.

.

Disclaimer : Naruto itu selalu milik Masashi Kishimoto

Story :
V3Yagami

Genre :
Angst, Romance, Tragedy, Hurt/comfort, Mystery

Rated :
M

Notes : Tolong jangan meng-copy atau memindahkan cerita ini pada bentuk apapun (Blog, FP, FFN, LJ, DLL) tanpa se-izin aku.

.

.

Malam hari ...

Biasanya malam hari adalah waktu yang tepat untuk orang-orang menghentikan aktivitas mereka, kebanyakan orang memilih untuk tidur, berkumpul bersama keluarga atau pergi ke kedai minuman bersama rekan kerja seusai jam pulang kantor. Namun tidak untuk pemuda tampan, tinggi, dengan jas hitamnya serta rambut raven yang sangat khas itu keluar dari mobil sport porsche tipe 911 berwarna hitam metalic, pemuda itu berjalan sembari membenarkan jas-nya dan menekan tombol bulat yang ia genggam menyebabkan patung ditengah-tengah kolam itu bergerak dan terbuka. Terlihat pergerakan patung itu membuat jalan yang mengakseskan pada bawah tanah, pemuda itu berjalan menuruni anak tangga sampai posisi patung kembali seperti semula.

Bawah tanah ...

Itu terdengar sangat aneh, namun inilah kenyataannya, pemuda itu berjalan melewati lorong-lorong yang gelap sampai pada suatu ruangan yang terang, beberapa orang yang sibuk dengan pekerjaan mereka berhadapan dengan computer dan microphone yang tertempel pada headset masing-masing. Beberapa orang membungkukkan tubuhnya ketika pemuda itu melewati mereka, terlihat seperti tuan muda yang sedang melewati para pelayannya.

Begitu sampai pada ruangan yang terang dan dipenuhi oleh orang-orang sebaya dengan dirinya ...

"Telat lima belas menit," ucap sosok laki-laki yang terlihat mirip dengannya, memakai jas hitam dan duduk seperti layaknya seorang pemimpin.

"Haruskah kuberi alasan?" tantang pemuda yang berekspresi dingin pada sosok di hadapannya.

"Apakah alasan yang akan kauucapkan itu sama dengan seperti biasanya?"

Pemuda itu terdiam yang artinya meng-iyakan tebakan laki-laki itu.

"Kalau begitu mari kita mulai." Sosok laki-laki itu menekan tombol remote pada layar di belakangnya sehingga muncullah suatu gambar. Selagi laki-laki itu menyiapkan beberapa dokumen, sosok pemuda berambut pirang menghampiri pemuda yang tadi datang telat sambil menyenggol lengannya.

"Apa kau ke makam ibumu lagi, Sasuke?" bisik pemuda itu dengan sangat pelan.

"Hn," jawaban singkatlah yang diberikan untuk sahabatnya.

"Kalian lihatlah benda ini," ucap laki-laki yang memimpin. Seluruh pandangan tertuju pada gambar yang tertera di layar.

"Memory card?" tanya salah satu pemuda berkacamata hitam.

"Benda ini yang akan kita cari,dan aku ingin kalian mencarinya sampai ketemu."

"Apa isinya?" tanya laki-laki yang memiliki bentuk rambut seperti nanas.

"Isinya masih belum diketahui, yang jelas ... Di surat wasiat tertera kita harus mengambil memory card tersebut sebelum pihak Eagle memilikinya," jawab laki-laki tersebut.

"Bagaimana kita mencarinya?" tanya pemuda berambut pirang.

"Aku sudah menemukan siapa yang memegang memory card tersebut, namun kita tidak bisa langsung merampas benda itu darinya." laki-laki yang dari tadi duduk di kursi pemimpin kini berdiri dan menekan lagi tombol remote layar sehingga gambar di layar tersebut berubah menjadi gambar seorang gadis muda berambut soft pink.

"Wah, manis," ucap pemuda berambut pirang.

"Dia anak tunggal presiden yang bersekolah di sekolah elite tokyo, aku ingin kalian menemuinya, lindungi dia agar tidak jatuh ke tangan pihak Eagle."

"Jadi kau meminta kami untuk menjadi pengasuh nona muda?" cetus pemuda berambut raven dengan sinis.

"Bukan Sasuke, tidak seperti itu. Aku ingin kalian bertemu dengannya karena dialah pemegang memory card tersebut."

"Kenapa bukan kau saja, Itachi?" ucap Sasuke melontarkan pada Itachi ... sang kakak.

