Bitter&Sweet
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Warning : OOC maybe, typo, alur lambat dll
Don't like don't read, no flame
Don't like don't read, no flame
Don't like don't read, no flame
Hari ke-5 Musim Semi
SMA Konoha, 7:00
"Hinata-chan~ ohayou." Sapa Haruno Sakura, gadis berambut pink yang telah menjadi sahabat baikku sejak aku sekolah dasar, sambil menepuk bahuku.
"O-ohayou, Sakura-chan. Kau su-sungguh membuatku kaget." Balasku sambil mengelus dadaku, menenangkan diri. Sakura hanya nyengir lalu tersenyum lebar ke arahku.
"Semangat ya nanti! Jangan sampai gara-gara gugup kalimat yang sudah kau latih berhari-hari itu jadi berantakkan." Aku menggangguk mengiyakan. Sakura selalu menjadi penyemangat terbaikku.
Hari ini adalah hari yang spesial. Aku akhirnya menjadi siswi SMA. Dan pagi ini aku akan membacakan pidato perwakilan sebagai siswi dengan nilai tertinggi.
"Ten-tentu saja! Aku akan membuat semuanya ti-tidak akan m-melupakan pidato ku h-hari ini." kataku semangat sambil mengepalkan tangan. Sakura tertawa riang sambil menepuk-nepuk bahuku pelan.
"Nah, begitu. Itu baru semangat masa muda nona Hyuuga." Kutip Sakura dari guru olahraga kami di SMP dulu. Kami tertawa sambil beriringan memasuki gedung sekolah.
Aku sungguh bahagia hari ini sampai aku tidak bisa mengontrol senyumanku. Kurasa, badai pun tidak akan bisa melunturkan senyumanku ini. Ditambah aku bisa sekelas dengan Sakura, yang notabene adalah sahabatku, juga Naruto, orang yang paling kusukai. Sungguh banyak hal luar biasa yang terjadi padaku hari ini. Sepertinya jatah kebahagiaanku untuk hari-hari yang akan datang nanti habis untuk hari ini.
"Hinata-chan, duduk di dekat jendela saja ya?" pinta Sakura sambil ber-puppy eyes ria padaku. Jujur, aku ingin duduk di barisan depan tengah saja, tapi Sakura tampak sangat ingin duduk di belakang. Lagipula sesekali ganti suasana bukan hal yang buruk.
"Fiuh, untung kita berhasil mendapat bangku disini, Hinata-chan." Kata Sakura sambil mengelap keringat di dahinya. Aku memandang Sakura heran. Bangkuku dan Sakura berada di barisan kedua dari belakang. Sakura mengambil bangku disebelah jendela dan aku duduk tepat di sebelahnya. Tampaknya Sakura ingin duduk dekat dengan orang di belakangnya, yang aku tidak tahu siapa.
"Sakura-chan, me-memangnya siap-" belum sempat aku menyelesaikan kalimatku. Sebuah suara yang sangat kukenali menyapa indera pendengaranku.
Deg.
"Sakura-chaaaan, akhirnya kita bisa sekelas. Aku jadi tidak perlu mengejar-ngejarmu saat istirahat. Sekarang kita bisa makan siang bareng." Teriaknya riang sambil mengambil kursi di belakangku yang kebetulan kosong. Aku menahan nafasku saat dia duduk di belakangku.
Namikaze Naruto, teman dekatku dan Sakura sejak SMP, juga orang yang kusukai sejak pertemuan pertama kita.
Dan juga orang yang menyukai Sakura, sahabat baikku.
Mengingat hal itu senyum di wajahku sedikit luruh. Hatiku nyeri mengingat bahwa orang yang aku suka bahkan tidak menyadari perasaanku dan justru menyukai sahabatku sendiri. Kadang aku berpikir keadaan ini lucu. Padahal saat ini aku sangat bersemangat seakan bisa menggapai semuanya,
Kecuali Naruto-kun.
Aku terus melamun hingga Naruto-kun menepuk bahuku pelan sambil memberi isyarat mendekat. Wajahku mulai memanas. Mungkinkah Naruto-kun mulai memperhatikanku sekarang?
Aku mendekatkan wajahku sesuai isyaratnya. Saat jarak antara wajahku dan wajahnya sangat dekat, dia mendekatkan mulutnya ke telingaku dan membisikkan sebuah kalimat.
"Nee, Hinata-chan, bolehkah kita bertukar tempat duduk? Aku ingin duduk di sebelah Sakura-chan." Bisiknya. Senyumku langsung luruh sepenuhnya, berganti dengan tatapan miris.
Bodohnya aku berharap sesuatu yang istimewa darinya. Dia bahkan tidak memandangku lebih dari temannya Sakura. Aku jadi merasa bodoh, juga perih.
"Ten-tentu saja N-Naruto -kun, tidak masalah." Jawabku lirih, namun masih bisa terdengar olehnya. Dengan cengiran khasnya yang mengisyaratkan 'terima kasih', dia berdiri sambil menenteng tas birunya. Begitu pula aku yang ikut berdiri mengikuti dan membawa tas putihku.
