Disclaimer
All character belong to Masashi Kishimoto
.
Warning:
AU/OOC/rate- T semi M
.
.
.
Rahasia
.
.
Seorang perempuan berambut merah muda berjalan cepat, bibirnya berkomat-kamit menyerukan ketidakpercayaan atas apa yang baru saja matanya lihat.
"Ini gila!"
Gila! Sangat gila! Dia tidak pernah berharap mengetahui salah satu rahasia atau mungkin rahasia terbesar dua orang terpopuler se-Konoha gakuen. Sepertinya takdir senang bermain-main dengannya.
.
.
.
"Kyaaaa!" teriakan melengking dari siswi-siswi seluruh Konoha menggemparkan siswa-siswa lain ketika sebuah mobil ber-brand mewah parkir di depan sekolah, menampilkan dua sosok makhluk nyaris sempurna tak bercela fisik. Jeritan mereka mengisi pagi tentram nan damai menjadi kebisingan, belum lagi mereka berderet memenuhi jendela kelas masing-masing membuat aliran udara terhambat. Beberapa dari mereka berbaris memadati gerbang serta lapangan, menyebabkan kemacetan alur para siswa lain yang ingin masuk ke dalam sekolah. Sakura dan Ino saling berpandangan malas,
"Aku tidak habis pikir. Apa sih yang mereka lihat dari duo U itu?" Sakura berujar gemas pada sahabatnya. Bisa dibilang kedua perempuan ini ajaib, sama sekali tidak mempan ataupun terbius dengan pesona orang yang dipuja-puja seluruh gadis di Konoha. Seolah-olah mereka memiliki perisai tak kasat mata anti-UchihaUzumaki, di saat perempuan-perempuan lain tergeletak tidak berdaya akibat kharisma keduanya, Sakura dan Ino malah asyik menguap menikmati anak angin aura orang populer itu. Bola mata biru-kehijauan Ino menelusuri cat kuku yang baru saja ia poles di atas kukunya, merasa masih cair, gadis itu meniup-niupi penuh semangat.
"Mereka tampan?"
Otak Ino sedang konslet, yakinnya. Sambil berpangku tangan di atas meja, Sakura mendelik pada gadis berambut pirang di seberangnya.
Tertawa kecil sebelum memberikan ucapan sarkastik membetulkan perkataan sebelumnya,"Mereka suka tebar pesona,"
Mulut Sakura terbuka membentuk senyum, kepalanya di angguk-anggukan pertanda setuju dengan penyataan gadis cantik itu. Seorang laki-laki mendatangi meja tempat bernaung dua gadis berparas... yah, wajah mereka tidak bisa dibilang biasa, keduanya masuk golongan di atas rata-rata. Membawa setenteng kantong plastik berisi penuh cemilan-cemilan juga minuman dingin.
"Aku bawakan kalian sarapan!" kata laki-laki itu.
Mata Sakura membulat sempurna, dia sangat gemar cemilan di pagi hari,"Wow! Fantastic! Thanks Sai-kun,"
Sedang Ino hanya melirik sebentar lalu kembali berkutat pada jemarinya,"Banyak sekali?"
"Hm. Ini sebagian dari siswa-siswa Konoha,"
Jika Uchiha dan Uzumaki mencuci otak para gadis-gadis Konoha, Haruno dan Yamanaka mengendalikan pemuda-pemudanya. Penyebabnya? Sudah jelas, Sakura maupun Ino sama-sama sehati dengan mereka, tidak memuja-muja orang populer di Konoha, dan lagi hanya mereka dua-duanya gadis yang tersisa tidak takluk pada sang duo U. Meski begitu, mereka tidak populer, mereka hanya gadis biasa dengan teman pria yang tidak biasa; jumlahnya sangat banyak. Juga bukan rahasia umum, Sakura dan Ino tidak menyukai UchihaUzumaki. Para fangirl, notabene seluruh siswi-siswi Konoha enggan berteman pun menyapa mereka. Tapi masa bodoh, toh Sakura dan Ino tidak peduli, selama mereka masih bisa menimba ilmu dengan nyaman meski ada sedikit kebisingan, rasanya sudah cukup. Lagipula, mereka juga tidak berniat melakukan berbagai macam hal pada Sakura dan Ino, mengingat teman-teman pria keduanya banyak dari klub aikido, karate, judo, bahkan preman pun ada. Hiiiiii.