"Kautahu sendiri ... Aku tidak bisa meninggalkan markas Black Dragon ini sesuka hati, sejak ayah meninggal dan pemimpinan diserahkan padaku, semua tidak berjalan mulus seperti dulu."

"Jadi, kita harus menyamar sebagai murid sekolah itu?" tebak pemuda berambut pirang.

"Tidak Naruto, kau salah," jawab Itachi, "tidak perlu menyamar, kalian cukup bertemu dengannya dan katakanlah hal yang sebenarnya, aku yakin gadis itu tahu hal detail tentang kenapa ia bisa membawa memory card tersebut."

"Jadi, siapa yang akan diutus untuk bertemu dengannya?" tanya pemuda berkacamata hitam.

"Aku yakin pihak Eagle tidak akan tinggal diam sejak terbongarnya rumor rahasia besar tentang memory card tersebut, mereka bisa menggunaan cara kotor agar mendapatkan benda itu," jawab Itachi mengelus dagunya, "Sasuke, Naruto, Shikamaru, Shino. Kalian aku tugaskan untuk mengawasi putri presiden mulai besok."

"Baik." Semua menjawab kecuali Sasuke.

Setelah rapat dibubarkan, Sasuke berjalan cepat keluar menuju mobilnya, sebelum lehernya ditarik oleh lengan yang membuatnya jengkel.

"Sasuke! Kau mau kemana? Kita harus rencanakan langkah berikutnya dengan Shikamaru dan Shino."

"Lepaskan aku, Naruto," Sasuke dengan jenga melepaskan lengan Naruto dan memegang lehernya yang lumayan sakit akibat tarikan sahabatnya itu.

"Ayolah, kita sudah lama tidak berkumpul ber-empat, sudah hampir empat tahun sejak kejadian itu," ucap Naruto, "mereka mencemaskanmu."

"Shikamaru pintar dalam menganalisa, Shino berkepala dingin menghadapi masalah ... Kalian bertiga lebih dari cukup untuk menjalani misi ini," ucap Sasuke.

"Isu-nya ... Memory card tersebut ada kaitannya dengan kematian ibumu, Sasuke," ucap suara maskulin yang terdengar dari belakang mereka.

"Shikamaru ... "

"Apa kau masih tidak tertarik?" tanya Shikamaru.

"Apa hubungan ibuku dengan memory card tersebut?" Sasuke balik bertanya.

"Untuk mendapatkan jawaban itu, untuk itulah kau diikut sertakan oleh Itachi," jawab Shino.

Sasuke terdiam sejenak, kematian ibunya yang sangat misterius membuatnya menjadi lebih pendiam dari sebelumnya. Jangankan pada temannya, pada kakaknya sendiri-pun ia tidak menunjukkan emosinya. Seolah membeku, satu-satunya sumber kehangatan di keluarganya yang dingin ini sirna begitu saja, dan ia menyalahkan sepenuhnya pada sang ayah ... sampai sang ayah jatuh sakit karena stress akibat sang istri meninggal.

Saat itulah Itachi yang memimpin Black Dragon ... Mafia yang sangat ditakuti kekuatannya oleh dunia gelap, seluruh dunia mengakui kekuatan kelompok ini, bahkan Black Dragon pernah dimintai pertolongan untuk mengatasi masalah di hongkong dan meksiko. Sasuke, yang saat ini berumur 22 tahun, mau tidak mau harus terseret di dunia gelap yang penuh dengan pertumpahan darah dari kecil.

Salah satu kelompok Black Dragon berkhianat dan membentuk kelompok sendiri dengan sebutan Eagle. Eagle dipimpin oleh rekan sahabat pemimpin Black Dragon Uchiha Fugaku ... yaitu Sarutobi Asuma. Entah apa masalah khianatannya sehingga kini mereka adalah rival terbesar di kalangan mafia-mafia lainnya.

Haruno Sakura kini sedang membaca novel di dalam mobil mewah yang mengantarnya menuju sekolah, ditemani oleh pengawal pribadinya yang juga disekolahkan oleh sang presiden untuk melindungi Sakura setiap saat.

"Aku tidak mengerti," gumam Sakura.

"Tidak mengerti apa, nona?" tanya pengawal cantik berambut pirang yang duduk disamping Sakura.

"Tokoh wanita ini, apa sih kelebihannya sehingga diperebutkan oleh vampire dan manusia serigala ini? Menyebalkan," gerutu Sakura yang melempar novel ber-cover hitam itu ke sembarang arah.

"Kan sudah kubilang, novel itu memang tidak menarik sama sekali, kau masih saja bersikeras ingin membacanya."