"Kenapa kau dan Hinata-chan harus bertukar tempat? Aku tidak mau bersebelahan denganmu!" protes Sakura. Naruto-kun hanya memperlihatkan cengiran khasnya dan menjawab Sakura dengan candaan ringannya. Dan mereka pun terus bertengkar seakan hanya ada mereka di dunia ini.
Sedangkan aku, jangankan diajak bercanda dan bertengkar seperti itu, bahkan Naruto-kun hanya menyapaku seperti temannya yang lain dan selebihnya tidak ada yang spesial.
Kadang aku ingin jadi Haruno Sakura, agar bisa mendapat perhatian seperti itu.
"Kyaa, Sasuke-kun~" pekikan Sakura menyadarkanku dari lamunanku. Tanpa kusadari, kelasku sudah penuh oleh gadis-gadis, entah dari kelas berapa dan dari mana, yang mengerubuti seorang laki-laki dengan rambut hitam yang tengah berjalan ke arahku.
Saat sudah berada tepat di sampingku, laki-laki yang Sakura sebut sebagai Sasuke-kun ini duduk di bangkunya dengan tenang dan bersandar sambil menatap tajam ke arahku. Aku yag tanpa sadar sedari tadi memperhatikannya, langsung memalingkan pandanganku. Aku seperti tertangkap basah.
Tiba-tiba bel masuk berbunyi dan gadis-gadis yang tadi memenuhi kelasku berangsur-angsur menghilang. Beberapa dari mereka meninggalkan coklat atau surat di atas bangku Sasuke, yang saat ini sudah terlampau penuh oleh hadiah.
Aku memandangi hadiah diatas mejanya dengan takjub. Tiba-tiba aku mendengar dengusan pelan dari sang pemilik meja. Dengan gerakan yang sangat menunjukkan bahwa dia terlampau kesal, laki-laki ini, Sasuke, memasukkan berbagai hadiah, coklat dan surat itu ke dalam sebuah kantong hitam besar dan menyimpannya di belakang bangkunya. Sungguh mubazir jika semua hadiah itu akan dibuang.
"A-ano..." Sasuke menoleh ke arahku dengan tatapan tajamnya. Aku menelan ludahku dengan takut.
"E...etto... ku-kupikir akan s-ss-sangat sia-s-sia jika k-kau membuang semua h-had-hadiah itu..." cicitku.
"Bukan urusanmu."
Singkat, jelas, padat.
Aku langsung menundukkan kepalaku dan berusaha untuk tidak membuat gerakkan sedikit pun. Kupikir dia akan lebih marah jika melihatku bergerak atau berbicara lagi.
Beberapa saat setelahnya, sang guru pun masuk dan kelas berlangsung normal. Aku sungguh sangat bersyukur untuk hal itu.
Saat ini bel istirahat telah berkumandang. Koridor sudah dipenuhi oleh siswa-siswi yang sibuk kesana kemari, entah mencari makan siang, menemui temannya, atau hal-hal lain yang biasa dilakukan anak sekolahan.
Hinata memilih untuk tetap berada di bangkunya, mengingat dia membawa bekal dan dia juga telah berjanji untuk makan siang dengan Sakura. Namun kali ini, mereka tidak hanya memakan makan siangnya berdua.
"Sakura-chaan~ kau tidak perlu repot-repot membawakanku bekal, aku bisa beli di kantin kan? Tapi karena kau sudah membuat tentu saja aku tidak bisa menol-"
"Baka! Ini punyaku! Siapa juga yang mau membuatkan untukmu!" bentak Sakura sambil merebut bekalnya yang diambil Naruto.
Hinata hanya tertawa kecil melihat tingkah kedua sahabatnya itu. Pertengkaran mereka berdua seakan tidak ada habisnya.
"Nee, Hinata-chan, bolehkan aku memanggilmu seperti itu?" tanya Yamanaka Ino, gadis berrambut pirang yang juga salah satu teman sekelas Hinata, Sakura dan Naruto.
"Um, tentu saja, Yamanaka-san." Balas Hinata ramah.
"Kau juga boleh memanggilku Ino-chan, atau apapun yang kau mau." Tawar Ino.
"Kita panggil saja Ino-pig." Usul Sakura sambil tersenyum sinis ke arah Ino.
"Apa? Aku tidak bisa mendengarmu. Jidatmu terlalu silau." Sengit Ino sambil menutupi matanya seolah-olah kesilauan.
"Memangnya kau mendengar dengan matamu? Dasar Ino-pig!"
"Forehead!"
Setelah selesai adu mulut, mereka pun lalu tertawa bersama. Hinata dan Naruto pun tertawa mengikuti Sakura dan Ino. Mereka lalu melanjutkan acara makan bekal mereka. Tiba-tiba seseorang menghampiri mereka dan duduk di bangku yang berada di sebelah Hinata.