Sakura mulai mengeluarkan chocolate stick dari bungkusnya kemudian melahap penuh minat. Tampaknya efek tidak sarapan mulai bekerja dalam perutnya. Ketiga orang yang berkumpul di meja menghiraukan teriakan-teriakan yang santer makin terdengar dari lorong, menandakan duo U mulai berjalan ke kelas -
GREK!
-yang sama dengan Sakura beserta Ino.
"Selamat pagi semua," sapa Naruto hangat, menjatuhkan banyak korban wanita akibat senyum -sok- kerennya. Hampir saja Sakura memuntahkan chocolate yang baru saja ia telan.
"Sakura kau menjijikkan," dan hampir Ino menjadi korban muntahan itu, dia memandang jijik pelaku nista di hadapannya.
"Aku muak! Mereka bertingkah seolah-olah mereka manusia paling sempurna!" dengan tingkah berlebihan, Sakura menggerak-gerakkan kedua tangannya di udara, tepat di sebelah rambut merah mudanya,"Apa mereka tidak punya kekurangan?"
Ino mengeluarkan ekspresi sedang berpikir,"Rasanya... Emm..." Sai memandangnya penasaran. Memasang kembali wajah datarnya menatap Sakura, sebelum beralih pada kegiatan mewarnai kuku lagi,"Nope,"
"Oh ayolah! Mereka hanya manusia biasa!"
Tanpa susah payah bertatap muka dengan Sakura, Ino berbicara,"Aku ingin meyakini mereka punya. Tapi nyatanya mereka tidak Sakura-chan,"
Mencomot secuil keripik kentang dari tempatnya, Sai memasukan satu ke dalam mulut,"Mereka dewa, bagi para fangirl-nya tentu,"
Kedatangan Asuma-sensei mendiamkan kebisingan yang tadinya tercipta oleh para siswi-siswi. Mengembalikan seluruh muridnya ke tempat asal, tidak lupa Sai dan Sakura memindahkan tumpukan makanan mereka dalam laci Ino,
"Hei!" tanpa persetujuan sang pemilik tapinya. Membuat Ino merengut kesal, kini tidak ada secelah ruangan untuk menyimpan botol cat kukunya yang mungil.
.
.
.
Bel istirahat baru saja berbunyi tiga menit yang lalu. Dan sekarang saatnya bagi semua penghuni sekolah untuk menyegarkan kembali pikiran serta mengisi perut kelaparan. Dalam aturan tidak tertulis milik duo U, istirahat adalah saatnya bagi semua beristirahat, baik bagi para fangirl, dan bagi mereka. Istirahat adalah waktunya privasi duo U, para fangirl paham akan itu, untungnya. Kelas sudah kosong melompong, yang lain telah berdesak-desakkan di kantin, kini tersisa hanyalah Uchiha Sasuke dan Uzumaki Naruto.
"Dobe, temui aku di gudang penyimpanan olahraga nanti,"
"Kau yakin di sana?"
"Hn. Sepulang sekolah, tidak akan ada orang,"
"Kau bawa barangnya?"
"Hn."
.
.
.
.
.
"Teme, kau yakin kita akan menggunakannya di sini?" Naruto melirik sekelilingnya ragu-ragu. Bagaimana kalau ketahuan? Habislah predikat 'anak baiknya' bersama Sasuke. Mata biru langitnya mendapati kawannya tengah mengeluarkan 'benda terlarang',
"Tidak akan ada yang tahu,"
Kemudian ia bergerak menyerahkan salah satu pada Naruto, setitik keringat mengalir di dahinya, ia juga meneguk ludah pertanda gugup. Sasuke mendekatkan diri padanya, berbisik di telinga pemuda itu,"Aku sudah tidak sabar dobe," membuka satu per-satu kancing baju Naruto. Dengan cepat ia menindih tubuh tegapnya, mengambil posisi tepat di atas sementara laki-laki berambut pirang itu di bawah. Ia mendekatkan bibir, mendesahkan napas di atas kulit tan-nya.