"Kau tahu sendiri aku ini orang yang penasaran, Ino ... " ucap Sakura dan menyambungkan kalimatnya lagi, "dan jangan panggil aku nona!"

Ino memutar kedua bola matanya, dan akan mengambil novel yang dilempar Sakura ke karpet mobil, sebelum ia berhasil meraih buku itu, tiba-tiba-

DUK!

Rem mendadak terjadi.

"Genma! Jangan berhenti mendadak begitu!" sewot Ino.

"Hehehe, itulah gunanya sabuk pengaman," ledek Sakura sambil memamerkan sabuk pengaman yang ia gunakan .

"N-Nona. itu ... " ucapan Genma terputus saat empat pria berjas hitam mendekati mereka dan memaksa membuka pintu. Melihat gelagat pemuda asing itu, Ino mengambil belati kecil yang ia pasang di balikk rok dan diikatkan di pahanya.

"Sakura, waspada!" ucap Ino.

"Ya," jawab Sakura yang juga memasang kuda-kuda pertahanan diri.

Empat pemuda itu membuka pintu mobil dari segala sisi, Shino memasuki tempat duduk dekat supir, Naruto dan Shikamaru memasuki pintu di sisi Ino dan Sasuke memasuki sisi pintu Sakura. Mereka menghimpit kedua gadis itu seolah akan melakukan penculikkan.

"Hentikan, percuma kau menyodorkan pisau itu, aku sudah pernah tertusuk belati beracun sedunia," ucap Shikamaru perlahan menurunkan tangan Ino yang menempelkan belati itu pada lehernya.

"Tenang, kami bukan ingin menculikmu," ucap Naruto.

"Jalan ke alamat ini," perintah Shino pada Genma.

"Tunggu dulu! Aku ada ujian bahasa inggris hari ini!" Protes Sakura.

Sasuke menendang kursi sang supir dan memberinya perintah, "Cepat jalan!"

"Heiii! Jangan kasar padanya!" protes Sakura menjauhkan tubuh Sasuke darinya. Sehingga mendorong Ino yang ada di sampingnya lebih tertempel pada Shikamaru dan Naruto.

"Sakuraaaa, jangan mendorongku!"

"Aku tidak mau dekat-dekat dengan laki-laki kasar ini, aku- Kyaaa!" Sasuke mengangkat tubuh Sakura yang membuat mereka merasa sempit akibat gerakannya yang meronta, ia mengangkat Sakura kepangkuannya yang membuat Naruto, Shikamaru dan Shino bengong. "Turunkan aku! Mesuum!"

"Aaww! Sakura kau menendang wajahku!" protes Ino

"Bisakah kalian tenang!" geram Shikamaru.

"Siapa kalian! Keluar dari mobilkuuu- umph!"

Dan aksi Sasuke kini benar-benar membuat semuanya terbelalak, Sakura yang tadinya meronta menghentikan gerakannya karena saat ini Sasuke menciumnya dengan paksa. Setelah Sasuke melepaskan ciumannya, "Ternyata film itu benar, cara ini efektif."

PLAK!

Dan satu tamparan indah mendarat di pipi Sasuke ...

"KELUAAAAAAARRRRRRR!"

Itachi merenung di ruangan yang dulunya milik sang ayah, pemimpin Black Dragon. Dipandangi foto keluarga mereka yang dipasang sebuah bingkai kecil terletak di atas meja. Dirinya tersenyum sambil memandangi sosok Sasuke kecil dan ibunya. Betapa ia merindukan masa-masa sebelum kekacauan itu terjadi. Itachi memejamkan kedua matanya dan mengingat kembali kejadian itu.

"Itachi, bawa Sasuke ... Jangan sampai Sasuke terbunuh, jaga ayahmu, katakan padanya jangan lupakan pesanku."

"Tapi ... Ibu ... "

"Cepaat! Aaakhh!"

"Ibuuu!"

Itachi membuka kedua matanya dan menjambak rambutnya sendiri. Kalau saja saat itu ia tidak membukakan pintu, mungkin saat ini ibunya masih berada di sisi mereka, memberikan kehangatan di keluarga yang dingin.

"Mau apa kalian membawaku kesini!" tanya Sakura ... lebih tepatnya membentak.

Gedung kosong yang sangat kotor cukup membuat Sakura dan Ino risih pada mereka yang memaksa Genma mengantar mereka ke tempat ini. Tidak ada yang menjawab pertanyaan Sakura. Sasuke membuka benda yang seperti Hp namun lebih panjang dan menekannya. Seketika pintu gudang itu terbuka dan dalamnya berputar menampakkan jalan ... ruangan yang sangat terang.

