Kau yang terbaik, jadi kita sudahi, ne?" Pinta Jackson kembali dengan senyuman lebar menyertainya. Membuat yang dipintanya menuruti akan inginnya.
"Baiklah. Kita akan bertemu lagi, dan pintalah apa pun yang kau mau." Pria itu pun mengerti, setelah mendapat kecupan terakhir dari Jackson, pria itu pun meninggalkan tempat mereka.
"Tidak akan." Gumam Jackson saat pria itu telah meninggalkan ruangan tersebut.
"Jadi bisa kah anda menemui Presdir?" Tanya pria lain yang sejak tadi masih menunggu.
"Tumben sekali dia memanggilku. Hmm, baiklah."
Mereka pun meninggalkan ruangan tersebut menuju kediaman Jackson. Melaju kendaraan mereka, melupakan kejadian yang baru saja terjadi. Hanya menikmati perjalanan mereka.
"Tak bisakah kau berhenti melakukannya, Jackson-ah?" Tanya seorang pria di kursi kemudi tanpa menggunakan bahasa formal lagi seperti yang dia lakukan sebelumnya.
"Kau sudah tahu bahwa aku tidak akan berhenti, Mark hyung." Jawab Jackson dengan santai.
"Mulai besok kau akan menghentikannya." Ujar Mark yang terdengar seperti perintah di telinga Jackson.
"Mwo? Kau tidak bisa menghentikanku seenaknya hyung. Kau tahu aku belum mencapai targetku." Protes Jackson atas perintah Mark.
"Apa karena kau sekretaris ayah, maka kau berani memerintahku, eoh? Urusi saja urusanmu." Lanjut Jackson akan aksi protesnya.
"Apa uang yang diberikan ayahmu tidak cukup sehingga kau meminta bayaran pada setiap pria yang ingin menciummu?" Tanya Mark.
"Aku melakukannya bukan untuk materi." Jawab Jackson, kini wajahnya berubah menjadi lesu.
"Lalu mengapa kau selalu meminta barang mewah kepada setiap pelangganmu?" Tanya Mark kembali.
"Aku hanya tak bisa memberikannya secara gratis. Enak saja."
"Lalu kenapa tidak kau cari kekasih saja? Kau bisa mendapat banyak ciuman dari kekasihmu." Tanya Mark lagi. Tidak mengerti dengan obsesi anak bosnya.
"Tidak bisa, aku harus mencium seribu pria untuk menghapusnya. Lagi pula kalau kau ingin aku berhenti, kan aku sudah memintamu menciumku. Ciumanmu bernilai sepuluh orang loh." Terang Jackson memberikan penawarannya.
"Aku tidak mau mengeluarkan uangku hanya untuk sebuah ciuman." Tolak Mark.
"Aku memberikanya gratis untukmu." Tawar Jackson kembali.
"Hentikan. Kau jelaskan saja pada ayahmu. Turunlah!" Imbau Mark saat mereka sudah tiba di kediaman Keluarga Wang.
"Dan satu lagi, jangan pernah melakukannya lagi di kantor." Ujar Mark memperingati, membuat Jackson semakin kesal akannya.
"Pasti kau yang mengadu pada ayah. Awas kau hyung."
Dengan perasaan sangat kesal bercampur khawatir ia memasuki rumahnya yang telah lama ia tidak tempati. Sebuah rumah tiga lantai yang terlihat begitu megah design arsitekturnya. Menggambarkan akan status sosialnya di masyarakat. Sebuah keadaan yang membuatmu tak perlu khawatir akan keberadaan sebuah benda yang mereka sebut dengan uang.
Jackson memasuki rumahnya dengan perasaan ragu. Di sana sudah terdapat ayahnya yang terduduk anggun di kursinya. Pandangan tajam ayahnya membuatnya semakin takut melangkah. Tiga hal yang begitu ia takuti di dunia ini, ketinggian, serangga dan ayahnya ketika marah. Membuatnya bergidik walau hanya membayangkannya.
"Nihao, baba." Sapa Jackson dengan hormat pada ayahnya.
"Huft.. Kau tidak mau mengatakan sesuatu padaku?" Tanya sang ayah, ingin mendengar pengakuan dari anak tersayangnya. Namun gelengan kepala lah yang ia dapatkan.
"Kau menyukai laki-laki, aku mencoba untuk mentolerirnya. Tapi kini kau menjual tubuhmu! Tidak cukupkah uang yang kuberikan kepadamu, eoh?" Tanya Sang ayah dengan nada yang cukup tinggi. Meruntuki apa yang telah dilakukan anaknya.
"Aku tidak menjual tubuhku. Aku hanya menjual bibirku." Bantah Jackson atas tuduhan ayahnya.
