An Ishikirimaru/Saniwa Short fanfiction. Based on song How Long Will I love You by Ellie Goulding

Disclaimer : Touken Ranbu (c) DMM/Nitro+


"Sampai kapan kau mencintaiku?"

Kita bertemu dalam diam. Kau dongakkan kepala. Lima belas detik matamu lurus kemari, memfokuskan pandangan ke giwang ungu ditelingaku, senada dengan warna matamu, kemudian berganti pandang ke wajahku. Kau tidak pernah mengatakannya dengan jelas, tapi kau bilang paling suka wajahku. Saat aku tanya bagian mana yang kau suka, kau tertawa. Itu bukan jawaban, tapi aku mengalah demi melihat wajah penatmu yang bangkit tersenyum ketika jubahmu masih dilumuri debu. Aku setengah memohon padamu untuk pergi ke ruang perawatan dan berbenah diri, tapi kau masih ingin di sini. Kepalamu di pangkuanku. Kau tersenyum dan hampir tertidur. Tidak betah di sana, katamu.

Aku mengelus serpihan debu di wajahmu. Menyadari gincu merah di tepian matamu hampir terhapus. Sebagian luntur karena keringat. Aku memeluk kepalamu yang masih berlabuh di atas pahaku. Kutekuk punggungku. Menciumi rambut gelapmu yang masih segar oleh aroma matahari dan jejak-jejak kelelahan yang mewakili sekujur tubuh besarmu. Aku tahu kau tidak suka medan pertempuran, lebih memilih dan ingin berada di rumah kita. Menjadikan doa sebagai kegiatan utama dalam harimu.

Seketika kelu dengan kalimat yang sudah aku lepaskan di ujung lidahku. Mungkin harus kuganti dengan kata "Sejak kapan?". Tapi, toh aku menanyakan hal itu serasa percuma. Sebab, di antara kita tak ada yang tahu sejak kapan cinta datang tanpa kalimat itu sendiri. Kita selalu bisu dalam berlisan. Tak ada yang pandai membuat sajak, sekadar saling meyakini. Hanya berbekal rasa hangat yang membungkus diri saat kita bersama seperti ini, masing-masing sudah mampu menjawab tanya itu.

Dan kau menenggelamkan wajahmu di perutku. Melingkarkan tanganmu di pinggangku. Nafasmu berat dan lelah. Aku masih menunggu. Bibirku terkatup rapat.

"Sampai kapan, ya...selama di atas kepala kita masih ada bintang, di sini maupun di dunia tempatmu berasal, kalau kau mau, mungkin lebih lama lagi-ah, maaf...kata-kataku aneh, haha."

Sekujur diriku memaku. Angin menampar daun-daun pohon yang sebagian gugur sebelum waktunya. Venus di ufuk senja terlihat mendahului bulan sebagai penutup hari. Titik kecil nun jauh disana, yang sekilas berkelip seakan setuju dengan jawabannya tadi. Kepala merunduk. Bulir bening jatuh dari mataku. Satu. Dua. Hingga tak mampu dihitung lagi. Dia terdiam. Dalam satu tempo, tubuhku sudah tenggelam dalam pelukannya. Dia membisikkan ulang semua jawaban dari tanya "Sampai kapan?"-ku. Mengurutkan jawaban dengan sangat rapi. Dia yang tak pandai melantunkan sajak, membuat caranya sendiri dalam melafaskan perasaannya.

"Aku tak akan kemana-mana..."

-END