"Masuk," perintah Sasuke pada Sakura dan Ino.

"Dengar ya ... para kriminal, tidak ada yang bisa memerintahku!" tolak Sakura.

Naruto mendekati Sakura dan menepuk pundak gadis itu, "Turuti saja perintah Sasu- waahh!" Belum sempat menyelesaikan ucapannya, tubuh Naruto sudah tergeletak di tanah, Sakura berhasil memelintir lengan Naruto dan membanting tubuh Naruto.

Tindakan Sakura membuat mereka terkejut, mereka tidak menyangka kalau anak presiden ini bukan nona muda yang manja dan lemah, melainkan nona muda yang kuat juga keras kepala. Di samping itu, Ino tersenyum bangga pada Sakura, "Didikanku tidak sia-sia."

.

.

Masih dengan suasana tegang dimana beberapa pasang mata saling melemparkan tatapan seolah bertanya apa yang harus mereka lakukan sekarang. Naruto masih meringis akibat bantingan Sakura yang tiba-tiba, Shikamaru menyenderkan tubuhnya di tembok berwarna biru muda. sedangkan Shino kini mengotak-atik laptop yang ia letakan di atas meja. Ino dan Sakura saling lempar tatap, seolah bertanya apa yang sedang laki-laki berkacamata itu lakukan?

Sasuke duduk di kursi yang terdapat di ruangan cerah tersebut. Itu adalah markas pribadi mereka di luar markas besar Black Dragon. Sasuke menciptakan ruangan ini agar tidak ada yang mengganggu waktu santainya bersama ke-tiga rekan sekaligus sahabatnya ini.

"Kurasa kau sangat tahu tujuan kami."

Mendengar Sasuke mengucapkan kalimat terlebih dahulu dibanding yang lain, Sakura menatap mata onyx yang kini tersorot tajam padanya, "Memory Card? Kaupikir aku akan menyerahkannya?!"

"Itachi bilang ini tidak akan sesulit yang kita pikir, nyatanya..." bisik Naruto pada Shikamaru.

"Sebenarnya apa isi Memory Card itu?" tanya Shino yang berhasil memeriksa seluruh gedung bekas ini dari penyadap musuh.

"Mana kutahu," jawab Sakura ketus.

"Kenapa Itachi yang kalian sebut itu tidak menghampiri Sakura sendiri? Kenapa harus mengutus kalian?" tanya Ino melipat kedua tangannya.

"Dia tidak bisa meninggalkan markas, sejak Fugaku meninggal – Itachi lah yang mengambil alih—"

"Fugaku-san meninggal?!" potong Sakura dan Ino secara bersamaan pada omongan Shikamaru.

Mendengar mereka menyebut nama dari ayah kandung Sasuke yang hanya beberapa orang saja tahu nama asli kepala keluarga Uchiha itu, membuat Sasuke terbelalak, "Kau... tahu ayahku?"

"Dia ayahmuuu?!" Lagi. Ino dan Sakura meneriakan hal yang sama.

"Tidak pakai teriak, bisa?" sindir Shikamaru menutup telinganya.

"Sebentar, aku bingung," Sakura mendekatkan dirinya pada Sasuke, "kau anak kandung Fugaku-san? Serius?!"

Sasuke tidak menggerakan tubuhnya sedikitpun sehingga kini ia menatap Sakura dari jarak yang sangat dekat, "Aku anak bungsunya."

Sakura terdiam, wajahnya kini terlihat serius memikirkan sesuatu dan itu sangat membuat Sasuke panasaran. "Ada apa?" Sasuke bertanya.

Sakura menoleh pada Ino dan diberikan anggukan oleh pengawal sekaligus sahabatnya itu. Sakura kembali menatap Sasuke, "Beliau-lah... yang menitipkan Memory Card ini padaku."

Mendengar pengakuan Sakura membuat ke-empat laki-laki itu memusatkan perhatiannya pada gadis yang kini mengambil sesuatu dari dalam kalung yang ia gantungkan di lehernya. Liontin yang Sakura perlihatkan pada semua yang berada di dalam ruangan itu kini terbuka. Sakura mengambil sebuah benda kecil berbentuk segi empat dan diperlihatkannya pada yang lain.

"Ini maksud kalian?" tanya Sakura.

Begitu Naruto akan menyentuhnya, Sakura memundurkan langkahnya dan menggenggam kembali Memory Card yang tadi ia pamerkan, "Aku memperlihatkannya bukan berarti aku mengizinkan kau menyentuhnya."

"Pelit!" gumam Naruto.

