K-Night Raid

Disclaimer:

Naruto - Masashi Kishimoto

Akame Ga Kill! - Tashiro and Tetsuya

Genre:

Action, Adventure, Angst, Fantasy, Friendship, and Romance.

Rating:

M

Pairing:

Naruto X Harem

Tatsumi X Harem

Warning:

Typo, Charadeath, Gore, NC-17, and OOC.

Plot:

Akame Ga Kill!

Summary:

Naruto dan Tatsumi bertekad ke ibukota untuk mendapatkan uang demi desanya yang kelaparan, dan menemukan dunia korupsi yang tak terbayangkan, semua menyebar dari Perdana Menteri bejat yang mengontrol telinga anak Kaisar. Setelah hampir menjadi korban korupsi ini sendiri, Naruto dan Tatsumi direkrut oleh Night Raid, sekelompok pembunuh yang didedikasikan untuk menghilangkan korupsi yang mengganggu kerajaan.

Di sebuah hutan, terlihatlah kedua orang pria yang sedang menaiki kereta kuda yang nampak berjalan perlahan menembus.

Krak!

Krak!

Krak!

Tiba-tiba muncul retakan di permukaan tanah dan memperlihatkan seekor Naga Tanah yang terlihat sangat ganas.

"Wah! I-itu Naga Tanah!" teriak kaget salah satu pria itu.

"Groooaar!"

Naga Tanah itu pun mengeram sambil menghunuskan tanganya menyerang kedua pria itu yang nampak berteriak ketakutan.

Wuush!

Tiba-tiba munculah ayunan sebilah pedang yang memotong tangan Naga Tanah dengan cepat.

Tep!

Tep!

Datanglah seorang pemuda berambut coklat mendarat di tanah dengan berlutut sambil memegang sebuah pedang.

Duuar!

Jatuhlah potongan tangan Naga Tanah di belakang pemuda itu dengan menimbulkan asap.

"Binatang buas berbahaya tingkat satu, Naga Tanah..." ucap pemuda berambut coklat itu sambil berdiri dan berbalik menghadap Naga Tanah.

"Lawan yang pantas." lanjut pemuda itu sambil menatap Naga Tanah dari bawah.

Naga Tanah pun mengeram dan mengamuk sambil mengangkat tubuhnya lebih tinggi. pemuda berambut coklat dan bermata hijau itu hanya tersenyum tipis.

"Kau marah, ya?" tanya pemuda itu kepada Naga Tanah.

Pemuda itu memakai sweater putih dengan kemeja putih di dalamnya dan celana jeans hitam sambil membawa ransel dan sarung pedang di punggunya.

Naga Tanah kembali mengamuk, dengan cepat Naga Tanah itu menghunuskan tanganya.

Buum!

Pukulan Naga Tanah itu menghantamkan ke tempat pemuda coklat tadi berdiri, namun tiba-tiba pemuda itu sudah berada di atas Naga Tanah itu sambil dengan mengayunkan pedangnya.

"Berakhir sudah." ucap pemuda itu sambil menatap serius Naga Tanah di bawahnya.

Pemuda itu pun berputar di udara dan mengayunkan pedangnya menebas Naga Tanah dengan cepat yang hanya meninggalkan bekas cahaya laju pedangnya.

Sring!

Sring!

Sring!

Pemuda itu pun berdiri di depan Naga Tanah dengan mengacungkan pedangnya ke depan. Tiba-tiba di sekujur tubuh Naga Tanah itu menyemburkan sejumlah darah dan Naga itu jatuh kebelakang dengan luka disekujur tubuhnya mati dan mati di tempat.

"Itu sangat luar biasa!" seru salah satu pria yang menaiki kereta kuda sambil berlari menghampiri pemuda berambut coklat tersebut.

"Kau mengalahkan binatang paling berbahaya itu dengan tanganmu sendiri!" ucap pria yang satunya yang juga menghampiri pemuda berambut coklat itu yang sedang menyarungkan kembali pedang tersebut di punggungnya.

"Hmm… tentu saja. Buatku, dia itu tidak ada apa-apanya." ucap pemuda itu sambil membanggakan dirinya sendiri.

"Mengalahkannya mudah sekali bagiku!" lanjut pemuda itu masih membanggakan diri membuat kedua pria yang telah di tolongnya sweatdrop.

"Ngomong-ngomong, namaku-"

"TATSUMI!"

Tiba-tiba terdengar suara teriakan memanggil pemuda berambut coklat itu yang di panggil Tatsumi. Tatsumi yang mendengar itu hanya bisa merinding karena tahu siapa yang meneriaki namanya.

Tep!

Tep!

Datanglah kembali seorang pemuda berambut pirang yang memakai jaket hitam yang di biarkan terbuka memperlihatkan kaos merah dan celana jeans abu-abu sambil membawa ransel dan katana hitam di punggunya dan mendarat di samping Tatsumi dari atas.

"KENAPA KAU MENINGGALKANKU!" teriak keras pemuda berambut pirang itu di depan telinga Tatsumi sambil menatap marah Tatsumi dengan mata birunya. Tatsumi hanya bisa menutup telinganya karena kerasnya suara pemuda pirang disampingnya.

"Kau tahu, aku hanya meninggalkanmu kebelakang dan tahu-tahu saat kembali kau sudah tidak ada." ucap pemuda itu sambil memarahi Tatsumi membuat kedua pria yang kembali sweatdrop .

"Eh! sabar-sabar Naruto-san, kau membuatku terkenabserangan jantung karena teriak di depan kupingku, kau tahu aku ini akan terkenal oleh seluruh Ibu Kota Kerajaan, jadi jangan membuatku tuli, kau tahu." ucap Tatsumi membela diri sekaligus membanggakan diri pada teman di sebelahnya yang bernama Naruto.

Tiba-tiba salah satu pria di depan Tatsumi memincingkan matanya menatap Tatsumi..

"Kau bilang kau ingin menjadi terkenal di Ibu Kota Kerajaan?" tanya pria di depan Tatsumi.

"Ya!" seru Tatsumi.

"Eh! tunggu! memangnya kenapa soal itu?" tanya Naruto pada kedua pria di depannya.

Kedua pria di depannya saling menatap sejenak.

"Ibukota kerajaan bukan tempat harapan dan impian seperti yang kau pikirkan, nak." ucap salah satu pria itu.

"Maksudmu?" tanya Naruto.

"Kotanya memang hidup, tapi di sana ada monster lebih berbahaya dari naga tanah." jawab pria itu sambil menunjukan jempolnya kebelakang.

"Apa?" tanya Tatsumi.

"Maksudmu, di kota itu ada binatang berbahaya juga?" tanya Tatsumi dengan binggung.

"Para manusia di sana… mereka manusia tapi hati mereka seperti monster." jawab pria itu pada Naruto dan Tatsumi

"Ibu kota penuh dengan orang seperti itu." lanjut pria itu.

"Hmm… aku menghargai saranmu," ucap Tatsumi membuat Naruto menatapnya.

"Tapi sekarang aku tidak bisa kembali." lanjut Tatsumi dengan wajah cerah.

"Aku… tidak, kami. Kami akan berhasil di Ibukota kerajaan, dan menyelamatkan desa kami!" seru Tatsumi membuat Naruto menatapnya dengan heran, tapi dia bangga mempunyai teman seperti Tatsumi yang mempunyai semangat membara menyelamatkan desa mereka sambil menatap langit membayangkan wajah kedua teman mereka lainnya.

Opening:

Sora Amamiya - Skyreach

Chapter:

Pembunuh Kegelapan

"Wah! luar biasa! jadi ini Ibukota Kerajaan." teriak girang Tatsumi sambil memandang Ibukota bersama Naruto.

"Ibukota terlihat damai ya, Tatsumi?" tanya Naruto dibalas anggukan antusias Tatsumi.