"Kyaa~ Sasuke-kun~ apa kau mau makan bekal? Aku sudah membuat kan mu bekal~" ujar Sakura riang sambil menyodorkan bekalnya. Sasuke hanya melirik sekilas dan mengabaikan Sakura dan memasang earphone di telinganya. Sakura tampak sedikit murung. Tiba-tiba Naruto berdiri dari bangkunya dan berjalan menuju bangku Sasuke.
"Oi, teme, Sakura -chan sudah menawarkan bekalnya secara cuma-cuma, setidaknya jawab tawarannya." Naruto tampak sedikit kesal dengan tingkah teman sekelasnya itu, yang menurutnya sok itu.
"Jika bukan kau yang ditawari, jangan salahkan aku, dobe." Jawab Sasuke pelan.
"Kau ini. Dari dulu sampai sekarang sama sekali tidak berubah." Balas Naruto sambil menghela nafas dan duduk kembali di bangkunya. Sakura, Hinata dan Ino menatap Naruto sedikit kaget.
"Kau mengenal Sasuke-kun, Naruto?" tanya Sakura bingung. Naruto hanya nyengir.
"Kami sudah berteman sejak bayi loh~" pamernya sambil mengerling ke arah Sasuke, yang dibalas dengan tatapan jijik Sasuke.
"Kenapa Sasuke-kun mau berteman dengan orang idiot sepertimu? Kau sungguh beruntung." Cibir Sakura dengan tatapan meremehkan. Dan mereka pun beradu mulut lagi.
Sekolah sudah bubar 5 menit yang lalu. Para siswa pun sudah meninggalkan ruang kelas dan berjalan menuju rumah mereka masing-masing. Kecuali Naruto, Sakura, Ino, Hinata dan Sasuke yang belum beranjak dri ruang kelasnya.
"Kalian ingin masuk klub apa?" tanya Ino dengan nada riang khasnya.
"Aku tentu saja sepak bola. Soalnya kan Sakura-chan yang jadi cheers nya." jawab Naruto sambil tersenyum lebar dan melirik ke arah Sakura. Hinata sedikit merona melihat senyuman Naruto, walaupun bukan untuknya.
"Mana ada sepak bola yang didukung cheers, yang ada juga basket." Balas Sakura sambil melipat tangannya. Naruto langsung menurunkan bahunya.
"Ku-kupikir a-aku akan masuk klub literatur. Se-sepertinya a-akan menyenangkan." Timpal Hinata. Ino, Naruto dan Sakura menatap Hinata sedikit takjub.
"Uwaa, as expected murid kebanggaan SMA Konoha." Sakura menanggapi.
"Hinata-chan, kau yakin mau masuk klub literatur? Kudengar klub itu sepi akivitas loh." Timpal Ino.
"Memangnya ada klub literatur di sekolah ini?" yang ini Naruto, dengan wajah innocent nya, yang justru dihadiahi pukulan dikepalanya oleh Sakura.
"Baka! Kata-katamu menyakiti Hinata-chan tahu! Cepat minta maaf!" bentak Sakura sambil berkacak pinggang. Naruto masih mengaduh sambil meminta maaf kepada Hinata.
"Ah ya, kalau Sasuke -kun, mau masuk klub apa?" tanya Sakura dengan ekspresi yang di imut-imutkan.
"Aku juga masuk klub literatur." Ujarnya pelan.
.
.
.
"EEEHH!"
To Be Continued
Author's Note :
Hai readers sekalian, Voiceless Rain disini. Author masih newbie sebagai penulis ffn, tapi kalo sebagai silent reader, author udah kelas kakap #puih, mohon bantuannya ya minna/senpai sekalian. author tau dalam hal menulis author masih banyak kekurangannya, jadi mohon bantuan dan dukungannya yaa
Chapter 1 ini Cuma buat pengenalan tokoh sama lingkungannya doang, buat sasuhina ato karakter lainnya, ditunggu chapter depan yaa, mungkin aja mereka bakal muncul #mungkin?
Kalo soal inti ceritanya, sebenernya author belum punya bayangan di fic ini bakalan ada apa. Author Cuma ingin bikin cerita yang santai dan isinya kisah2 yang dialami author, ingin dialami author ato mungkin dialami sama minna-san:)) author suka cerita slice of life btw
Itupun kalo minna-san bersedia fic ini dilanjutkan, jadi mohon reviewnya yaa. Kritik dan saran yang membangun sangat ditunggu
Terima kasih banyak udah mau menyempatkan diri membaca ff pertama author dan author harap, mau meninggalkan jejak di kolom review. Sebisa mungkin tulis review yang baik2 ya soalnya hati author rapuh #bohongbanget
Mohon segala bentuk typo, kosakata atau kalimat yang aneh/rancu dimaafkan. Buat kedepannya author bakal usaha jadi yang lebih baik
Wihh keren abis.
Sampai ketemu di chapter selanjutnya
Voiceless Rain