"Bisa kita lihat apa isi Memory Card itu?" tanya Shino yang menawarkan laptopnya untuk menjadi wadah.

Sakura terdiam dan mendekatkan dirinya pada Ino, "Maaf... aku tidak bisa."

Mendengar penolakan dari Sakura, Sasuke bangkit dan menghampiri tubuh gadis yang masih duduk di bangku SMA itu. "Jangan main-main denganku!"

"Aku tidak bisa, kalau saja aku bisa menyerahkannya pada kalian, aku akan serahkan. Tapi aku tidak bisa." Dengan cepat Sakura membela dirinya.

"Tunggu!" Ino kini menghardik Sasuke, "kenapa tidak kau tanyakan saja pada Itachi itu, kenapa ayahmu memberikan benda ini pada Sakura."

Sasuke menatap sinis Ino, namun Ino tidak melepaskan tatapan yang tidak kalah sinisnya dari Sasuke. Merasa permainan saling tatap ini tidak menguntungkan bagi siapapun, Sasuke mengambil HPnya dan menekan tombol nomor Itachi. Sesaat, telepon itu diangkat.

"Apa kau tahu kalau ayah menyerahkan Memory Card itu pada—" Sasuke melirik Sakura yang kini ber-ekspresi... pilu? "—pada Sakura." bisik Sasuke yang menyebut nama Sakura pelan.

"Ayah? Pada Sakura anak presiden? Aku baru mengetahui hal ini."

"Itulah yang ia katakan barusan," ucap Sasuke.

Melihat Sasuke yang sedang berbicara di telepon membuat Sakura penasaran. Ia melangkahkan kakinya pelan-pelan pada Sasuke yang membelakanginya. Tidak sadar kini Sakura berada dibelakangnya, mencuri dengar apa yang Sasuke katakan, dan bukannya tidak ada yang berani menegur tingkah Sakura, hanya saja... pemandangan ini terlalu sayang kalau dihentikan.

"Ya, aku juga tidak tahu apa isi Memory Card itu, dia tidak bisa menyerahkannya. Itu yang dia ucapkan. Tidak, apa! Kau gila! Ita–" terputus. Ingin sekali Sasuke membanting ponsel yang kini ia tatap dengan tatapan jengkel, namun ia hilangkan niat itu, karena harus memberitahu apa yang Itachi katakan padanya, Sasuke membalikkan tubuhnya sampai—

"Huaaaa!"

—ia terkejut oleh sosok Sakura yang kini sangat dekat darinya.

Sosok Sasuke yang terkejut membuat mereka menahan tawa, namun Sakura dengan santai menarik lengan Sasuke untuk berhadapan dengannya. Karena Sasuke jauh lebih tinggi dibanding Sakura, "Tadi siapa?"

"Jangan menggelayutiku!" Sasuke mencoba melepaskan genggaman Sakura, "lepaskan aku!"

"Tidak mauu! Katakan itu siapa? Sangat mencurigakan kau menelepon seseorang sehabis berdebat denganku dan Ino!" ucap Sakura sambil mengerutkan dahinya.

Sasuke memicingkan matanya pada Sakura, terbuat dari apa sebenarnya karakter Sakura yang sebentar-sebentar bisa marah namun juga seperti anak kecil? Sasuke berdeham dan akhirnya membiarkan tangan Sakura menggenggam lengannya... kejadian langka yang bisa Naruto, Shikamaru, dan Shino lihat.

"Itachi memberimu dua pilihan, ikut dengan kami... atau kami yang akan ikut denganmu."

"Tidak dua-duanya," jawab Sakura dengan cepat dan tegas.

"Hei, hei... ayolah Sakura, bekerja sama-lah," pinta Naruto.

"Tidak bisa, pertama kalian menghambat ujian bahasa inggrisku, kedua dengan keberadaan kalian di sekitarku akan membuat teman-temanku takut atau bahkan mereka berteriak gila karena sosok kalian, ketiga..." Sakura menghentikan ucapannya.

Ino mengambil langkah dan menarik Sakura dari sisi Sasuke, "Sakura tidak boleh berada di samping laki-laki terlalu lama."

"Haaahh?!" Naruto menganga seolah tidak percaya apa yang Ino katakan.

"Terserah kalian percaya atau tidak, aku–tidak mengizinkan siapapun dekat-dekat dengan Sakura lebih dari 24 jam," ujar Ino dengan tegas.

"Ino... itu sudah dua tahun—"

"Aku tidak peduli walaupun kejadian itu sudah lewat 10 tahun sekalipun, aku tidak akan membiarkan kau menjadi seperti dua tahun yang lalu, ingat itu." Ino memotong ucapan Sakura.