"Jika kita bisa mencari uang disini, kita bisa menberi seluruh desa!" seru Tatsumi sambil memandang kegiatan pasar di sekitarnya.

"Kau terlalu berhayal tinggi, heh! Tatsumi." ejek Naruto.

"Urusai! lebih baik kita menuju ke barak." ucap Tatsumi.

Mereka pun berjalan dengan pelan sambil terus menatap kegiatan pasar tersebut menuju tempat pendaftaran tentara kerajaan.

Skip Time...

"Oh… kalian seorang pelamar juga, ya?" ucap panitia pendaftaran.

"Isi formulir ini dan kembalikan dan kembalikan padaku." ucap panitia tersebut.

"Ini…" gumam Tatsumi dan Naruto sambil menatap formulir pendaftaran di gengaman tangan mereka.

"Kita akan memulainya sebagai seorang prajurit rendahan?" tanya Naruto di ikuti anggukan Tatsumi.

"Tentu saja." jawab panitia itu.

"Siapa yang sudi menjadi prajurit rendahan?" tanya Tatsumi dengan cukup kencang.

"Tatsumi, pelankan suaramu," bisik Naruto pada Tatsumi.

"Lihat kemampuanku… jika kamampuan kami menjanjikan, jadikan kami sebagai seorang komandan, y?" tanya Tatsumi sambil mengacungkan pedangnya ke wajah panitia pendaftaran membuat Naruto tersentak.

"KELUAR!" teriak panitia itu sambil menendang Tatsumi ke jalan dan mendarat dengan tidak sempurna dengan wajah menghantam aspal.

Naruto hanya bisa sweatdrop melihat tingkah Tatsumi, ia pun meminta maaf pada panitia itu dan berjalan menghampiri Tatsumi.

Pluk!

"Kau tidak apa-apa, Tatsumi?" tanya Naruto dengan berjongkok sambil menepuk pundak Tatsumi yang masih terbaring di jalan.

"Apa-apan kau? kenapa kau tidak menguji kemampuanku? hah!" tanya Tatsumi sambil berdiri dan menatang panitia tersebut membuat Naruto kembali sweatdrop.

"Jangan bercanda! karena kemunduran ekonomi, kami di banjiri banyak pelamar! ada batasan berapa prajurit yang kami sewa!" seru panitia itu panjang lebar membuat Naruto dan Tatsumi cengok.

"Oh, begitu?" tanya Tatsumi.

"Jika kau mengerti, pergilah kalian dari sini, dasar anak nakal!" seru kembali panitia itu dan menutup pintu dengan keras.

"Haah~" Tatsumi dan Naruto hanya bisa memghela napas kasar.

Pluk

"Tenang saja, mungkin lain kali kita akan beruntung." ucap Naruto sambil menepuk pundak Tatsumi sambil memberi semangat.

"Haruskah kita membuat kerusuhan dan membuat reputasi sendiri?" tanya Tatsumi sambil duduk di jalanan dengan menyilangkan kedua tanganya di depan dada.

"Ah! hahahaha… itu tidak perlu Tatsumi, kalau kau ingin kau saja yang buat aku masih ingin bebas tidak di tangkap prajurit kerajaan" jawab Naruto sambil mengibas-ibaskan kedua tanganya sambil sweatdrop.

"Kau benar, Naruto-san." balas Tatsumi.

"Hai!" tiba-tiba datanglah seorang wanita berambut pirang sedikit pucat menghampiri mereka berdua.

Naruto mengalihkan pandanganya kepada wanita itu membuat ia tersentak dan Tatsumi mendongakkan wajahnya ke atas menatap wanita bermata kuning itu dan berpakaian seksi berdiri di belakangnya.

"Sepertinya ada sesuatu yang menggangu kalian, pemuda-pemuda-san." ucap wanita itu.

"Ingin uluran tangan seorang wanita?" tanya wanita pirang itu yang bernama Leone.

"Gaak!" tiba-tiba Tatsumi tersentak kaget karena menatap dada Leone itu yang terbilang besar yang dibalut kain hitam yang mengantung di atasnya.

"Ja-jadi ini adalah Ibukota Kerajaan." ucap Tatsumi sambil berhayal yang aneh-aneh membuat Naruto kembali sweatdrop karena melihat wajah nista Tatsumi yang terlihat jelas di mukanya.

"Dasar mesum." gumam Naruto.

"Ada apa dengamu?" tanya Leone pada Tatsumi.

Di kedua pipi Tatsumi merona dengan sedikit keringat disana.

"Hoi! hoi! sadar kau Tatsumi." ucapa Naruto sambil berjongkok mengoyang-goyangkan kedua pundak Tatsumi, tapi tatapannya juga tidak beralih pada kedua gumpalan lemak mengantung di dada Leone itu.

"Cih dasar hentai kau Naruto." gumam Naruto pada dirinya sendiri.

"Terobsesi oleh mimpi kalian untuk berhasil di Ibukota, kalian datang jauh-jauh ke sini dari desa kalian, ya?" tanya Leone.

"Bagaimana kau-"

Gubrak!

"Bagaimana kau bisa mengetahuinya?" tanya Naruto sambil membanting Tatsumi yang mencoba berdiri agar tidak menghalanginya. Leone menatap Naruto dengan rona merah di kedua pipinya.

"A-aku tahu semuanya." jawab Leone sedikit gugup karena menatap mata biru Naruto yang menancarkan ketenangan.

"Ji-jika sudah la-lama tinggal di Ibukota, mudah se-sekali mengenali orang lu-luar." lanjut Leone dengan gugup karena terus di tatap Naruto.

'Kenapa dengan diriku ini' pikir Leone tanpa bisa mengalihkan pandanganya dari Naruto.

"Ehem! ngomong-ngomong… aku tahu cara biar cepat disewa untuk melayani pemerintah." ucap Leone sambil menenangkan pikirannya dari Naruto.

Gubrak!

"Benarkah?" tanya Tatsumi sambil mendorong Naruto kesamping sampai terjatuh, wanita itu hanya sweatdrop melihat itu.

"Hem! ingin tahu caranya?" tanya Leone pada Tatsumi.

Gubrak!

"Ya, ya!" seru Naruto sambil mengangguk antusias di depan Leone sambil memdorong kembali Tatsumi ke samping.

"Kalau begitu, traktir Onee-san makan, ya!" ucap Leone.

Skip Time…

Glek!

Glek!

Glek!

Stump!

"Heee~ minum di siang hari benar-benar fantastis!" ucap Leone yang di panggil Onee-san setelah meminum segelas besar sake di dalam sebuah bar. Naruto dan Tatsumi yang melihat cara minum wanita pirang itu hanya sweatdrop.

"Kalian juga minumlah, kita bersenang-senang!" ucap Leone sambil menyerahkan sebotol sake pada Naruto dan Tatsumi.

"Ah! Tatsumi, sepertinya ku mendapat panggilan alam, aku tinggal dulu ya!" ucap Naruto sambil meranjak pergi ke toilet.

Tatsumi yang melihat Naruto pergi menghela napas karena bebas mengeluarkan semua emosinya.

Bruk!

"Beritahu aku caranya disewa oleh pemerintah!" ucap Tatsumi sambil mengebrak meja.

"Itu sih cukup mudah… tapi, harus memiliki koneksi dan uang." ucap Leone sambil menatap dua pemuda di depannya.

"U-uang?" tanya heran Tatsumi

"Aku mengenal seorang pria di militer, jika kalian memberinya uang, maka lebih cepat kalian disewa." jawab Leone.

"Aku mengerti." ucap Tatsumi sambil meronggok isi ranselnya.

"Apa dengan ini cukup?" tanya Tatsumi sambil menaruh sekantung uang di atas meja.

"Oh, sangat cukup!" ucap Leone girang.

