Aku tak tahu harus sampai kapan aku seperti ini. Terpuruk dan menangis. Sudah seminggu semenjak kejadian itu. Aku hanya mengaduk makananku di depan mataku tanp perduli apa yang akan dikatakan rekan makan siangku.
Flashback ON
"Hyung... Kuki.. Omma dan Appa becok akan belkunjung ke Ceoul untuk... menemui Hyung." Suara manis adik kecilku yang baru berusia 5 tahun itu menggema melalu saluran telepon di ujung sana.
"Neee.. Hyung sudah tidak sabar.. Kookie sayang jadi anak baik kan selama hyung tidak di sana? Hyung sangat rindu sama Kookie."
"Kuki juga cangat cangat cangaaaaattttttt lindu cama hyung... Nanti hyung temani Kuki ya? Kuki mau mam esklim coklat strawberry. Telus Kuki mau pancake blueberry bikinan hyung." Suara riangnya semakin menjadi, membuatku semakin gemas dan tak sabar untuk mencubit dan mencium pipi tembamnya.
"Iya sayang.. Hyung akan memberikan apapun yang Kuki mau. Hyung tutup dulu nee.. Hati2 nanti di jalan. Love you Kookie~ah."
"Love you hyung.. Muahhh.."
Suara saluran telepon terputus dari sana. Segera aku berdiri dari kursiku dan mengambil jas putih panjang milikku dan segera berjalan keluar ruangan. Sesampainya di luar ruangan aku menggantungkan sebuah papah dengan tulisan 'Sedang keluar!" dan aku segera melangkahkan kakiku. Tak jauh dari ruanganku aku berpapasan dengan seseorang yang bermuka datar.
"Guru Kim. Mau kemana? Aku baru saja mau meminta obat sakit kepala." Tanyanya dengan wajah yang datar.
"Oh.. Guru Min. Saya mau pergi ke kantin. Ini jam istirahat saya. Mau saya ambilkan dulu ke ruangan?" tawarku sambil tersenyum jahil ke arahnya.
"Yakkk.. Hyung.. Sudah kubilang jangan panggil aku Guru Min saat sedang berdua." Mukanya yang cemberut terlihat begitu manis membuatku terkekeh.
"Siapa suruh kau memanggilku 'Guru Kim'?!" Jawabku sambil terus berlalu menuju kantin. Namja mungil yang tadi kupanggil Guru Min hanya mengekor dari belakang.
.
.
Kini kami berdua sedang duduk di kantin. Menikmati makan siang kami. Sedari tadi teman dudukku yang mungil ini melahap makanannya seperti orang kesetanan. Tadi dia bilang sedang pusing. Kenapa makannya rakus sekali?!
"Min Yoongi... Min Yoongi.. Min Yoongi..." suara cempreng yang menggema di kantin yang sepi memekakan telingaku. Aku mengedarkan kepalaku mencari sumber suara. Seorang namja bantet pendek tapi tampan sedang berlari menuju meja kami dan memeluk teman makanku.
"Yakk.. Park Jimin.. Panggil dia Pak Min saat kalian di sekolah." Kataku sambil memukul kepala Jimin dengan sendok makanku.
"Hyung.. Appoooooo... lagi pula Cuma ada kalian berdua di sini." Bibirnya mengerucut dan sebelah tangannya melingkar pada lengan Yoongi (teman makan siangku) yang sedari tadi masih sibuk dengan makan siangnya.
Jimin masih dengan cerewetnya mengoceh tentang kelas menari yang sedang ia ajar. Yoongi masih diam memakan makanannya dengan khidmat karena dia sedang pusing dengan lagu baru yang harus ia buat untuk sebuah boyband yang akan debut. Atau dia hanya lapar?! Entahlah. Dan aku hanya tersenyum mendengar semuanya. Yah.. sebagai Infirmary teacher aku adalah seorang pendengar yang baik bukan?
Hari ini aku sangat bahagia. Dan besok juga.
.
.
Cahaya pagi memasuki celah dari jendela kamarku menembus korden transparan yang terpasang di sana. Ini hari Sabtu dan aku libur. Ponselku berbunyi di atas nakas dekat tempat tidurku. Alarm. Ya. Alarm yang sudah ke sekian kalinya berbunyi hari ini. Dengan malas aku mengambil handphoneku. Mematikan alarmnya. Lalu mengecek satu per satu pesan yang masuk dari deretan paling bawah dan membalasnya satu per satu.
From : Min Yoongi
Hyung.. Main ke apartemenku.. Masakkan aku makanan.. Jimin hampir menghancurkan dapurku dan Suga hyung masih mengomeli Jimin..
Aku tersenyum melihat pesan itu.
To : Min Yoongi
Kalian makan saja Jimin kalau kalian lapar.
Kembali menscroll.
From : Chiminie
Hyung tolong aku.. Suga hyung dan Yoongi hyung mau memperkosaku.
To : Chiminie
Nikmati saja nak.
Aku memutar bola mataku. Jengah dengan pesan yang dikirimkan bocah ini saat dia akan threesome dengan kedua kekasihnya yang kembar itu. Dan itu bukan urusanku.
From : Kidoh
Mau pergi ke klub malam ini manis?
To : Kidoh
Tidak. Aku sedang menunggu kelinci manisku yang sedang menuju kemari.
Lanjut scroll ke atas. Ada notifikasi yang memberitahukan sebuah gambar telah kuterima. Aku membuka gambar itu. Aku tersenyum melihat foto yang baru saja aku terima.
'Kami naik pesawat.. Hyung Sarange.. Muah.. Muah...'Caption manis yang tertulis itu mengiringi sebuah foto anak kecil lucu yang tersenyum dengan gigi kelincinya dan pipinya yang tembam bersemu merah.