"Baiklah, bagaimana kalau kalian ikut kami dulu ke markas untuk bertemu Itachi, kemudian kita putuskan bagaimana selanjutnya," usul Sasuke.

"Dengan satu kondisi," pinta Ino, "kami tidak satu mobil dengan kalian."

.

.

Suara langkah terdengar dari lorong menuju pintu yang mengakseskan dirinya pada seseorang yang kini sedang duduk di kursi kekuasaannya menghadap jendela besar yang langsung memperlihatkan indahnya pemandangan luar. Sosok laki-laki itu menghembuskan rokok yang ia hisap sambil menyeringai, "Masuk."

Belum sempat mengetuk pintu, namun yang di dalam sudah menebak siapa yang berada di luar, "Sudah dapat kabar baru, Sai?"

"Belum, aku masih menyelidiki apa sisi Memory Card tersebut."

Sosok laki-laki yang kini membalikkan posisi kursinya menatap lembut sosok pemuda yang bernama Sai, "Apa kau tidak menyesal melakukan ini semua padanya?"

"..."

"Mengkhianati kekasihmu sendiri... kau memang luar biasa."

"Ini sudah tugasku." Sai berucap sambil menundukkan kepalanya, "lagipula... dengan begini aku bisa menghancurkannya lebih dalam lagi."

"Hahahaha, itu masalah pribadimu, aku tidak peduli. Sekarang kau boleh keluar."

Sai mengangguk dan melangkahkan kakinya menuju pintu keluar, sebelum Sai membuka pintu tersebut, ia kembali menoleh, "Boleh aku bertanya sesuatu padamu, Asuma-san?"

Laki-laki yang dipanggil Asuma tersebut mematikan rokoknya dan memberi tanda agar Sai meneruskan kalimatnya, "Apakah anda menyesal telah mengkhianati sahabat anda sendiri?"

Hembusan asap terakhir ia keluarkan, tatapan sinis namun menyeringai itu terlukis di wajah Asuma, "Menurutmu?"

Mendapat jawaban yang tidak memuaskan membuat Sai jengkel, namun ia tidak mau mengambil pusing. Sai meninggalkan ruangan itu dan mengambil sesuatu yang berada di dalam bajunya, yaitu liontin. Dibuka liontin itu dan dipandangnya dengan lembut foto yang terdapat di dalamnya.

"Kenapa aku harus mencintaimu... Sakura."

.

.

Suasana ruangan yang begitu luas, namun juga begitu kosong membuat Sakura bertanya-tanya pada dirinya, sebenarnya untuk apa ruangan ini? Kini Sakura dan Ino tengah duduk di sofa nyaman, mereka menatap pada sosok laki-laki yang kini menghampiri mereka. Ketika sosok itu berlutut satu kaki di hadapan Sakura, langsung saja Ino mengambil tindakan mengambil kuda-kuda agar bisa melindungi Sakura apabila laki-laki itu menyerang.

"Tenang saja, aku tidak akan menyakiti Sakura," ucapnya sambil tersenyum lembut.

"Bisa langsung pada intinya saja?" pinta Sakura dengan tegas, "kalian sudah membuang waktuku, aku gagal ikut ujian, seharusnya saat ini aku sedang bersama teman-temanku."

"Maaf atas kelancangan kami," ucap laki-laki yang dikenal sebagai Itachi, "kita langsung saja pada intinya, apa benar ayahku yang memberikanmu Memory Card tersebut?"

Sakura mengangguk dan menatap mereka satu per satu.

Mereka? Ya, karena saat ini, di ruangan ini ada Sasuke, Naruto, Shikamaru dan Shino selain Sakura, Ino dan Itachi. "Tapi aku tidak akan menyerahkan Memory Card ini padamu."

"Walaupun aku adalah anak kandungnya?" tanya Itachi.

Sakura kembali mengangguk, "Walaupun kau adalah anak kandungnya."

Itachi berdiri dan menatap Sasuke. Seolah tahu arti tatapan tersebut, Sasuke menghampiri Sakura dan memberikan cincin pada gadis yang masih duduk di bangku SMA itu.

"Eehh?! Apa ini?!" Sakura yang gugup langsung menjauhi Sasuke dengan menggeser dirinya mendekati Ino.

"Di cincin itu terdapat alat pelacak yang akan menyambungkanmu pada laptop Shino, jadi kita bisa terus mengawasimu dua puluh empat jam," jawab Sasuke dengan ekspresi datar.