"Dalam perjalanan kami ke sini, kami membunuh beberapa binatang buas untuk mengumpulkan hadiah." ucap Tatsumi sambil melipat tangannya di dada dengan gaya membanggakan diri.

"Hmm… kalian cukup kuat, ya." balas Leone.

"Kau akan menjadi seorang komandan dalam waktu singkat!" ucap girang Leone.

"Oh… itu benar! sisanya ku serahkan padamu!" balas Tatsumi juga girang.

Leone pun beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju pintu keluar.

"Kupikir pertemuanku denganmu menjadi pelajaran berharga, dan tolong sampaikan salamku pada teman pirangmu itu." ucap Leone sambil berbalik melambaikan tanganya.

"Aku pergi dulu untuk menguruanya, jadi tunggu disini, ya!" ucap wanita itu sambil berbalik melangkahkan kakinya keluar bar.

"Ha'i!" teriak Tatsumi dengan gembira sambil melambaikan tanganya.

Tidak lama kemudian, datanglah Naruto dari toilet ke tempat Tatsumi duduk.

"Kemana wanita itu?" tanya Naruto.

"Dia sudah pergi, katanya dia akan mengurus permasalahan kita dan aku memberikan dia uang." jawab Tatsumi.

"Oh… kau- apa! kenapa kau memberikannya uang?" tanya Naruto lagi.

"Katanya dia kenal orang dalam di militer, jadi dengan memberinya uang kita bisa disewa pemerintah dengan cepat." jawab Tatsumi.

"Kau bodoh! baru kenal dengan seseorang kau sudah mempercayakan itu saja!" seru Naruto sambil membentak Tatsumi.

"Eh… kenapa kau menyalahkanku, itu semua akan membuat kita menjadi komandan dengan cepat. Lagi pula ia menyuruh kita menunggu disini," balas Tatsumi.

"Baiklah kalau begitu, tapi jika dia tidak kembali, kau harus menggantikan semuanya." ucap Naruto sambil duduk di kursinya kembali.

2 jam kemudian...

"Kenapa lama sekali?" tanya Naruto.

"Mungkin dia sedang mengurusnya saat ini." jawab Tatsumi.

4 jam kemudian…

Tatsumi pun tertidur di atas meja, sementara Naruto menyanggah kepalanya dengan satu tangan membuatnya tetap terjaga walau rasa ngantuk menyerangnya.

6 jam kemudian…

Naruto pun tertidur di atas meja, sementara Tatsumi yang mulai terjaga.

8 jam kemudian…

Mereka berdua menatap sambil sweatdrop kursi yang tadi di tempati wanita pirang itu.

"Sepertinya kita kau memang tertipu?" tanya Naruto tanpa mengalihkan pandanganya dari kursi di depannya.

"Yah, kurasa juga begitu, kau tahu berapa isi kantong itu?" tanya Tatsumi.

"800 keping perunggu, itu cukup untuk makan selama sebulan." jawab Naruto.

"Tuan-tuan, kami sudah mau tutup." ucap pelayan bar itu.

"Oh, kami sedang menunggu seseorang…" ucap Tatsumi menanggapi pelayan tersebut.

"Sepertinya benar apa kata temanmu, kalian sudah tertipu." balas pelayan bar itu.

"Lebih baik kita keluar dari sini, Tatsumi." ucap Naruto sambil beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju keluar di dengan diikuti Tatsumi yang nampak sangat lesuh di belakangnya.

"Apa kami bisa melaporkan ini?" tanya Naruto pada pelayan bar itu.

"Orang yang ditipulah yang bersalah." jawab pelayan bara itu membuat Naruto tersentak dan Tatsumi bertambah lesuh.

Skip Time…

"Setelah membayar makan, uang kita benar-benar habis!" ucap Tatsumi sambil memegang kantung uang yang terlihat kosong.

"Aku juga berani bertaruh, kau tidak akan bisa mengembalikan uang itu semua," ucap Naruto membuat Tatsumi tersentak.

"Sudahlah, lupakan saja. Lebih baik kita mencari tempat untuk tidur." lanjut Naruto sambil menatap langit malam di atasnya.

"Dada itu!, maksudku, wanita itu harus bertanggung jawab!" seru Tatsumi dengan marah di iringi aliran air mata di kedua pipinya.

"Percuma, kita tidak tahu dimana wanita itu sekarang, lagi pula wanita itu tidak menyebutkan namanya." ucap Naruto sambil melihat disekitarnya yang terlihat sepi karena ini sudah masuk jam tidur dan hanya terdengar gongongan anjing liar.

Mereka berdua pun kembali berjalan mencari tempat untuk tidur.

"Yah, sudahlah… kita akan tidur di luar saja." ucap Naruto pada Tatsumi sambil duduk di pinggir jembatan.

Kletek!

Kletek!

Klek!

Tiba-tiba berhentilah kereta kuda di depan Tatsumi dan Naruto. Pintu di kereta kuda pun terbuka memperlihatkan seorang gadis berambut pirang yang berjalan keluar menghampiri Naruto dan Tatsumi.

Naruto dan Tatsumi yang menyadari seseorang datang kearah mereka, mereka membuka matanya menatap gadis pirang dan bermata biru itu dari bawah.

"Jika kalian tidak punya tempat untuk tidur, apakah kalian ingin tinggal di rumahku?" tanya gadis itu.

Naruto dan Tatsumi menatap gadis pirang itu tanpa ekpresi.

"Kami sudah tidak punya uang lagi." ucap Tatsumi.

"Dan kami baru saja di tipu." ucap Naruto menambahkan perkataan Tatsumi.

"Hehe~ kalian tidak akan bisa tidur di tempat seperti ini, bukan?" tanya gadis pirang itu.

"Ojou-sama tak bisa mengabaikan orang-orang seperti kalian." ucap salah satu pengawal gadis pirang itu yang bernama Aria.

"Kalian harus menerima kemurahan hatinya." ucap pengawal yang satunya.

"Bagaimana?" tanya Aria membuat kedua pipi Tatsumi merona, sementara Naruto memicingkan matanya menatap curiga gadis pirang itu.

'Hanya perasaanku atau apa, tapi aku seperti menyadari ada niat jahat dari gadis ini' pikir Naruto.

"Yah… kurasa itu lebih baik daripada tidur di luar, bukan begitu Naruto-san?" tanya Tatsumi pada Naruto.

"Kurasa itu bukan ide yang buru," jawab Naruto.

'Tapi aku tidak boleh menurunkan kewaspadaanku.' tambah Naruto di dalam hati.

"Baiklah, sudah di putuskan!" ucap girang gadis itu.

Skip Time…

Nampaklah sebuah istana, bukan! lebih tepatnya rumah gadis pirang itu yang terbilang megah, dan Naruto serta Tatsumi ada di dalamnya sambil berdiri di belakang sofa.

Di depan mereka berdua terdapat seorang pria paruh baya yang sedang duduk di temani istri dan anaknya, Aria.

"Oh… Aria membawa seseorang ke rumah lagi." ucap pria paruh baya itu yang merupakan Ayah Aria.

"Wah… sudah kebiasaannya, sudah berapa orang dibawanya." ucap wanita berambut pirang yang merupakan Ibu dari Aria.

"Okaa-san!" ucap Aria sedikit kencang.

"Te-terima kasih banyak!" ucap Naruto dan Tatsumi sedikit gugup membuat kepala keluarga tertawa.

"Tak perlu gugup seperti itu,." ucap pria paruh baya itu.

"Kalian pasti lapar." ucap wanita pirang itu.

'Mereka tidak merasa terancam dan bersikap baik pada orang asing,' pikir Tatsumi.

'Sangat menyernangkan mengetahui ada orang-orang sebaik mereka di ibukota.' lanjut Tatsumi dengan gaya berdoa dengan background dua malaikat di belakangya membuat mereka disana termasuk Naruto sweatdrop.