Ah.. aku tak sabar siang ini akan bertemu dengan mereka.
.
.
Bandara Incheon 01.00 pm
Aku sampai di bandara dengan mengendarai mobilku. Masih satu jam lagi memang. Tapi aku sudah tidak sabar kalau harus menunggu di rumah dan aku tidak akan membiarkan keluarga tersayangku menunggu lama.
Bandara Incheon 02.15 pm
In sudah lewat 15 menit dari yang di jadwalkan. Kenapa perasaanku mulai tidak enak?! Aku melihat ke arah layar besar yang memberitahukan jadwal pesawat. Aku hanya melihat ada keterangan delay di baris data pesawat yang ditumpangi keluargaku. 'Mungkin sebenetar lagi' pikirku dalam hati.
Bandara Incheon 02.30 pm
Aku sedang asik menunggu sambil memakan sandwich yang tadi aku beli di Airport Restaurant. Memikirkan berbagai hal. Lalu.. lamunanku buyar saat mendengar suara teleponku berdering.
Min Suga
Nama itu yang keluar di layar. Segera aku mengangkat telepon itu.
"Ada apa Doktor Min?!" aku terkekeh saat mengucapkannya. Suga dan Yoongi tidak suka aku memanggil mereka dengan panggilan begitu. Katanya aneh karna kami sudah tumbuh bersama sebagai teman kecil yang sudah seperti saudara.
"Jin hyung. Kau sedang ada di mana?" Suara Suga sangat pelan. Dia bahkan tidak protes dengan panggilan yang aku buat tadi.
"Ada di Airport sedang menunggu orangtuaku dan Kookie. Wae?" jawabku masih santai.
"Aku, Yoongi, dan Jimin sedang menuju ke sana. Segera. Maafkan kami." Kini aku mendengar suara Jimin yang sedang terisak.
"..."
Ada apa ini?! Kenapa perasaanku semakin tak enak? Untuk apa Suga minta maaf? Dan untuk apa Jimin menangis?
"Kenapa Jimin mena..." kalimatku terpotong saat sebuah layar televisi besar di ruang tunggu penjemput menampilkan sebuah berita. Ponselku terjatuh. Kakiku tibatiba lemas luar biasa. Kehilangan kekuatannya dan aku terduduk di lantai.
Sebuah berita di televisi itu mengejutkan seisi ruang tunggu bandara dan seketika ruangan ini dipenuhi oleh suara tangisan.
Kecelakaan pesawat tergelincir dan terbakar terjadi pada siang hari ini saat pesawat sedang melakukan manuver untuk landing di Incheon. Insiden ini terjadi karena hujan yang terjadi pada siang hari tadi tidak kunjung berhenti dan membuat seluruh penumpang dan awak kapal tewas di tempat. Berikut ini adalah daftar korban : Yoon Mi Rae(19th), Choi MinHo(22th), Choi Siwon, Kim Jongin(40th), Kim Kyungsoo(34th), Kim Jungkook(5th),..
.
.
Flashback OFF
.
.
"Hyung.."
"Hyung..."
"YAKKKK... SEOKJIN HYUNG!"
Aku tersentak mendengar teriakan rekan makan siangku.
"Aku sudah kenyang. Aku duluan ke ruangan Yoongi ah.." aku berdiri dari mejaku. Meninggalkan rekan makan siangku yang mendesah panjang. Aku tau dia perduli padaku. Hanya saja aku sedang ingin.. diam.
.
.
Sesampainya di depan pintu ruanganku aku menatap bingung pada papan tulisan yang aku gantung di depan pintu. Kenapa tulisannya jadi miring? Apa aku yang salah tadi?
Aku menghela nafas mencoba tak acuh dengan papan yang mungkin tertiup angin itu. Membuka pintu ruangan perlahan.
"APA YANG KALIAN LAKUKAN?!"
Aku berteriak kecang saat mendapati dua orang murid yang sedang berbuat tidak senonoh di ruangan kerjaku yang suci (karna dominan putih). Seorang murid namja yang sedang memangku dan mencumbu leher yeoja yang mungkin kekasihnya, yeoja yang dipangku meremas rambut namjanya. Bahkan semua kancing baju kedua sejoli itu sudah terbuka semuanya. Si yeoja buruburu berdiri saat mendengarku berteriak, segera mengancingkan seluruh kancing kemejanya dan berlari keluar ruangan sambil menunduk kepadaku. Sang namja hanya duduk di posisi semula (kursiku) dan berdecak kesal, "Kenapa Pak Guru cepat sekali kembalinya. Biasa 2jam lagi baru kembali."
"Mwo?!" Kurasa dahiku sudah sangat berkerut. Kepalaku mulai pusing. "Cepat keluar dari ruanganku. Aku sedang tidak ingin diganggu." Ucapku sembari memijit pangkal hidungku.
"Enak saja. Aku harus menyelesaikan masalahku dulu." Dia menarik tanganku membuatku membungkukkan kepala dan menyentuhkan tanganku ke kejantanannya yang mengeras.
aku mencoba menarik tanganku. Tapi cengkraman bocah ini sangat kuat.
"Apa yang kau~" dia menarik tengkuk leherku untuk didekatkan ke wajahnya.
"Saem kan dokter dan bisa diajak konsultasi. Bagaimana kalau membantuku untuk yang satu ini?" nafasnya menyapu permukaan telingaku. Suaranya berbisik dengan nada rendah yang kurang ajar seksinya. Tangannya meremas tanganku yang berada di atas kejantanannya yang otomatis membuat tanganku ikut meremas miliknya.
.
.
.
.
.
.
.
Maaf ini ff begini banget :"
Authornya ngeselin emang.. tadinya mau oneshoot tp gagal.. hiks...
Makasih buat yang udah rela baca dan review ,