DUKDUK
Sebuah bola basket menggelinding ke arah dua insan yang tengah gelap mata, lalu berhenti ketika menyentuh kaki Sasuke, membuatnya membalikan kepala, dan Naruto mengikuti. Tubuh keduanya membeku begitu mendapati gadis berambut merah muda tengah menganga melihat aktivitas mereka.
Awalnya Sakura ingin memercayai asumsinya bahwa kedua pemuda itu melakukan ketidaksengajaan, tapi kancing baju terbuka belum lagi... Benda-benda berbentuk aneh terletak tak jauh dari keduanya membuyarkan segala optimisme yang ia susun.
"Maaf, aku pikir ini gudang penyimpanan. Permisi,"
.
.
.
.
Bodoh! Sungguh bodoh. Kenapa kedua pemuda itu harus melakukannya di dalam sana? Dia harus memberitahu semua pada Ino! Benar kan kata-katanya? Mereka punya kekurangan. Derap langkah lain tertangkap oleh kedua telinga Sakura.
GREP!
Ada yang memegang pergelangan tangannya, lalu...
BRUK!
"Ouch!"
Menghempaskan tubuhnya menabrak dinding. Sakit di punggungnya menjalar, Sakura memandang tajam pelaku kekerasan 'kecil' ini,
"Kau melihatnya?"
Bohong kalau Sakura bilang dia tidak melihat apapun,
"Tidak,"
"Jangan bohong!" kedua tangan sosok laki-laki berseragam kusut membentang di samping kiri-kanan Sakura. Membuatnya terjebak, menghalanginya untuk kabur melarikan diri.
"Aku tidak bohong!"
"Kau melihatnya kan?"
"Melihat kau ditindih olehnya? Tidak," great. Kebiasaan buruknya mulai keluar, keceplosan.
Bola mata berwarna biru langit menatap dalam-dalam mata kehijauan milik Sakura,"Jangan katakan ini pada siapapun, dan batalkan niatmu untuk memberitahu pada sahabatmu bahwa kami punya kekurangan,"
"Ehm... Aku baru saja memikirkannya beberapa menit yang lalu sebelum kau menahanku," gaya Sakura menantang. Dia memasang ekspresi datar seakan tidak takut dengan pemuda di hadapannya, yah... dia memang tidak takut. Acuh tak acuh.
Perlakuan Sakura membuatnya geram,"Kau! Jangan katakan ini pada siapapun!" Sedikit kasar, ia baru saja meneriaki seorang wanita yang harusnya tidak boleh ia lakukan. Terbiasa menjadi seorang popular, menjadikannya memperlakukan wanita bak seorang lady. Tapi sekarang tidak, wanita di depannya ini memegang kartu joker miliknya dan Sasuke.
Wajah Sakura merengut kesal,"Jangan meneriakiku!" dia menendang tulang kering pemuda yang baru saja meneriakinya, menyebabkan ia terjungkal kesakitan,
"Aw!"
"Dengar, anggap saja aku tidak melihat apapun. Aku tidak berniat berurusan denganmu atau sahabatmu itu," Sakura melangkah pergi, meninggalkannya meringis kesakitan,
"Damn!"
"Seperti biasa dobe, kau tidak berguna,"
"Cih! Kemana saja kau?" Naruto memegangi betisnya, salah satu bagian tubuhnya itu berdenyut-denyut perih. Ia juga kesal karena temannya bertingkah seolah-olah tidak terjadi apapun,"Kau bahkan tidak melakukan apapun! Kejar dia!"
Sasuke berlutut mensejajarkan wajahnya dengan Naruto,"Tidak perlu,"
"Apa maks-"
"Dia akan tutup mulut,"
Raut pemuda berambut pirang yang biasa dipanggil dobe melongo,"Kau akan lakukan apa padanya?"
"Lihat saja," Sasuke menyeringai.
.
.
.
.
To be continued.
.
.
.
.
.
Author's note:
Nah, hiatusnya gak jadi.
Dan uhm, saya bingung mau tempatkan rating fic ini. Apakah saya harus memindahkannya di M?
Ehm, lagi, ini bukan fic Yaoi. Pairnya akan di tentukan nanti.
Review?