"Arigatougozaimas, sudahmengundang kami ke sini." ucap Naruto dengan membungkuk diikuti Tatsumi.

"Begitu, ya." ucap pria paruh baya itu setelah meminum kopinya.

"Kalian ingin meraih kesuksesan sebagai seorang prajurit dan menyelamatkan desa kalian." lanjut pria itu.

"Ha'i!" tanggap Naruto dan Tatsumi dengan cepat.

"Tapi kalian sudah tahu, bukan?" tanya pria itu.

"Ibukota kerajaan adalah tempat tempat yang sangat damai. Namun, negara ini dikelilingi oleh tiga ras yang berbeda. Kalian dapat di tugaskan secara terpisah ke perbatasan internasional untuk bertarung." lanjut pria paruh baya itu.

"Kami sudah mempersiapkan diri untuk itu." jawab Naruto tegas.

"Begitu, ya. Semangat kalian luar biasa!" ucap heran pria itu.

"Masa muda meamng harusnya seperti itu." lanjut pria paruh baya itu.

"Apa kalian datang dari desa hanya berdua, Naruto, Tatsumi?", tanya Aria.

"Tidak, kami berempat." jawab Tatsumi.

"Sebenarnya…

Flashback: ON

Terlihatlah sebuah desa yang kini sedang mengalami musim dingin.

"Baiklah! kami berangkat ya, ketua!" ucap Naruto kepada pria paruh baya di depannya yang merupakan kepala desa.

Naruto di temani oleh Tatsumi, seorang pemuda berambut hitam bermata coklat, dan gadis manis berambut hitam bermata abu-abu di belakangnya.

"Ya. kau memiliki kemampuan untuk memperkuat satu sama lain. Bawalah kemampuanmu itu, dan ambilah kesempatanmu untuk berhasil." ucap kepala desa

"Serahkan pada kami. kami akan membawa banyak harta ke desa." ucap gadis berambut hitam itu.

"Dengan begitu, kita tidak akan mati kelaparan!" seru pemuda berambut hitam itu dengan bersemangat.

"Yah mungkin butuh waktu 10 tahun untuk membuat nama Layasu menjadi terkenal." lanjut pemuda itu sambil menyembutkan namanya sendiri, Lesayu.

"Lesayu mungkin akan dipenggal kepalanya karena melanggar hukum." ucap gadis berambut hitam itu sambil mengejek Leyasu.

"Oi! Sayo!" teriak Leyasu pada gadis berambut hitam itu yang di panggil Sayo.

"Berhentilah mengatakan seolah-oleh itu akan terjadi!" lanjut Leyasu.

"Kurasa mungkin." ucap Tatsumi.

"Apa kau bilang Tatsumi?" tanya geram Leyasu pada temannya, Tatsumi.

"Hahaha… aku hanya bercanda." jawab Tatsumi dengan santai.

Naruto hanya menetap mereka dengan tersenyum, sementara kepala desa hanya menatap datar ketiga pemuda yang bercanda di depannya.

"Sepertinya kalian semua memiliki semangat yang besar." ucap kepala desa.

"Kalau begitu, Naruto, Tatsumi." panggil kepala desa membuat Tatsumi mendekati mereka berdua.

"Ini adalah hadiah perpisahan terakhir dariku." ucap kepala desa sambil memberikan patung kecil berkepala banteng kepada Tatsumi dan kalung berlian segi enam segi enam kepada Naruto.

"Eh! ketua, kau yakin memberiku kalung ini? bukankah kalung ini lebih baik di jual dan uangnya diberikan kepada penduduk desa?" tanya Naruto sambil memegang kalung berlian biru segi enam itu

"Itu kalung milikmu yang kami ambil di tempat pertama kali kami menemukanmu tak sadarkan diri di dekat gunung, jadi itu pasti milikmu." ucap kepala desa.

"Kenapa Naruto-san diberi benda berharga sementara aku hanya patung ini?" tanya Tatsumi sambil menunjuk patung miniatur di tanganya.

"Tidak ada yang cocok buatmu, jadi itu saja." jawab kepala desa.

"Oh… begitu." balas Tatsumi.

"Saat di butuhkan-

" jual saja, kan?" tanya Tatsumi dengan memotong perkataan kepala desa.

"Tidak, bodoh!" teriak kepala desa membuat Tatsumi dan Naruto cengok dan Leyasu serta Sayo menghentiakan pedebatan mereka.

"Jaga itu baik-baik dan dewa pasti akan membantumu." lanjut kepala desa.

"Ya. Arigatou, ketua." ucap Tatsumi sambil mengeratkan gengamannya.

Mereka berempat pun melambaikan tanganya pada kepala desa sambil beranjak pergi.

Flashback: OFF

"Dan kami meninggalkan desa dengan semangat yang membara." ucap Tatsumi selesai menceritakan kisahnya membuat Naruto tersenyum mendengarnya.

'Kita pasti bisa menyelamatkan desa, Tastsumi, Leyasu, Sayo' pikir Naruto sambil membayangkan kedua temannya yang lain.

"Tapi setelah itu, beberapa bandit menyerang kami. Sejak saat itu kami terpisah." lanjut Tatsumi membuat Ibu Aria terlihat kecewa.

"Tenang saja. Mereka kuat, jadi kami tidak perlu khawatir." ucap Naruto.

"Tapi Leyasu sangat payah dalam menentukan arah." tambah Tatsumi sambil membayangkan Leyasu marah-marah padanya kerena bilang begitu.

"Kami tidak yakin apakah dia bisa menemukan tempat pertemuan kami atau tidak." ucap Tatsumi.

"Aku paham." ucap Ayah Aria.

"Aku akan menyarankan kalian untuk berkenalan dengan seorang prajurit. Dan juga aku akan meminta pencarian pada kedua temanmu itu." lanjut Ayah Aria.

"Benarkah?" tanya Tatsumi sambil berdiri dari duduknya.

"Arigatougozaimas!" seru Tataumi sambil membungkuk di ikuti Naruto juga.

"Instingku biasanya tepat. Aku yakin kalian akan segera bertemu dengan mereka berdua." ucap Aria sambil tersenyum.

"Aria-san…" gumam Tatsumi dengan kedua pipinya merona, tapi tidak untuk Naruto karenaelihat senyuman palsu Aria.

'Kenapa dia menunjukan senyuman palsu?' pikir Naruto sambil melihat Aria.

Skip Time…

Saat ini Naruto menatap Ibukota Kerajaan dari balik jendela rumah kediaman Aria.

'Apa kau merasakan akan ada sesuatu yang terjadi besok, Naruto?' tanya sosok naga berwarna merah di pikiran Naruto.

"Yah, seperti perkataanmu, Ddraig." jawab Naruto bergumam.

'Ngomong-ngomong, kau sudah mendapatkan kembali kalung itu jadi kau sudah bisa kembali mengaktifkan Balance Breaker.' ucap naga merah yang di panggil Ddraig.

"Sepertinya begitu." jawab Naruto.

Tep!

Tep!

Datanglah Tatsumi di samping Naruto yang juga ikut memandangi Ibukota Kerajaan di malam hari.

"Kita beruntung. Pada akhirnya, kita di selamatkan orang-orang baik." ucap Tatsumi.

"Heh! kau terlalu percaya pada orang baru di kenal, kau lihat bukan tadi siang kita baru saja ditipu." balas Naruto.

"Urusai, Naruto!" teriak Tataumi sambil mencak-mencak.

"Sekarang tinggal Sayo dan Leyasu, ya?" tanya Naruto.

"Aku juga menunggu mereka. Kuharap mereka berdua dapat sampai ke Ibukota dengan selamat." jawab Tatsumi.

"Kuharap juga begitu." balas Naruto.