"Woaaa woaaa! Tunggu dulu tuan-tuan sekalian," ujar Ino yang membangkitkan dirinya, "aku tidak yakin presiden menyetujui tindakan ini."

"Aku sudah menghubungi beliau, dan beliau dengan senang hati mengizinkannya. Apapun caranya agar putri semata wayangnya ini selamat," jawab Itachi dengan senyuman ramahnya.

"Kau menghubungi ayah tanpa seizinku!" protes Sakura.

"Dan satu lagi, presiden juga meminta Sasuke untuk ikut ke istana agar melindungimu," ujar Itachi yang membuat Sakura dan Ino menganga kaget, mengabaikan ekspresi kedua gadis itu, Itachi melanjutkan, "aku juga akan meng-ikut sertakan Shino agar melindungi Ino."

"Tidak! Aku sendiri cukup melindungi Sakura!" tolak Ino.

"Lalu siapa yang melindungimu saat kau melindungi Sakura?" kini Naruto yang membuka bicara.

Sakura mengerutkan dahinya, dia sama sekali tidak setuju pada keputusan yang benar-benar mendadak seperti ini. Lalu Sakura menoleh pada Sasuke yang kini memasang wajah datarnya, "Aku tidak mau dia," ucap Sakura sambil menunjuk Sasuke, "siapa saja kecuali dia."

Itachi kembali ke kursi-nya dan membuka layar laptop, "Sayang sekali, Sasuke lah yang presiden inginkan. Karena Sasuke yang paling kuat diantara semuanya."

"Ugh! Aku tidak suka dengan wajahnya yang datar begini! Bisa-bisa aku bosan kalau bersamanya," sewot Sakura.

"Aku tidak peduli, lagipula aku menjalani tugas ini bukan untuk mengasuhmu, ini demi melindungi isi dari Memory Card tersebut," jawab Sasuke dingin.

Mengingat Memory Card, Sakura langsung mengambil liontin yang menggelantung di lehernya kemudian membukanya. Terdapat Memory Card di dalamnya dan sebuah foto Sakura bersama laki-laki. Sakura segera menutup liontinnya dan menunjukkan Memory Card kecil pada mereka, "Ini Memory Card yang sampai saat ini aku tidak pernah membukanya."

Naruto mendekatkan dirinya dan hendak memegang Memory Card yang Sakuar tunjukkan, namun dengan cepat Sakura memukul punggung tangan pemuda pirang itu, "Aku menunjukkannya bukan berarti kau boleh menyentuhnya!"

"Ish! Pelit," gumam Naruto.

Itachi menatap dengan tatapan tajam pada benda kecil yang kini Sakura perlihatkan padanya, satu pertanyaan yang menyelimutinya, "Kenapa kau tidak pernah membukanya?"

"Gaptek?" tebak Naruto.

"BUKAN!" sewot Sakura, "karena... Fugaku-san berpesan padaku untuk menyimpan ini dan jangan biarkan siapapun mengambilnya," jawab Sakura yang menekankan di kata siapapun itu.

Itachi menyenderkan tubuhnya di kursi dan mulai menghela napas, entah kenapa hari ini sangat melelahkan baginya. Saat Sasuke menghubunginya dan memberitahu tentang kebenaran yang Sakura ucapkan, itu membuat Itachi berpikir dua kali lebih berat. Sampai sekarang, kenapa ayahnya memberikan benda itu pada Sakura masih berputar di otaknya, kenapa ayahnya tidak memberikan benda itu padanya atau Sasuke saja? Kenapa harus Sakura?

"Mungkin karena aku adalah anak presiden." Tiba-tiba Sakura berucap dan membuat semua menatap dirinya. Menyadari sedang ditatap, Sakura langsung salah tingkah dan menunduk, "maksud aku..."

"Masuk akal," ucap Shikamaru, "tapi apa hubungan Fugaku-san dengan presiden?"

"Ah, mereka teman, beberapa kali aku sering makan malam bersama dengan mereka, iya kan Ino?" jawab Sakura dengan nada ceria.

"Iya, kalau boleh tahu..." Ino menatap Itachi dengan ragu, "kenapa... Fugaku-san bisa..."

Saat Ino melontarkan pertanyaan itu, Sasuke mengambil langkahnya dan keluar dari ruangan. Itu adalah topik yang paling Sasuke hindari, namun Itachi memutuskan untuk memberi tahu mereka. "Ayah sakit keras sejak ibu kami meninggal."

Ekspresi kedua gadis itu berubah menjadi sendu ketika Itachi menceritakannya sambil menggenggam bingkai keluarga mereka, "Sejak ibu pergi, ayah stress dan terus sakit-sakitan. Hubungan ayah dan Sasuke tidak terlalu baik, namun tetap saja pada akhirnya Sasuke menyesal karena sampai akhir... dia tidak bisa menerima kasih sayang dari ayah."