"Aish.. Kau! Itu sama saja!" Ujar sang ayah masih menahan dirinya untuk tidak memukul anak bengal di depannya. Sedangkan Jackson hanya bisa menundukkan kepalanya.
"Aku melakukan semua ini karena suatu alasan papa." Ujar Jackson kembali berargumen.
"Aku tak mau dengar alasanmu. Yang aku mau dengar hanya kau mau menghentikan semua kegilaanmu itu. Hakmu atas perusahaan di Geongju akan aku lepas. Sebagai gantinya kau akan bekerja sebagai karyawan di perusahaan milik temanku yang berada di Cheongdamdong." Tutur Sang ayah yang tentu membuat Jackson kehabisan kata-katanya.
"Tapi papa.."
"Tidak ada tapi tapi. Mulailah mengemasi barangmu. Mark akan membantumu." Putus sang ayah dan langsung meninggalkan Jackson.
"Huft.. Terserah papa saja. Aku masih bisa mencari pria yang mau menciumku di sana. Dan masalah jabatan itu bisa aku rebut dengan mudah." Sombong Jackson tanpa mengetahui apa yang akan terjadi padanya nanti.
"Semua salahmu, hyung." Tuduh Jackson pada Mark yang sejak tadi hanya menyaksikan interaksi kedua ayah-anak tersebut.
"Itu demi kebaikanmu." Balas Mark dengan santai.
-Nappeun Bamie-
"MWO IGE?! Kenapa karyawan di sini wanita semua? Apa maksud semua ini hyung? Tell me!" Teriak Jackson saat mengetahui keadaan tempat kerjanya yang baru.
"Kau akan bekerja di bagian supervisi dan kau sebagai asisten kepala supervisor, yakni bersama Nona Sunmi." Terang Mark mengabaikan pertanyaan Jackson.
"Tidak adakah pria yang bekerja di sini?" Tanya Jackson sekali lagi akan keberadaan laki-laki di kantor barunya.
"Kalau kau ingin bergaul dengan laki-laki, kau bisa ke bagian produksi yang berada di lantai lima." Jawab Mark santai, mengabaikan fakta bahwa mereka harus turun 10 lantai untuk ke sana. Membuat Jackson semakin frustasi.
"Kau benar-benar menghukumku, papa." Gumam Jackson hampir menangis.
"Namamu sekarang menjadi Bai Jiaer, tapi kau masih bisa dipanggil dengan Jackson. Bersikap baiklah di sini, karena ini bukan perusahaan ayahmu." Kembali Mark menjelaskan segalanya pada Jackson.
"Hm." Balas Jackson tak bersemangat.
"Sekarang kita akan masuk bertemu dengan Nona Sunmi dan Direktur perusahaan ini." Ajak Mark, membawa Jackson menuju ruang Direktur perusahaan.
"Tapi kau akan menemaniku kan, hyung?" Tanya Jackson yang terdengar sebagai sebuah permintaan. Yah karena hanya Mark lah orang yang dapat ia percaya untuk menemaninya di tempat asing itu. Sosok yang juga telah meemaninya sejak ia kecil. Hanya Marklah harapannya.
"Ne, aku akan selalu menemanimu. Dan tenanglah, kau masih akan bertemu dengan pria, karena Direktur kita adalah seorang pria." Jawab Mark menenangkan kekhawatiran Jackson.
"Ku harap bukan seorang pria tua mesum yang aku temui." Gumam Jackson yang masih cukup terdengar di telinga Mark, hingga menciptakan senyuman tipis di wajah pria yang mendengarnya.
"Annyeonghasaeyo Sunmi-shi." Sapa Mark dengan ramah pada wanita cantik yang sudah menunggunya.
"Annyeong Mark-shi. Dan emm.. Jackson-shi?" Sapa wanita tersebut tak lupa menyebutkan nama Jackson.
"Ne, Bai Jiaer imnida. Atau biasa dipanggil Jackson. Senang bertemu dengan anda." Balas Jackson dengan sopan.
"Ahh.. Sunmi imnida. Senang bertemu dengan anda juga. Mari masuk, Direktur sudah menunggu anda sekalian." Ajak Sunmi kepada mereka berdua. Memandu keduanya menemui sang penanggung jawab perusahaan.
"Sajang-nim, kami masuk." Izin Sunmi pada atasannya.
"Masuklah." Jawab sang pimpinan dengan suara yang terdengar lembut namun tegas, mengizinkan mereka untuk memasuki ruangannya.
Mereka bertiga pun memasuki ruangan tersebut. Menampakkan seorang pria gagah dengan senyum manis menyambut mereka. Membuat Jackson tak dapat menyembunyikan senyum bahagia pada wajahnya.
"Akan ku buat ia mencuimku."
To be continue...
.
.
.
Saya datang dengan ff gaje lagi hehehehe
Hope you like and enjoy it
Muaaahh.. :* :* :*