Mrereka kembali menatap Ibukota Kerajaan dari balik jendela dengan sunyi tanpa membuka pembicaraan.

Esok harinya...

"Selanjutnya kita akan ke toko itu!" ucap Aria sambil menunjuk sebuah toko.

"Mohon tunggu sebentar, Ojou-sama!" balas salah satu pengawal Aria yang terlihat sedang membawa bertumpuk-tumpuk kotak kado bersama rekannya.

"Belanjaannya cukup banyak, ya. Jumlah belanjaannya benar-benar fantastia" ucap Tatsumi sambil melihat begitu banyaknya barang yang di beli Aria di atas kereta kuda.

"Kau benar." balas Naruto sambil mempersetujui perkataan Tatsumi.

"Tak hanya Ojou-sama yang seperti itu, semua wanita pasti melakukannya." ucap pengawal yang menjaga kereta kuda tersebut.

"Benarkah? yang aku tahu, mereka memilih apa yang mereka kenakan saja." ucap Naruto dengan heran pada pengawal itu sambil membayangkan Sayo yang marah-marah padanya.

"Ngomong-ngomong, Naruto, Tatsumi." panggil pengawal itu.

"Ha'i!" seru Naruto dan Tatsumi.

"Coba lihat itu! di sana, kau dapat melihat di jauhan, pusat Ibukota Kerajaan itu adalah istana." ucap pengawal itu sambil menatap kejauhan lebih tepatnya istana kerajaan.

"Besarnya!" teriak kagum Tatsumi.

"Di situ tempat seirang kaisar yang bisa mengubah suatu negara berada?" tanya Tatsumi.

"Bukan. Sedikit berbeda dari itu." jawab pengawal sambil melihat kiri-kanan.

"Memangnya ada apa dengan istana itu?" tanya Naruto.

Pengawal itu pun mendekatkan wajahnya pada Naruto dan Tatsumi dengan tatapan serius.

"Ada seorang kaisar, tapi dia hanya seorang anak kecil. Perdana Menteri mengontrol kaisar itu dari bayang-bayang. Karena itulah negara ini menjadi busuk." jawab pengawal itu.

"Busu-

Klep!

Perkataan Tatsumi harus terpotong karena pengawal itu membungkam mulutnya dengan tangan, Naruto mulai zedikit mengerti dengan itu membuatnya diam saja.

"Jangan mengatakan sesuatu yang mencurigakan. Jika ada yang mendengar kita, mereka akan memenggal kepala kita." ucap pengawal itu sambil menengok kiri-kanan.

"Kalau begitu… Desa kami juga menderita karena dari pajak yang berat." ucap Tatsumi setelah pengawal itu membuka mulutnya.

"Di Ibukota, itu sudah biasa." balas pengawal itu membuat Naruto dan Tatsumi menggeretakkan giginya karena kesal.

"Dan lalu, ada orang seperti mereka juga." ucap pengawal itu sambil menunjuk ketiga poster bergambar buronan.

"Night Raid?" pikir Naruto.

"Mereka sekelompok pembunuh yang menakutkan di Ibukota Kerajaan. Sesuai namanya, mereka menyerang korban di malam hari." ucap pengawal itu.

"Sebagaian besar mereka menargetkan para petinggi eksekutif dan kelas atas di Ibukota. Persiapkan diri kalian" lanjutnya.

"Ha'i!" ucap Naruto dan Tatsumi.

"Selain itu bisakah kalian melakukan sesuatu?" tanya pengawal itu sambil menujuk belakang Naruto dan Tatsumi. Betapa terkejutnya mereka berdua melihat kota kado yang sangat besar yang di bawa dua pengawal Aria, sementara Aria hanya berlari kecil di depannya sambil tersenyum.

"Latihan macam apa itu?!" tanya Naruto dengan sedikit keras.

Malam hari…

Tep!

Tep!

Tep!

Terlihatlah Ibu Aria berjalan di koridor rumahnya sambil membawa sebuah buku.

"Kalau begitu… mungkim aku akan menulis di buku harianku hari ini." ucap Ibu Aria pada dirinya sendiri.

"Emem~ aku tidak bisa menghentikan hobi ini." lanjutnya.

Seeeiiiing…

Craasss!

Tiba-tiba munculah sebuah gunting raksasa membelah tubuh Ibu Aria dari belakang.

Bruk!

Creess!

Terlihatlah seorang wanita berambut ungu yang telah membunuh Ibu Aria dengan cepat, lalu ia mengayunkan gunting itu membersihkannya dari sekujur darah yang menempel yang ia cipratkan ke lantai.

"Maafkan aku." ucap wanita itu sambil membungkuk pada potongan mayat Ibu Aria di depannya.

Sementara itu, Naruto dan Tatsumi tiba-tiba tersentak kaget terbangun dari tidur mereka.

"Apa yang terjadi?" tanya Tatsumi sambil duduk di kasurnya.

"Aku tidak tahu, tapi aku merasakan aura pembunuh yang sangat pekat di rumah ini." jawab Naruto yang juga duduk di kasurnya yang bersebelahan dari kasur Tatsumi.

"Aura pembunuh?" tanya Tatsumi

Mereka berdua pun bergegas keluar kamar dengan tergesa-gesa sambil membawa senjata mereka. Pikiran mereka kembali teringat dengan poster gambar buronan itu.

"Mungkikah…" gumam Tatsumi sambil berlari tergesa-gesa.

"Hem, aku sepemikiran denganmu." balas Naruto juga berlari di sampingnya di sepanjang koridor.

"Ah!"

Tiba-tiba Naruto dan Tatsumi kembali tersentak, mereka mengalihkan pandangan mereka keluar jendela, betapa kagetnya mereka melihat sekumpulan orang berdiri di atas benang merah yang terpantul dari cahaya bulan berwarna mereka di belakamg mereka.

"Mereka…

"Night Raid!" ucap Naruto menyambungi perkataan Tatsumi.

"Hanya karena dia kaya, mereka menargetkan tempat ini, juga?" tanya Tatsumi

"Kupikir bukan begitu. Sepertinya mereka punya alasan lain menargetkan tempat ini." jawab Naruto.

"Kalau bukan itu, apa?" tanya Tatsumi.

"Kau tanya mereka langsung saja." jawab Naruto cuek.

"Kau ingin aku mati, hah!" bentak Tatsumi.

"Mungkin." balas Naruto sambil menaikkan kedua bahunya.

"Grrr… terserahlah." balas Tatsumi tidak lagi menanggapi Naruto.

Terlihatlah dari balik jendela, nampaklah para pengawal keluar dari rumah kediaman Aria sambil membawa senjata untuk menghadapi Night Raid.

"Apa yang mereka lakukan?" tanya Tatsumi.

"Kau tidak lihat mereka membawa senjata, mungkin mereka ingin menghadapi Night Raid." jawab Naruto.

"Apa kita akan membantu mereka?" tanya Tatsumi lagi.

"Kita lihat saja dulu." jawab Naruto lagi.

"Target kita adalah tiga penjaga, Akame-chan." ucap salah satu anggota Naight Raid yang merupakan seorang pemuda berambut hijau pada temannya gadis berambut hitam yang berkibar-kibar di terpa angin yang ia panggil Akame.

"Mereka harus di musnakan." balas Akame sambil menatap tajam ketiga pengawal itu.

Tiba-tiba Akame menjatuhkan dirinya kebelakang dan mendarat ke permukaan dengan berlutut.

Duuar!

Munculah sesosok misterius memakai armor abu-abu sambil membawa tombak di punggungnya dan jatuh di belakang Akame.

Akame pun berdiri dari berlutut dan menatap tajam ketiga pengawal itu dengan mata merahnya.

Crik!

"Demgar, jangan mendekati pedang itu." ucap salah satu pengawal pada kedua rekannya.