"Karena Sasuke sangat menyalahkan ayah saat ibu meninggal," lanjut Itachi.

"Maafkan aku... aku tidak bermaksud–"

"Tidak apa, Sakura." Itachi memotong, "untuk selanjutnya... tolong berbaur dengan Sasuke, dia memang dingin dan jarang ber-ekspresi. Tapi sebenarnya dia anak yang baik."

Sakura tidak menjawab, bukannya Sakura tidak mau. Hanya saja... untuk dekat lagi dengan lawan jenis, Sakura belum siap untuk itu... siapapun orangnya, Sakura belum siap. Dia hanya tidak mau kejadian dulu terulang kembali. Menyadari ekspresi Sakura yang kini sendu, Ino mengubah topik pembicaraan.

"Jadi, bisa kami pulang sekarang?"

.

.

"Kau tidak boleh naik ke atas kasurku, kau juga tidak boleh membuka laciku sembarangan, kalau ingin sesuatu kau tinggal angkat telepon di tembok itu dan minta pada pelayan. Dan yang paling penting, jaga jarak dua meter dariku!" Kini Sakura menyodorkan penggaris panjang pada Sasuke yang berada di dalam kamarnya.

Sasuke menatap sekeliling kamar yang sangat feminin ini dengan tatapan risih, akhirnya menghela napas adalah satu-satunya yang bisa ia lakukan, "Hhhh, di mana kamar mandi?" tanya Sasuke.

Sakura menunjuk ke arah pintu berwarna coklat yang menunjukkan disitulah kamar mandi berada. Saat Sasuke masuk ke ruangan itu, Sakura menghempaskan dirinya ke atas kasur yang berukuran queen size. kamar yang di cat pink, jendela berukiran cantik, serta lampu belajar dan hiasan-hiasan lainnya yang terdapat di ruangan itu cukup jelas untuk menunjukkan karakter Sakura yang sangat feminin. Namun siapa sangka kalau ternyata gadis itu bisa bela diri.

Saat Sasuke keluar dari kamar mandi, ia menempati dirinya duduk di kursi belajar Sakura dan membuka laptop miliknya. Langsung ia buka suatu gambar diagram yang terkoneksi pada internet. Sakura melihat Sasuke menatap diagram itu dengan sangat serius.

Setengah jam berlalu, dan selama setengah jam itu tidak ada interaksi antara Sasuke dan Sakura. Karena merasa sangat bosan, akhirnya Sakura membuka topik.

"Hei Sasuke, kau tahu tidak, biasanya kalau jam segini aku pergi belanja loh bersama teman-temanku."

...

...

"Kalau weekend aku kadang mengajak mereka ke villa di pantai Izu, pemandangannya sangat bagus, apalagi musim panas."

...

...

Merasa tidak ditanggapi, Sakura mulai jengkel. Akhirnya Sakura mengendap-endao berjalan ke arah Sasuke dan meniup telinga pemuda itu.

"Fiuuhh~"

"HUAAAAA!"

"KYAAAAAAAA!"

Karena kaget akan tindakan Sakura yang meniup telinganya, Sasuke terjengkang ke belakang sehingga menindih tubuh Sakura. Posisi mereka saat ini memang tidak enak untuk dipandang. Sakura yang berada di bawah Sasuke, dan dengan waktu yang tidak pas—Ino masuk ke dalam kamar.

Melihat posisi mereka yang tidak layak itu membuat tanda kesal di dahi Ino muncul, Shino yang berada di belakangnya hanya bisa membetulkan kacamatanya yang sedikit melorot.

"APA-APAAN KALIAAAANNNN!

Dan hari-hari yang penuh dengan keramaian pun akan dimulai. Namun mereka semua belum menyadari, bahwa nantinya keberadaan Sakura sangatlah penting bagi Sasuke. Sedangkan keberadaan Sasuke akan membuat bencana untuk Sakura. Namun saat ini mereka tidak memikirkan kedepannya, sampai saat itu tiba... takdir membiarkan mereka untuk bersantai sejenak.

~TBC~


A/N : *siul2...* akhirnya beres juga naro fict ini di FFN, sebelumnya aku udah bikin fict ini di notes fb aku, tadinya aku ngga mau publish di FFN, tapi rasanya ada yang kurang kalau aku g publish di sini hehehee XD

So...

Selamat menikmati XD

Mind to review? :3

XoXo

V3Yagami