"Huuuaaa!" teriak salah satu pengawal sambil berlari mendekati Akame.

Criiing!

Akame pun melesat dengan cepat tanpa di sadari pengawal itu sambil mengayunkan pedangnya secara horizontal dan berdiri di belakang pengawal itu.

Craass!

Tiba-tiba leher pengawal itu memuncratkan darah setelah terkena serangan tiba-tiba Akame.

"Hyaa!" ucap sosok yang memakai armor abu-abu itu sambil melemparkan tombaknya ke salah satu pengawal sampai tertembus perutnya.

"Kematian yang pantas untuk orang yang busuk sepertiku." ucap pengawal yang lehernya sudah terkena sayatan pedang Akame, dari lehernya keluar simbol-simbol berwarna darah dan menyebar di sekujur tubuhnya.

"Ada apa dengan orang-orang itu? mereka monster!" ucap pengawal yang maaih pada dirinya sendiri sambil mencoba kabur.

Duar!

Tiba-tiba kepala pengawal itu belubang terkena lesatan peluru yang melewati kepalanya.

"Menyedihkan sekali. Melarikan diri ketika menghadapi musuh." ucap penembak pengawal itu yang merupakan seorang gadis berambut pink di kuncir dua dan memiliki mata berwarna pink membuat pemuda berambut hijau di sebelahnya sedikit takut membayangkan dirinya adalah pengawal itu.

"Tidak, mereka memang tidak bisa melarikan diri, bukan?" tanya pemuda itu dengan sedikit keringat di pipinya.

"Benar-benar dimusnakan dalam sekejap. Seridaknya kita harus melindungi Aria-sama!" ucap Tatsumi sambil melenggang pergi.

"Hoi! hoi Tatsumi, jangan tinggalkan aku." ucap Naruto sambil mengejar Tatsumi.

Di tempat lain, terlihatlah Ayah Aria sedang di cekik sampai terangkat tubuhnya oleh Leone yang merupakan orang yang telah menipu Naruto dan Tatsumi kemarin, tapi dengan perubahan yang berbeda di tubuhnya membuat rambutnya lebih panjang dari sebelumnya.

"To-tolong aku. Aku memiliki anak perempuan." ucap lirih Ayah Aria.

"Tenanglah. Kau akan mati bersamanya di dunia lain." ucap Leone.

"Bahkan putriku… apa kau sama sekali tak memiliki rasa belas kasihan?" tanya lirih Ayah Aria.

"Belas kasihan? apa itu?" tanya Leone sambil mengeratkan cekikkannya membuat pria paruh baya itu mati seketika.

Sementara itu di tengah hutan, nampaklah putri Aria yang sedang berlari tergesa-gesa di tarik oleh pengawalnya.

"Ojou-sama, cepat lewat sini!" ucap pengawal itu sambil berlari tergesa-gesa.

"Apa yang terjadi?" tanya Aria juga sambil berlari tergesa-gesa.

"Kita harus sampai ke gudang! kita akan aman di sana!" ucap pengawal itu tanpa menjawab pertanyaan Aria.

"Ketemu juga!" ucap Tatsumi sambil mengatur napasnya di ikuti oleh Naruto di belakangnya membuat Aria dan pengawalnya berhenti melihat kedatangan Naruto dan Tatsumi.

"Tatsumi? Naruto?" tanya Aria kaget.

"Kalian datang di saat yang tepat. Kami akan ke gudang dan menunggu pihak berwenang." ucap pengawal Aria.

"Sementara itu, kalian berdua usir mereka pergi." lanjut pengawal itu.

"Apa! kau gila ya? kami baru saja melihat mereka membunuh dengan cepat dan kau menyuruh kami melawannya?!" tanya Naruto dengan membentak.

"Tapi ini untuk keselamatan Ojou-sama." balas pengawal Aria.

Wuush!

Tiba-tiba muncul Akame jatuh dari langit dan mendarat ke permukaan dengan berlutut di belakang Naruto dan Tatsumi membuat mereka berdua tersentak.

"Cih! kurasa kita tidak punya pilihan lain!" ucap Naruto sambil mengeluarkan katananya di ikuti oleh Tatsumi mengeluarkan pedangnya yang mereka acungkan pada Akame.

Tep!

Wuush!

Tiba-tiba Akame melesat berlari dengan cepat menuju mereka berempat. Naruto dan Tatsumi mengeratkan pegangannya pada senjata mereka.

"Bukan target." ucap Akame sambil berlari semakin mendekati Naruto dan Tatsumi.

Wuush!

Tiba-tiba Akame melompat dan berdiri di atas kepala Tatsumi membuat Naruto sweatdrop melihat celana dalam hitam yang di kenakan Akame.

'Kenapa saat situasi genting seperti ini, aku malah berpikiran mesum?' pikir Naruto.

Wuush!

Akame mendorong kepala Tatsumi sebagai pijakan kakinya melompat.

"Sial!" ucap Tatsumi melihat Akame mendarat tidak jauh di depan Aria dan pengawalnya.

Dor! Dor! Dor!

Dor! Dor! Dor!

Dor! Dor! Dor!

Dor! Dor! Dor!

Pengawal Aria pun segera menembakkan puluhan peluru pada Akame, anamun Akame dengan lihai menghindari semua lesatan peluru yang hanya mengenai tanah.

"Target." kata Akame sambil mendekati pengawal itu yang terus menembekkan peluru.

Akame menghindari lesatan peluru yang terlihat seperti angin yang lambat di matanya.

Zuush!

Zuush!

Zuush!

"Musnalah." ucap Akame setelah menghindari peluru itu dengan zig zag dan mengayunkan pedangnya.

Syuuut!

Craaass!

Perut pengawal Aria pun terbelah memuncratkan darah ke sekitarnya membuat Aria yang melihat itu bergetar takut sambil berjalan mundur dan jatuh terduduk.

Akame pun mendekati Aria dan siap mengayunkan kembali pedangnya.

"Musnahlah." ucap Akame sambil siap mengayunkan pedangnya.

"Tunggu dulu!" teriak Tatsumi sambil mengayunkan pedangnya ke arah Akame, namun dengan cekatan Akame berhasil menghindari lesatan pedang tersebut dengan melompat kedepan.

Naruto pun muncul berdiri di depan Aria memberi perlindungan sementara Tatsumi berdiri di garis depan.

"Kau bukan target. Tidak ada alasan untul membunuhmu." ucap Akame.

"Heh! kalau kau ingin membunuhnya lewati dulu mayatku." ucap Naruto sambil menambah kesiagaannya.

"Tapi kau berencana untul membunuh gadis ini, bukan?" tanya Tatsumi pada Akame di depannya.

"Ya." balas Akame singkat, padat, dan jelas.

"Ya?!" ucap Tatsumi tersentak.

"Sepertinya kita akan bertarung bersama lagi, Tatsumi." ucap Naruto sambil menjajarkan tubuhnya di samping Tatsumi.

"Jika kalian menghalangiku, aku akan membunuh kalian." ucap Akame

"Kalau begitu, kami tidak akan pergi!" ucap Tatsumi sambil mengacungkan pedangnya kedepan.

"Begitu, ya?" tanya Akame.

"Kalau begitu, aku akan memusnakan kalian." lanjut Akame sambil memposisikan pedangnya di depan wajahnya dengan tatapan mematikan membuat Tatsumi tersentak, semnatara Naruto hanya memandangnya tajam tanpa menurunkan kewaspadaan.

"Ah, lotor sekali." ucap Leone yang sudah menipu Naruto dan Tatsumi sambil berjalam kearah mereka.

"Tumben sekali Akame lama sekali, ya?" tanya Leone pada dirinya sendiri.

"Eh! bukankah itu pemuda pirang dan temannya berambut coklat, kenapa mereka ada disini. Betapa tidak beruntungnya mereka berdua, khususnya pemuda pirang itu." lanjut wanita pirang itu sambil berjalan mendekati mereka.

'Dia bukanlah seseorang yang bisa kukalahkan, tapi jika bersama Naruto-san mungkin peluang kami mengalahkannya 60%' pikir Tatsumi sambil menyiapkan mentalnya.

Wuush!

Wuush!

Tatsumi pun melesat memdekati Akame yamg juga melesat ke arah dia, sementara Naruto berlari di belakangnya menjadi pendukung Tatsumi.

"Hyaa!"

Trink!

Kedua pedang Tatsumi dan Akame saling berbenturan menciptakan percikan api.

Syuut!

Duag!

Wuush!

Tiba-tiba datanglah lesatan pedang kearah Akame membuatnya harus menghindar dengan menendang perut Tatsumi sebagai lompatannya kebelakang.

Tep!

Akame pun mendarat dengan sempurana sambil melihat Tatsumi yang memegangi perutnya yang kesakitan yang di bantu berdiri oleh Naruto.

Wuush!

Akame kembali berlari melesat dengan cepat mendekati Naruto dan Tatsumi sambil mengayunkan pedangnya.

Naruto dengan segera mendorong Tatsumi kebelakang dan siap menahan pedang Akame, namun secara mengejutkan Akame menjatuhkan diri dan meluncur di sampingnya sambil mengayunkan pedangnya siap memotong kaki Naruto.

Dengan cepat Naruto melompat keatas menghindari lesaran pedang yang ingin memotong kakinya, Naruto yang masih di atas udara memposisikan pedangnya kebawah siap di menusuk Akame.

Melihat bahaya di atasnya, Akame pun mengulingkan tubuhnya ke samping menghindari tusukan katana yang hanya menancap di tanah.

"Dia hebat." gumam Leone ambil tersenyum kearah Naruto.

Akame kembali berdiri dan berlari karah Naruto, namun munculah Tatsumi mengayumkan pedangnya di samping Akame, menyadari bahaya di sampingnya Akame segera menunduk dan menusukkan pedangnya ke dada Tatsumi.

Sriing!

"Uaaaggh!" teriak Tatsumi sambil jatuh ke tanah.

Naruto yang melihat Tatsumi berbaring, tubuhnya bergetar, matanya memandang tubuh Tatsumi yang tergelatak tidak berdaya. Tiba-tiba muncul gauntlet berwarna merah di tangan kiri Naruto dan terus berbunyi.

Boost!

Boost!

Boost!

Zzzttsh!

Tiba-tiba Naruto sudah berada di depan Akame sambil menghunuskan katananya membuat Akame tersentak menyadari lawannya sudah ada di depamnya tanpa ia menyadarinya, sementara wanita pirang itu juga tersentak melihat betapa cepatnya Naruto seperti kilat merah.

"Tunggu!" teriak Tatsumi membuat Naruto menghentikan laju pedangnya.

"Kau masih hidup, Tatsumi?" tanya Naruto sambil mengalihkan pandangya kebelakang dan menghilangkan gauntlet merahnya.

"Dia kurang waspada mendekatiku." ucap Tatsumi sambil berdiri.

"Aku tidak merasakan pedangku menusuk tubuhnya." ucap Akame.

Tatsumi meronggok sweaternya dan mengeluarkan patung miniatur yang di berikan kepala desa.

"Semua orang dari desaku melindungiku." ucap Tatsumi sambil menunjukkan patung miniatur yang terdapat tusukan pedang di tengahnya.

'Hmm… masih hidup terkena tebasan dari Akame. Mereka berdua memang unik, apalagi pemuda pirang itusepertinya memiliki Teigu.' pikir Leone.

"Musnahlah." ucap Akame kambali memposisikan pedangmya di depannya.

"Kalau begitu kita bertarung lagi." ucap Naruto yang juga memposisikan katannya di depan.

"Tunggu sebentar. Kalian mau uang, 'kan? biarkan dia pergi." ucap Tatsumi sambil melambai-lambaikan kedua tangan ke depan meleraikan Naruto dan gadis berambut hitam yang ia belum tahu namanya.

"Kita tidak sedang berperang. kau akan membunuh gadis lugu seperti dia." lanjut Tatsumi.

Akame dan Naruto kembali melesat saling mengayunkan pedang mereka mencoba menebas satu sama lain.

'Percuma saja, mereka berdua tidak akan memdengar perkataanku.' pikir Tatsumi melihat Naruto dan Akame saling siap menusukkan senjata mereka satu sama lain.

"Tunggu." ucap wanita pirang rekan Akame yang tiba-tiba menarik Akame yang hampir saling membunuh dengan Naruto.

Naruto hanya cengok melihat wanita berambut pirang di belakang gadis berambut hitam itu.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Akame pada wanita berambut pirang.

"Kita masih punya waktu, 'kan? aku berhutang budi pada mereka berdua." ucap wanita pirang itu.

"Aku pikir aku akan membayarnya." ucap rekan Akame sambil mengedipkan satu matanya membuat Naruto dan Tatsumi bertambah melongo.

"Ah, kau si dada besar yang wakt u itu!" teriak Tatsumi sambil menunjuk wanita di belakang gadis berambut hitam itu.

"Itu benar, aku seorang wanita cantik yang menyukai pemuda pirang itu." jawab wanita pirang itu.

"Eh! APA!" teriak Naruto tersentak kaget dan Tatsumi hanya bisa sweatdrop melihat Naruto seperti itu.

"Kau tadi berkata membunuh gadis yang lugu?" tanya Leone itu.

"Apa kau akan mengatakan hal yang sama setelah melihat ini?" tanya Leone lagi sambil berjalan mendekati pintu gudang dan menghancurkannya.

Perhatikan baik-baik. Ini adalah kegelapan Ibukota Kerajaan." ucap Leone.

Naruto dan Tatsumi 'pun berjalan di samping Leone dan melihat isi gudang tersebut membuat mereka berdua tersentak.

Mereka berdua melihat berbagai alat penyiksaan di sana dengan mayat-mayat manusia menggantung disana.

"A-apa-apaan ini?!" tanya Tatsumi dengan tubuh bergetar.

"Mereka memikat orang dari pedesaan dengan kata-kata manis, lalu menyiksa mereka dan bermain dengan mereka sampai mereka mati." jawab Leone.

"Sa-sampai m-mati?" tanya Naruto.

"Itulah yang sebenarnyanterjadi di rumah ini." jawab Leone.

Tatsumi 'pun berjalan kedepan memasuki lebih dalam gudang tersebut di ikuti Naruto di belakangnya.

Naruto dan Tatsumi membulatkan mata mereka melihat tubuh gadis temanya menggantung di atas.

"Sayo… oi, Sayo? apa itu kau, Sayo?" ucap Tatsumi dengan tubuh bergetar, sementara Naruto berlutut sambil memandangi tubuh Sayo yang penuh dengan luka-luka dan darah.

"Seseorang yang kau kenal 'kah?" tanya Leone.

"Tunggu dulu. Kau tidak bisa lolos dengan mencoba melarikan diri seperti itu." ucap Leone sambil menangkap Aria yang mencoba kabur dengan mengendap-endap.

"Orang-orang di rumah ini yang melakukan semua ini, bukan?" tanya Naruto sambil berdiri.

"Benar. Karena para penjaga diam saja, mereka juga ikut bersalah." jawab Leone.

"Itu bohong!" seru Aria mencoba membela diri.

"Aku bahkan tidak tahu ada tempat ini! apa kalian percaya pada orang yang menyelamatkan kalian atau orang-orang ini?" lanjut Aria.

"Naruto… Tatsumi…" ucap sebuah suara mengalihakan pandangan Naruto dan Tatsumi le sebuah sel.

"Apa kalian, Tatsumi? Naruto?" tanya orang yang berada di dalam sel itu adalah Leyasu dengan sekujur tubuhnya penuhi bercak merah.

"Ini, aku." ucap Leyasu.

"L-leyasu?" tanya Tatsumi sambil mendekati sel tahanan Leyasu.

Naruto hanya bisa membulatkan mata melihat keadaan teman mereka yang satunya.

"Gadis itu mengundang Sayo dan aku ke rumahnya. Dan setelah kami makan, kami pingsan. Dan saat kami bangun, kami berada di sini." ucap Leyasu dengan bergetar.

"Ga-gadis itu menyiksa Sayo sampai mati!" teriak Leyasu dengan tubuhnya merosot kebawah.

"Apa yang salah dengan itu?" tanya Aria sambil melepaskan tangan Leone dari kepalanya.

"Kalian semua hanya orang desa yang tidak berharga, kan?! sama seperti binatang! aku bebas melakukan apa pun yang aku lakukan pada mereka, bukan?" Aria dengan wajahnya seperti Iblis.

"Dan wanita itu… meskipun dia hanya sapi, tapi rambutnya halus! memangnya dia pikir dia siapa? walaupun sebenarnya rambutku berantakan!" ucap Aria sambil menunjuk mayat Sayo yang penuh luka dan darah.

"Karena itulah, aku membuatnya semenderitaungkin! harusnya dia bersyukur ada orang yang perhatian dengannya!" ucap Aria seperti Iblis.

"Sebuah keluarga sadis, menyamar sebagai seorang yang baik!" ucap Leone membuat Akame mengeluarkan pedangnya.

"Maaf mencampuri urusanmu.* lanjutnya.

"Musnahkan." ucap Akame.

"Tunggu." ucap Naruto menghentikan aksi Akame.

"Jangan-jangan… kau masih ingin melindunginya bersama temanmu?" tanya Leone.

"Tidak." jawab Naruto sambil mengeluarkan katananya.

Syuuut!

Craaass!

Bruk!

"Aku akan membunuhnya!" teriak Naruto setelah mengayunkan katananya memenggal kepala Aria sampai terputus dan jatuh ke tanah.

"Aku tahu dia dan temannya benar-benar membenci wanita itu sekarang, dia juga membunuhnya tanpa ragu.' pikir Leone sambil menatap Naruto yang kembali menyarungkan katananya.

"Hehe… Naruto memang hebat. Tidak salah Sayo menyukainya." ucap Leyasu di pelukan Tatsumi yang terlihat menundukkan wajahnya. Tiba-tiba Leyasu memuntahkan darahbdari mulutnya membuat Tatsumi tersentak dari lamunanya dan membaringkan tubuhnya di lanta. Tidak lama kemudian datanglah Naruto yang juga mengkhawatirkan temannya itu.

"Leyasu…

"Itu adalah tahap akhir Lubora." ucap Leone memotong perkataan Tatsumi.

"Nyonya rumah ini sangat senang membius korbannya. Dan dia menulis hal itu secara rinci dalam buku hariannya." ucap Akame.

"Dia tidak akan selamat." lanjutnya membuat Naruto dan Tatsumi tersentak.

"Naruto… Tatsumi…" gumam Leyasu.

"Leyasu!" panggil Naruto.

"Sayo tidak akan pernah menyerahkan dirinya pada wanita jalang itu! bahkan sampai akhir hayatnya." ucap Leyasu.

"Dia sangat keren. Karena itluah Leyasu-sama ini pun… juga akan jadi keren zampai kematiannya tiba." lanjutnya sambil mengulurkan telapak tangannya yang di penuhi darah ke atas dan mengepal sampai jatuh kebawah.

"Sepertinya dia terus membawa tekadnya sampai kematiannya." ucap Akame.

Naruto dan Tatsumi 'pun menangis sambil memeluk tubuh Leyasu.

"Apa yang terjadi di Ibukota ini?" tanya Tatsumi ssambil memeluk tubuh Leyasu.

"Ayo pergi." ucap Akame tanpa menjawab pertanyaan Tatsumi membuat Naruto sedikit geram.

"Oi. Bagaimana kalau kita bawa kedua anak ini bersama kita?" tanya Leone.

Leone menarik dan menyeret kedua pemuda itu keluar dari gudang dengan memberontak.

"Markas rahasia kita sedang kekurangan orang." ucap Leone.

"Apa yang kalian lakukan? lepaskan kami!" ucap Naruto sambil terus memberontak.

"Kami harus mengubur mereka berdua!" ucap Tatsumi juga memberontak.

"Oh, nanti kalian akan membawa tubuh mereka ke rahasia kami." ucap Leone.

"Tak perlu khawatir." lanjutnya.

"Lepaskan kami!" teriak Naruto dan Tatsumi bersamaan.

"Kalian terlambat!" teriak gadis berambut pink di atas benang bersama kedua rekannya.

"Apa yang kalian lakukan? dan apa itu? teman baru kita." ucal gadis itu sambil menatap Naruto dan Tatsumi yang dia rangkuk di pundaknya.

"Oh, apa aku belum memberitahukanmi?" tanya Leone sambil menjatuhkan Naruto dan Tatsumi ke permukaan.

"Mulai sekarang, kalian salah satu dari kami." lanjutnya.

"Selamat sudah mejadi anggota Night Rai!" ucap Leone sambil berdiri di depan Naruto dan Tatsumi bersama keempat rekannya.

"Uh! kenapa bisa jadi seperti ini?!" tanya Tatsumi dengan membentak.

"Dan aku ingin cepat-cepat menguburkan teman kami!" teriak Naruto.

"Menyerah saja. Setelah dia bulatkan tekadnya, Leone tidak akan menyerah." ucap Akame sambil menyebitkan nama temanya pada Naruto dan Tatsumi.

"Sesuai dugaanku, kau mengenalku dengan sangag baik, ya." balas Leone sambil mengusap kepala Akame.

"Bulatcchi, kuserahkan mereka padamu." lanjut Leone pada sesosok berarmor abu-abu.

Tiba-tiba saja sosok berarmor itu merangkul Naruto dan Tatsumi di keteknya.

"Lepaskan aku!" teriak Naruto sambil mencoba memberontak.

"Aku akan memukulmu, baju besi." ucap Tatsumi.

"Tenang saja. Semuanya akan segera membaik." ucap sosok berarmor itu sambil memandang Naruto dan Tatsumi dengan cahaya-cahaya di sekitarnya membuat Naruto dan Tatsumi melongo.

"A-apa?" tanya kaget Tatsumi.

"Misi selesai. Waktunya kembali." ucap Akame.

Mereka semua pun melompat dari atas dan turun kebawah dengan sinar bulan menyertai mereka.

"Apa-apan situasi ini?" tanya Tatsumi.

"Sepertinya kita akan di culik." jawab Naruto.

"TIDAK!" teriak Tatsumi mengema di malam hari.

To Be Continue

Ending:

Miku Sawai - Konna Sekai, Shiritakunakatta

A/N: Yo! kini God Loki telah membuat fic baru Naruto Crossaver Akame Ga Kill! karena terinspirasi anime itu yang baru-baru ini saya tonton. Jadi tolong tanggapannya dengan review atau PM untuk tetap melanjutkan fic ini atau tidak karena word ini tergolong panjang jadi butuh waktu yang sangat membuatnya. Sia-sia 'kan jika melanjutkan ini tapi tidak ada yang menggemarinya. Jika ingin menanyakan Naruto mempunyai Boosted Gear anggap saja itu kekuatan terpendam Naruto.

Profil Naruto

Name: Naruto

Umur: 18 tahun

Item:

Kusanagi

Ascalon

Ability Boosted Gear:

Boost

Balance Breaker: Scail Mail

Juggernaut Drive

Kritik dan Saran

Review